Friday, October 31, 2008

Gara-gara busway

Katanya naik busway itu enak. Ya, kalau dibandingkan dengan Kopaja atau Metromini. Apalagi kalau jalanan lagi macet, soalnya busway punya jalur khusus.
Belum lama ini aku ke kantor imigrasi Jakarta Selatan di Jl. Warung Buncit untuk memperpanjang paspor. Sebelumnya survei dulu. Kalau pakai calo, ongkosnya antara Rp 500.000 – Rp 800.000, sedangkan tanpa calo Rp 270.000. Jadi aku pilih ngurus sendiri.
Hari itu aku menyetir mobil. Jl. Warung Buncit macet dan tempat parkir di kantor imigrasi sudah penuh. Jadi ketika aku harus datang kembali untuk pengambilan foto dan sidik jari pada hari Selasa kemarin (28 Oktober 2008), aku titip mobil di halaman parkir Kebun Binatang Ragunan, yang juga merupakan tempat pemberangkatan busway dan dari sana aku naik bus. Ternyata bus cukup penuh. Akupun terpaksa bergelantungan. Wah, ini salah. Seharusnya tidak boleh bergelantungan begitu. Bukan karena takut jadi mirip monyet Ragunan. Tapi bergayut dengan tangan kanan membuat dada kanan (bekas operasi) dan lengan jadi sakit.
Sakitnya baru terasa dua hari kemudian. Ini juga ditambah sakit pinggang gara-gara sebelumnya aku sempat membereskan gudang yang tercemar tumpahan oli bekas gara-gara kalengnya yang tak tertutup rapat terguling (entah siapa yang punya ulah menggulingkannya). Rasanya pegal sekali. Untuk mengurangi rasa sakit, aku oleskan Counterpain. Tapi tidak terlalu membantu.
Semalam aku terbangun karena sakit, lalu teringat reiki. Bagian dada yang sakit aku reiki. Sekarang ini, kalau menarik nafas panjang, dada kanan masih terasa sedikit sakit. Tapi rasanya sudah mendingan. Mungkin ini sugesti, mungkin juga time heals.
Yang jelas sekarang harus lebih berhati-hati, harus sadar kalau kekuatan fisik sudah berkurang, tak seperti Xena atau Wonderwoman (bukan Mulan Jamilah lho).
Enak juga, ada alasan buat bermalas-malasan dan memanjakan diri….

Saturday, October 11, 2008

Kanker Bukan Halangan Untuk Jadi Model

Apa syarat menjadi peragawati? Cantik, tinggi langsing, pandai melenggak-lenggok di catwalk. Mungkin begitu yang ada dibenak kita kalau mendengar syarat untuk menjadi model.
Ternyata kita salah.
Syaratnya adalah harus kena kanker payudara.
Lho..???
Bukan bercanda … Serius nih.
Semua model yang tampil dalam London Fashion Show awal bulan ini semuanya penyintas kanker payudara (cancer survivors). Soalnya acara ini digelar untuk menggalang dana dalam rangka Bulan Sadar Payudara alias Breast Cancer Awareness Month yang kebetulan jatuh di bulan Oktober ini.
Sebanyak 23 model penyintas kanker payudara dari berbagai tempat di Inggris turut ambil bagian dalam acara ini. Diantaranya adalah Ebony Sheikh, yang didiagnosa terkena kanker payudara tahun 2006, Angela Edgcombe, didiganosa tahun 2000 dan Jane Taylor yang didiagnosa tahun 1990 (lihat gambar samping, dari kiri ke kanan). Satu-satunya pria yang ikut serta adalah Lance Bryant, yang juga terkena kanker payudara.
Selain itu ada juga Annette Prowse yang berusia 58. Tahun 2002 dokter memberitahu kalau ia terkena kanker payudara dan Ann harus menjalani mastektomi dan radioterapi sebelum akhirnya dinyatakan bebas dari kanker lima tahun kemudian.
“Saya ingin berjalan di atas catwalk dan menunjukkan kepada semua orang bahwa saya baik-baik saja. Pasti asyik dan meriah,” katanya seperti dikutip oleh BBC sebelum acara dimulai.
Meskipun Ann dan rekan-rekannya tak memiliki keindahan fisik seperti super model, mereka semua tampil dengan penuh rasa percaya diri. Kehadiran mereka di panggung tak hanya mengundang tepuk tangan meriah dari para pengunjung, tapi juga menggugah emosi. (http://www.youtube.com/watch?v=2L08oG9B8r8)
Acara tahunan ini diselanggarakan oleh Breast Cancer Care yang sekarang menginjak usia 35.
Pertunjukan digelar dua kali, sore dan malam hari. Harga tiket untuk acara sore hari £600 per meja atau £60 per orang ludes dalam waktu singkat. Sedangkan pada malam hari, harga per meja £ 1.500 atau £ 150 per orang dan yang ini tampaknya juga habis terjual.
Tahun lalu acara serupa berhasil menggalang dana sebesar £28.000.
Peragaan busana dengan model penyintas kanker payudara juga cukup populer di Amerika. Bagaimana dengan Indonesia? Kayaknya sih belum ada. Tapi bukan tak mungkin membuatnya ada. Paling tidak kan sudah ada Rima Melati, penyintas kanker payudara yang paling terkenal di sini. Aku sih belum pede naik panggung, tapi paling tidak, bisalah bantu-bantu menyebarkan beritanya.
Siapa tahu, gagasan itu dapat terwjujud tahun depan?

Awas. Musuh Dalam Selimut

Remaja juga bisa terkena payudara. Mungkin banyak yang tak percaya. Ah, mana mungkin. Bukannya itu penyakit orang tua angkatan nyokap gue?
Itu dulu….Sekarang ini rekor penderita kanker payudara juga masih dipegang orang-orang setengah baya. Tapi semakin lama, semakin terkuak kenyataan adanya penderita berusia muda. Ini bukan isapan jempol dan tidak terjadi di luar negeri saja. Tahun lalu saja sudah ada berita tentang adanya pasien di RS Dharmais yang baru berusia 18 tahun.
Kok bisa? Nah, pasti muncul pertanyaan ini. Meskipun orang-orang pintar (maksudnya scientist lho, bukan paranormal) masih sibuk berkutetan dengan riset mereka untuk mengetahui dengan pasti penyebab kanker payudara, sudah dapat dipastikan bahwa ada beberapa faktor pemicu penyakit ini.
Selain riwayat dalam keluarga, gaya hidup yang buruk seperti malas berolah raga, malas makan sayur dan buah, suka merokok dan minum alkohol serta terlalu banyak makan junk food serta makanan lain yang kurang sehat. Terlalu banyak pikiran alias stress juga bisa meningkatkan resiko terkena kanker payudara.
Di jaman serba instan semakin banyak dari kita yang bergaya hidup tak sehat. Kemana-mana naik mobil, sering jajan di luar, mulai dari gorengan di pinggir jalan dan kantin di sekolah sampai makanan di café atau restoran mewah di mal yang sungguh lezat itu.
Enak sih enak, tapi hati-hati, mungkin terasa nikmat karena banyak bumbu penyedapnya yang nota bene merupakan bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan kita. Belum lagi minyaknya yang dipakai terus-menerus (kalo bisa ngintip dapurnya, mungkin keliatan tuh minyaknya yang item banget kayak oli bekas yang encer…) padahal menurut orang pintar, minyak itu hanya boleh dipakai 2-3 saja, setelah itu harus dibuang karena pemanasan suhu tinggi menyebabkan adanya kandungan zat2 berbahaya seperti asam lemak trans, peroksida dan karsinogenik yang dapat menyebabkan kanker.
Apalagi bahan makanan yang mengandung bahan kimia yang berbahaya termasuk formalin, atau bahan pewarna yang kelihatan cerah ceria padahal bisa membawa akibat buruk bagi kesehatan.
Karena itu kita semua harus waspada akan bahaya kanker payudara yang mengintai bagaikan musuh dalam selimut ini. Hehehe… dibilang musuh dalam selimut soalnya bahaya itu bersembunyi dalam selimut, eh, maksudnya dalam makanan yang kelihatannya manis dan tidak berbahaya, bahkan cenderung menggoda…
Tapi kadang-kadang kita kan kepingin juga dong… jajan. Kalo kita mau langsung berhenti makan di luar, ya susah… Tapi mungkin kita perlu pintar-pintar memilih makanannya. Misalnya kalau makan ayam goreng KFC, kita ga usah makan kulitnya. Atau kalau kita pesen baso, kita minta ga usah pakai micin.
Temanku Titah dari Sahabat Kanker punya tips yang bagus. Dia bilang, daripada makanan berkaki lima (maksudnya makanan di kaki lima alias di pinggir jalan … atau pookoknya makanan yang dijual di luar), lebih baik makanan berkaki empat yang dimasak sendiri. Daripada yang berkaki empat (maksudnya daging merah atau daging sapi), lebih baik yang berkaki dua (alias ayam, bukan manusia lho… emangnya Sumanto si kanibal !!!). Lalu yang terakhir, daripada yang berkaki dua lebih baik berkaki satu (alias pohon… maksudnya tanaman.. sayur dan buah…….).
Setuju? Setuju dong…

Merah jambu di bulan Oktober

Ada apa di bulan Oktober ini? Banyak. Ada hari Kesaktian Pancasila (1 Oktober) dan hari TNI (5 Oktober) yang sudah kurang terdengar gaungnya. Ada juga hari PBB yang jatuh tgl 24 Oktober pas hari Dokter Indonesia (baru denger ada hari dokter…) dan hari Sumpah Pemuda (28 Oktober).
Tapi yang lebih penting adalah, bulan Oktober merupakan Breast Cancer Awareness Month alias Bulan Peduli Kanker Payudara.
Ini adalah kampanye internasional yang diadakan oleh lembaga-lembaga sosial setiap bulan Oktober untuk meningkatkan kesadaran atas penyakit ini dan untuk menggalang dana untuk riset, pencegahan dan penyembuhan. Kampanye ini juga menyediakan informasi dan dukungan bagi mereka yang terkena kanker payudara.
Selain itu ada juga penggalangan dana dan peningkatan kesadaran akan bahaya kanker payudara melalui berbagai kegiatan.
Kampanye ini mulai diadakan tahun 1985 di Amerika oleh AstraZeneca. Ini bukan nama orang, tapi perusahaan yang memproduksi obat kanker, Arimadex dan Tamoxifen. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran orang akan mamografi sebagai senjata ampuh untuk melawan kanker payudara.
Dari tahun ke tahun semakin banyak perusahaan yang turut terlibat dalam kampanye yang semakin mendunia ini. Bukan hanya perusahaan obat, tetapi juga yang lain seperti Estee Lauder dan Avon yang kebetulan sama-sama perusahaan kosmetik.
Pink ribbon atau pita merah jambu yang sering kita lihat dalam kampanye diperkenalkan tahun 1991 oleh Susan G Komen Foundation, yayasan yang aktif bergerak di bidang kanker payudara, sebagai simbol kanker payudara.
Ngomong-ngomong soal pita. Ingat dong lagu berjudul Tie a Yellow Riboon Round the Ole Oak Tree yang dirilis tahun 1970-an? Lagu itu diilhami oleh kisah seorang perempuan yang suaminya bertugas di Iran dan ia memasang pita kuning di pohon untuk menggambarkan keinginannya melihat suami pulang.
Tapi soal pita kuning itu sendiri sebetulnya sudah ada tahun 1940-an ketika seorang perempuan mengenakannya di leher sebagai simbol kerinduan atas suaminya yang tengah berperang.
Tahun 1990-an, pita merah digunakan oleh para penggiat AIDS untuk menunjukkan perlawanan mereka terhadap penyakit ini. Warna merah dipilih untuk melambangkan passion, keinginan yang menggebu-gebu untuk hidup
Kenapa pita sebagai lambang kanker payudara berwarna merah jambu? Mungkin karena penyakit ini banyak menyerang perempuan, dan barang yang berbau perempuan sering diberi warna merah jambu, seperti baju-baju boneka Barbie atau bahkan mobil yang diharapkan dapat memikat hati perempuan, seperti Honda jazz yang berwarna pink
Merah jambu juga dihubungkan dengan romantisme. Di hari Valentine, semuanya serba merah jambu.
Tapi yang lebih mendasar adalah bahwa merah jambu adalah warna cinta yang universal. Cinta kepada diri sendiri dan orang lain. Kasih sayang dan perhatian pada sesama.







Apakah Anda suka merah jambu? Kalau aku pribadi sih, lebih suka jambu… enak … hehehhe… .

Thursday, October 9, 2008

Bayar Pakai Kartu Kredit di Apotek RS Dharmais Kena Biaya Tambahan 3 Persen


Liburan Lebaran, semua pada libur. Tapi berobat tak boleh libur.
Terakhir kali aku suntik dan infus adalah hari Kamis, tgl.4 September 2008. Pengobatan ini harus dijalani setiap 4 minggu sekali, jadi giliran berikutnya jatuh pada hari Kamis tgl. 2 Oktober 2008. Karena tgl 1 dan 2 Oktober hari Raya Idul Fitri (maaf lahir batin ya teman2…), maka pengobatan mundur sampai hari Sabtu, tgl 4 Oktober 2008.
Yach.. kalo maju mundur barang 1-2 hari sih tidak apalah… Begitu pikirku. Tapi ternyata apotik Prima langgananku, tutup. Apotik Grogol juga tutup.
“Coba RS Dharmais, pasti di sana buka. Obatnya sedikit lebih mahal,” kata bu dokter ketika aku minta agar jadwal berobat diundur.
RS Dharmais memang tidak tutup. Tapi harga Zoladex 3.6 ml beda Rp 81.000 sedangkan Zometa 5 ml bedanya lebih dari Rp 351.000 (tiga ratus lima puluh satu ribu rupiah).
Apa boleh buat. Daripada daripada, ya aku beli saja. Mbak penjaga apotek RS Dharmais orangnya baik dan pelayanannya juga cepat. Apalagi waktu aku ke sana hari Jumat sekitar jam 7 malam, apotek sepi sekali.
“Kok mahal sih mbak? Nggak bisa kurang nih?” aku bertanya.
Emangnya jual obat di pasar, bisa ditawar…! (Eh, bisa lho, aku kemarin beli 2 tabung Redoxon CDR di apotek Puter, Bintaro, harganya Rp 25.200, tapi waktu aku bilang ke mbaknya supaya dibulatkan jadi Rp 25.000 saja, si mbak langsung setuju, Untuk informasi, di Giant harganya >Rp 26.000 dan di Carrefour > Rp 28.000).
Di Dharmais sih mana bisa tawar menawar. Jadi mau ga mau ya aku bayar saja. Pakai kartu kredit karena tak ada cash.
“Kena biaya 3 persen, ya,” kata si mas yang bertugas jadi kasir di sana.
“Lho mas, kenapa mesti kena charge?” kataku terheran-heran karena setahuku kasir utama (bukan kasir Apotek) tidak pernah mengenakan biaya tambahan untuk pembayaran dengan kartu kredit.
Si mas hanya mengangkat bahu. Pasti dia juga tak dapat menjawab karena ini merupakan kebijakan dari sonohnya.
Akhirnya aku keluarkan kartu debit BCA. Untung aku punya kartu debit.. Hahaha… ternyata aku masih untung.
(By the way hari ini waktu mau berangkat kerja, bokap yg kebetulan lagi di rumah memberi tahu kalau ban kiri belakang agak kemps. Jadi mampir dulu ke tukang tambal ban. Ternyata ada 8 paku. Untung ban nggak langsung kempes. .. Tiap malam aku pulang lewat tol. Bayangkan kalo mobil kempes pes malam2 di jalan tol.. Untung cepat ketahuan…)

Updating: Tadi aku ke Dharmais dan tanya apakah bisa bayar obat dengan kartu kredit tanpa kena biaya tambahan. TERNYATA SUDAH BISA. Petugas di kasir malah bilang kalo dia nggak tau bahwa dulu ada biaya tambahan.