Monday, November 5, 2007

Rumah Indonesia




You never know what you have until you lose it. Begitu yang pernah aku baca.
Benar juga ya. Nah sedikit banyak itu dialami oleh teman kita Lewa yang sudah tiga tahun tinggal di Singapura. Sebelumnya ia juga pernah bekerja di Malaysia sebagai TKI (iyalah, semua yang kerja di sana kan namanya TKI, meskipun bukan buruh kasar).
Waktu di Indonesia ia terkesan cuek-cuek saja dengan budaya nenek moyang dan tampaknya hanya tertarik dengan ABBA sehingga hafal semua lagunya. Tapi waktu kita ke rumahnya, yang terdengar adalah alunan lagu Rien Jamain dan Chrisye. Setelah berada di luar negeri rupanya ia baru sadar betapa besar cintanya pada negara kelahirannya yang masih kacau balau ini.
“Kata orang rumahku sangat Indonesia dan bagus.. hahahha….,” kata Lewa memuji diri sendiri.
Nuansa Indonesia memang terasa kental sekali. Bahkan ada juga poster lama yang menurut Lewa dibeli dari e-bay. Lewa mengoleksi berbagai barang-barang tradisional dari berbagai tempat di Indonesia. Mulai dari ‘gerbang‘ kayu dari Jawa yang sudah berusia puluhan tahun, alat pemotong tembakau berbentuk wayang –juga dari Jawa, alat menggendong bayi dari Kalimantan, mangkuk dari Palembang, hiasan dari Bali, kain ikat dari daerah Indonesia Timur dan kain batik peranakan. Yang paling indah menurutku adalah busana tradisional dari Kalimantan berupa baju tanpa tangan dan rok selutut yang penuh manik-manik. Lumayan berat …
‘Wah, bagus sekali,’ komentar Retno ketika memasuki apartemen Lewa yang terletak di belakang pom bensin. (tapi jangan bayangkan seperti apartemen di belakang pom bensin Pejompongan ya… )
Lewa pun berbinar-binar mendengarnya. Yach, memang perlu dipuji sedikit, apalagi karena sebentar lagi kita akan numpang makan siang gratis di situ.
“Kata orang, masakanku bisa dimakan,” begitu katanya dalam email yang dikirim sehari sebelum kita berangkat ke Singapura.
“Jangan-jangan Lewa beli take away lalu ngaku2 kalo itu masakan dia,” begitu peringatan dari Lenah, teman main kita yang sekarang tinggal di London.
Siang itu Lewa membiarkan ayam karenya tetap berada di wajan, mungkin memang disengaja untuk membuktikan bahwa memang betul Lewa masak sendiri. Selain itu ada nasi merah hangat dan sayur bening bayam yang makannya perlu perjuangan karena piringnya tak ada cekungannya alias rata. Untunglah belakangan disediakan mangkuk sehingga sayur bening yang segar dapat dinikmati dengan nyaman.
Enak …. Trims yach….Lewa..

2 comments:

Yik said...

Enak ya masakannya Lewa? Perlu fotonya, mbak, sbg bukti.. hehe... Mb Sima, keep writing & keep us updated ya. Take care!

T Sima Gunawan said...

Justru itu... Ga ada fotonya Lewa lagi masak sih... Jadi belum sah. Hehehe.... Tapi Lewa cukup kreatif, ayamnya dikasih kacang mete (kalo kacang metenya sih udah mateng, tinggal ditabur2in). Atau mungkin dia antisipasi, takut kalo ayamnya ga enak, masih ada kacang mete yg jelas enak....
Trims, Yik.