Wednesday, April 22, 2009

Lawan Stres Dengan Yoga

Siapa yang mau stres? Tak ada. Tapi kadang2 stres datang menyerang tanpa dapat dihindari, terutama buat kita-kita yang kudu kerja keras membanting tulang memeras keringat demi sesuap nasi, sekantong obat dan segenggam berlian.
Semakin keras kita bekerja, semakin tinggi tingkat stres. Banyak cara buat mengurangi stres. Mulai dari jalan-jalan ke puncak gunung atau ke dasar laut, cuci mata di mal atau ngopi di kafe sambil mendengarkan musik.
Atau beryogaria.
Yoga? Mungkin ada yang mengkerutkan kening. Terbayang orang berdiri dengan satu kaki sementar kaki yang lainnya terayun ke belakang, badan membungkuk, tangan mengembang ke dua sisi, atau.berdiri dengan kepala di bawah dan kaki tegak lurus ke atas. Dan gerakan-gerakan lain yang aneh dan hanya cocok buat diperagakan dalam pertunjukan sirkus.
Mungkin juga ada yang sebetulnya penasaran dengan yoga, latihan mental dan fisik asal India 3.000 tahun silam yang kini ngetrend di kalangan kaum urbanis. Mungkin ada keinginan untuk ikut latihan yoga yang diselenggarakan hampir di setiap pusat kebugaran yang menjamur di kota-kota besar, tetapi banyak yang tak punya waktu untuk mengikutinya.
Yoga banyak macamnya. Memang ada yang gerakannya sulit dan tampak mustahil, tapi ada juga yang relatif lebih mudah.
Bahkan ada yang gampang sekali dan bisa dilakukan dalam waktu singkat disela-sela kesibukan di kantor tanpa harus meninggalkan meja kerja.
Belum lama ini kantorku kedatangan guru yoga dari Pusat Kebudayaan India. Namanya Ravi Vempati. Ia datang didampingin dua orang muridnya dan dengan bersemangat mengajari kita “corporate yoga” atau yoga di tempat kerja.
“Nggak perlu yoga mat, bisa dilakukan sambil duduk. Beberapa menit cukup,” katanya.
Gerakan2nya juga gampang. Misalnya, kalo kita sudah cape berdiri di depan komputer, berhenti sebentar. Jauhkan sedikit kursi dari meja. Lalu duduk tegak, ulurkan ke dua tangan ke depan setinggi bahu, tangan mengepal dengan ibu jari dalam genggaman dan telunjuk keluar. Lalu dengan dipandu telunjuk itu, pelahan-lahan putar pergelangan tangan ke segala penjuru.
Ada juga gerakan memutar bahu. Caranya, duduk tegak, tangan kanan memegang pundak kanan, tangan kiri memegang pundak kiri. Lalu putar ke depan dan ke belakang.
Memutar leher bagus untuk rileks. Pejamkan mata dan putar leher perlahan-lahan. Jangan terlalu cepat, ntar pusing.
Selain itu boleh juga dicoba gerakan ini: taruh kedua tangan di belakang kepala, lalu tekan kepala ke depan sementara badan tetap tegak sambil duduk di kursi.
Gerakan-gerakan dalam corporate yoga ini dijamin tidak susah dan sangat baik bagi kesehatan fisik dan mental. Apalagi kalau ditambah dengan latihan nafas.
Satu hal penting yang perlu diperhatikan, latihan ini harus dilakukan secara teratur.
Nah... bagaimana bisa berlatih dengan teratur, itulah tantangannya.

Buat yang serius ingin belajar, datang saja ke Jawaharlal Nehru Cultural Center, Pusat Kebudayaan India, Jl. Imam Bonjol 32, Jakarta Selatan, telp. 3155120. Atau minta Ravi datang ke kantor. Bisa juga beli buku yang ditulis Ravi, judulnya Basic Yoga, An Action in Relaxation. Bukunya tipis, full color, harganya Rp 100.000, cukup mahal untuk ukuran buku setipis itu. Tapi cukup murah kalau mengingat manfaatnya.

Tulisan yang lebih panjang dan dalam versi bahasa Inggris tentang corporate yoga ini ada di http://www.thejakartapost.com/news/2009/04/22/corporate-yoga-reduces-stress.html

Monday, April 20, 2009

Don't Worry Be Happy

Seperti apa sih orang yang kena kanker itu?
Loyo, kuyu, suram seperti lampu 5 watt.
Mungkin begitulah pandangan sebagian orang. Pasti mereka menyangka kalau penderita kanker keadaannya sangat pemprihatinkan, merana penuh derita, tergolek di ranjang kematian menunggu malaikat maut menjemput.
Hiiiiijjjj.... Ngeri amat sih.
Ya, memang ada yang seperti itu. Tapi banyak juga orang yang tetap tampak segar dan bergairah meskipun terkena kanker. Mereka masih bisa tertawa dan menikmati hidup.
NGGAK PERCAYA...!!!!????
Acara kumpul-kumpul yang digelar CISC (Cancer Information and Support Center) telah membuktikannya. Keceriaan mewarnai setiap pertemuan yang dihadiri oleh cancer survivor (penyintas kanker), pasien kanker dan mantan pasien serta keluarga dan orang-orang yang peduli atas kanker itu.
PENASARAN...???
Ayo kita datang beramai-ramai pada hari Sabtu, 25 April 2009 di aula RS Dharmais, Jl. S. Parman, Slipi, Jakarta Barat.
Tema pertemuan kali ini adalah Are you living with cancer? Don't worry, be happy!
Acara ini gratis dan menjanjikan lots of fun.
Bagi yang berminat, harap mendaftar ke 081388802009, atau 02198672298.
Seorang teman yang mendengar soal pertemuan itu langsung antusias.
“Saya ingin datang. Mau sharing,” kata teman yang baru aku kenal dari teman sesama penyintas kanker.
Teman baru ini bercerita melalui telepon bahwa ia terkena kanker paru stadium 4 dan dokter mengatakan bahwa tipis harapannya untuk sembuh.
“Itu kan katanya.... Siapa tahu kenyataannya lain,” ia berkata sambil tertawa renyah. Sama sekali tak terdengar nada gemetar ketakutan.
Ia sekarang rajin menjalani pengobatan herbal tradisional dan merasa cocok.
“Yang penting kita jangan terlalu banyak pikiran,” katanya dengan penuh semangat.
Setuju...

Sunday, April 12, 2009

Find the Joy of Your Life

Mengapa orang meninggal matanya mesti tertutup? Mungkin supaya tampak seperti sedang tidur lelap, tenang dan damai. Kalau matanya terbuka, apalagi melotot, serem juga ya?
Biasanya orang meninggal dengan tenang kalau tak ada ganjalan dalam hidup. Tak ada “unfinished business”.
Edward dan Carter yang sama-sama terkena kanker mempunyai daftar hal-hal yang ingin mereka lakukan untuk mengisi sisa hidup mereka yang singkat.
Daftar itu disebut sebagai The Bucket List, things to do before you kick the bucket. Itu juga judul film berbintang Jack Nicolson dan Morgan Freeman yang aku tonton semalam di TV, meskipun telat hampir sejam.
Edward (diperankan oleh Jack) adalah duda kaya raya pecinta kopi luwak yang tak akur dengan anak perempuan satu-satunya sedangkan Carter (Morgan) merupakan montir sederhana yang membina rumah tangga bahagia. Keduanya bertemu di RS dan menjadi teman baik karena senasib.
Ketika tahu bahwa umur mereka tinggal sebentar, keduanya tidak menangis meraung-raung, tapi berpikir bagaimana mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Lalu dibuatlah daftar apa yang ingin mereka lakukan. Tak hanya kesenangan pribadi seperti terjun bebas, ngebut dengan mobil balap, melihat Taj Mahal, Tembok Besar Cina dan Piramid, naik ke puncak gunung Himalaya, bersafari ke Tanzania dan tertawa hingga keluar air mata, tetapi juga hal yang membuat mereka merasa berguna, yaitu menolong orang asing.
Bagaimana mereka dapat tertawa sampai menangis? Sederhana saja. Saat terbaring di rumah sakit, Carter menyerahkan guntingan berita tentang asal mula kopi luwak kepada Edward. “Kopi itu sudah dikencingi dan diberakin musang,” Carter meledek teman barunya.
Dan mereka pun tertawa terpingkal-pingkal hingga keluar air mata.
Find the joy of your life,” adalah nasehat Carter yang selalu terngiang-ngiang di telinga Edward.
Dalam sisa hidupnya, Edward akhirnya sadar bahwa memang bukan uang yang membuat orang bahagia.
Ini bukanlah film yang mengeksploitasi air mata dan juga bukan film tentang orang yang berusaha mengingkari kenyataan bahwa mereka terkena kanker.
Film ini mengajak kita untuk berhenti bermuram durja dan tidak larut dalam kegeraman dan kepedihan,.melainkan berpikir positif serta mengisinya dengan hal-hal yang menyenangkan dan berguna seperti naik-naik ke puncak gunung, naik delman keliling kota, rafting di Citarik, snorkeling di Bunaken, naik gondola di Venesia, main ski di Black Forest, atau... nonton Extravaganza dan Ketawa Sutra di TV, ikut Indonesian Idol, ikut kuiz Missing Lyrics atau AreYou Smarter than a 5th Grader (aku dulu pernah ikut kuiz Siapa Berani di Indosiar, dapat ricecooker...), menjadi relawan di PMI, membuat celemek buat nenek, bikin kue bolu dan membagikan ke teman-teman (trims Ely) atau memberi makan kucing jalanan yang kelaparan....

Masih Perlukah Batu Ajaib Itu?

Mau sembuh? Minumlah air rendaman batu ajaib Ponari. Becanda? Tidak. Ini serius. Buktinya ribuan orang setiap hari berjubel-jubel antre untuk berobat dan beberapa pasien yang diwawancara media mengaku sembuh setelah minum air itu.
Ah, berita basi. Iya sih, kehebohan Ponari, si dukun cilik asal Jombang, Jawa Timur, sudah sejak beberapa bulan yang lalu menjadi berita di media cetak maupun elektronik. Bagaimana tak heboh, kalau sampai setidaknya lima orang tewas dalam antrean. Polisi bahkan sempat turun tangan dan menutup praktek itu untuk sementara waktu.
Ada media yang mengabarkan kalau Ponari yang masih duduk di bangku SD itu adalah titisan dewa petir. Ini gara2 suatu ketika Ponari tersambar petir tetapi tidak tewas dan malahan menemukan batu yang diyakini bertuah. Pokoknya kalah deh batu2 di seri Harry Potter seperti the Sorcerer’s Stone dan the Philospher’s Stone.
Kalau semua itu hanya isapan jempol, mengapa banyak pasien Ponari yang mengaku sembuh?
Sebetulnya pengobatan alternatif sama sekali bukan barang baru. Di mana2 di negeri ini (dan juga di berbagai belahan dunia) dikenal aneka macam pengobatan alternatif, mulai dari yang biasa-biasa saja seperti kerokan dan pijitan, percikan air putih dan doa, sampai yang aneh-aneh seperti penggunaan lintah untuk menyedot darah kotor dan sengatan lebah untuk membuka simpul syaraf. Bahkan sengatan ular (baca Digigit Ular di Hotel http://ayomari.blogspot.com/2008/02/digigit-ular.html).
Biayanya juga beragam, dari yang gratis sampai jutaan rupiah.
Biasanya mereka mengaku dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, termasuk kanker.
Hebatnya, banyak juga pasien yang mengaku sembuh.
Kok bisa?
Ya memang bisa, meskipun tidak 100%.
Salah satu hal yang membuat pengobatan alternatif manjur adalah keyakinan pasien bahwa ia akan sembuh. Misalnya orang2 yg rela antre berjam-jam, bahkan berhari-hari, untuk berobat ke Ponari. Karena yakin akan manfaat air celupan batu ajaib itu, mereka jadi bersemangat. Ibarat aki yg sudah lemah lalu disetrum, mereka serasa bertenaga bagu.
Semangat dan tenaga baru itu otomatis mendorong pasien yang tadinya sudah putus asa untuk bangkit. Mereka menghadapi penyakit tanpa rasa takut dan jauh dari stres.
Apalagi kalau mereka menghindari makanan yg kita semua tahu dapat menjadi sumber malapetaka jika dikonsumsi secara berlebihan dan mulai bergaya hidup sehat.
Sebetulnya kita sendiri juga bisa melakukannya hal yang sama, asalkan mau. Naaa..h kemauan ini yg seringkali menjadi hambatan karena kita sering malas... termasuk aku sendiri, yang suka belum rajin olah raga dengan teratur dan masih suka tergiur ingin jajan bakso......
Kita juga dapat mengolah energi positif dalam diri kita sendiri melalui doa, meditasi, prana, reiki atau yang lain. Masalahnya, ya itu tadi, apakah kita mau atau tidak? Dukungan dari orang-orang di sekeliling pasien juga diperlukan. Sama seperti Obama atau SBY yang tidak dapat bertahan tanpa dukungan ....
Tapi sekali lagi, yang terpenting adalah diri kita sendiri. Semangat hidup, pikiran dan sikap positif akan sangat membantu dalam menghadapi semua ini.
Tak perlu batu ajaib.