Thursday, November 22, 2007

Slow but Sure? No Way.!



Peribahasa Jawa yang terkenal, Alon-alon waton kelakon alias Slow but sure, tidak berlaku bagi penyandang kanker.
Begitu ada gejala kanker, harus segera ditangani. Lebih cepat lebih baik. Karena itu perlu dilakukan pemeriksaan berkala untuk mendeteksi penyakit ini.
Banyak pasien RS Dharmais meninggal karena mereka datang ketika kondisi mereka sudah termasuk dalam stadium lanjut, yaitu stadium 3 atau 4, sehingga sulit ditolong, kata Dr. Roland A. Hukom dari RS Kanker Dharmais. (Cerita selengkapnya dapat dibaca dalam tulisan berjudul Pasien RS Dharmais Mati Melulu)
Dokter Roland adalah salah satu pembicara dalam Temu Pasien Kanker Payudara: “Mengobati Kanker Payudara: Peluang Kesembuhan dan Akses Terhadap Pengobatan Inovatif.”
Tak jelas apa yang dimaksud dengan pengobatan inovatif, tapi yang jelas acara ini diadakan oleh Yayasan Kanker Indonesia dan Roche Indonesia pada tanggal 30 Oktober 2007 dalam rangka memperingati Bulan Peduli Kanker Payudara yang jatuh setiap bulan Oktober.
Sebelum tulisan ini dilanjutkan, bagi yang ingin mengetahui mengenai stadium kanker, berikut petikan dari http://www.cancerhelp.org.uk/.
Stage 1 usually means a cancer is relatively small and contained within the organ it started in
Stage 2 usually means the cancer is localised, but the tumour is larger than in stage 1. Sometimes stage 2 means there are nearby lymph nodes that have cancer cells in.
Stage 3 usually means the cancer is larger and there are cancer cells in the lymph nodes in the area
Stage 4 means the cancer has spread from where it started to another body organ, such as the liver, bones or lungs
Kata Dr. Ronald, harapan sembuh pasien dalam stadium awal atau stadium 1 dan 2 mencapai lebih dari 70 persen. Bahkan jika masih dalam stadium 1, kemungkinan untuk sembuh bisa mencapai 95 persen.

Kalau pasien dalam stadium 3, kemungkinan sembuh 40-50 persen dan stadium 4 kemungkinan sembuh kurang dari 15 persen.
Tetapi “sembuh” disini bukan berarti benar-benar sembuh. Setelah beberapa tahun, bisa saja penyakit ini muncul kembali.
Setelah lima tahun, sebanyak 70 persen dari pasien yang sudah sembuh itu memang “bersih” dari sel-sel kanker. Tetapi sisanya ternyata kurang beruntung karena kanker kembali menyerang mereka.
“Hal ini disebabkan karena perangai sel tumor yang memang berbeda,” kata Dr. Ronald.
Rendahnya peluang kesembuhan bagi penderita kanker stadium lanjut harus menjadi peringatan bagi perempuan agar menyadari pentingnya deteksi dini kanker, yang bisa dilakukan melalui mamografi.
Selain menegaskan perlunya deteksi dini kanker, Dr. Melissa Luwia MHA (singkatan apakah itu? … ooohhh … ternyata Master of Health Administration) dari YKI mengumumkan bahwa YKI menyediakan layanan mamografi murah bagi anggotanya maupun masyarakat.
Kalau di RS, biaya mamografi paling sedikit Rp 175.000, tapi di YKI hanya Rp 100.000 untuk masyarakat dan Rp 75.000 untuk anggota. Itu tariff untuk mereka yang berpayudara sepasang. Anggota yang hanya mempunyai 1 payudara (setelah payudara yang sebelah dibuang dalam operasi mastectomy) hanya perlu membayar Rp 50.000 dan non-anggota Rp 75.000.
Tidak disebutkan apakah ukuran payudara mempengaruhi tariff. Mungkin perempuan yang punya payudara seukuran rambutan bisa mendapat potongan harga atau yang punya payudara sebesar pepaya harus membayar lebih. ###
.
Photo: Pemeriksaan mamografi - http://legacyhealth.org

5 comments:

Anonymous said...

Alamak...Mbak, mbak..,lha aku baca dari atas udah terhanyut suasana, ehhh, sampai di ending tulisan jadi ngakak...hehe! Mbak Sima emang tob deh!

Anonymous said...

hahaha... ketawa itu sehat..

Ik RK said...

mau nanya donk, tempat mamografi yang murah ini dimana?

sima said...

hi Rika, dibandingkan RS, YKI masih paling 'murah' meskipun beberapa bln yll, ketika aku telp, harganya sudah 200rb. coba hubungi (o21)31927464.

Ik RK said...

Hi sima, thanks ya,,