
Hari ini aku menjalani CT scan lagi atas anjuran bu dokter. Ia merasa prihatin setelah melihat hasil
bone scan-ku hari Jumat, 15 Agustus 2008. Dibandingkan dengan 3 bulan yll, ternyata ada penyebaran baru. Karenanya ia menyuruhku CT scan untuk melihat apakah ada organ tubuh seperti paru-paru, ginjal atau liver yang terkena.
Aku membuat janji dengan Dr. Hadi, ahli radiologi di RS Pluit, untuk CT scan hari Rabu, 20 Agustus 2008 jam 13:00. Sepuluh menit menjelang waktu yang ditentukan, suster menelpon untuk memastikan kehadiranku. Waktu itu aku baru saja keluar dari pintu tol Pluit. Agak mepet waktunya, karena jalan tol Cawang macet luar biasa dan di tengah jalan tiba-tiba mobilku tersendat-sendat. Khawatir kalau mogok di jalan tol, aku segera keluar di pintu tol Rawamangun. Lalu mengisi bensin sebanyak 10 liter. Sebetulnya bensin masih ¾ penuh, jadi ini spekulasi saja. Mudah2an kalau bensin penuh, bisa lancar kembali. Minggu lalu mobil baru masuk bengkel dan filter bensin sudah diganti, tetapi belum kuras tangki karena tak ada waktu. Ahh.. untung lancar… ! Leganya....
Tapi di Pluit ternyata aku sempat nyasar sehingga terlambat hampir 30 menit.
“Sudah menjalani pemeriksaan darah?” tanya petugas di depan pintu bertuliskan Radiologi.
“Kalau belum, nanti harus diperiksa dulu untuk melihat apakah fungsi ginjal baik. Ada tambahan biaya Rp 40 ribu,” si mbak yang mengenakan seragam merah cerah menjelaskan.
Biaya CT scan thorax, abdomen dan pelvis dengan kontras masih sama seperti akhir tahun lalu, yaitu Rp 4.570.000. Alatnya canggih dengan metode 64 slices.
Layanan bagian radiologi bagus. Setelah berganti baju pasien, aku mengikuti suster ke ruang CT scan. Aku berbaring, lalu lengan kiri ditusuk untuk diambil darahnya dan jarum infuspun ditancapkan untuk memasukkan obat.

Meja tempat aku berbaring perlahan-lahan bergerak masuk ke dalam mesin scan. Proses scan awal hanya beberapa menit. Lalu aku disuruh minum obat satu cangkir penuh dan duduk di ruang tunggu. Lumayan juga, perut yang keroncongan jadi kenyang. Hehehhe… Dari pagi aku hanya makan sepotong roti isi selai strawberry bikinan Sari Roti yang rasanya menurutku kok nggak terlalu enak. Lapar ditahan karena harus puasa.
“Silakan sambil nonton TV,” kata suster yang ramah sambil menyalakan televisi. Acaranya
Sesame Street yang di Indonesia-kan menjadi Jalan Sesama (bukan Jalan Wijen ya?).
Setengah jam kemudian suster yang lain datang dan ia mengantarku ke ruang scan yang rasanya kian dingin saja.
“Silakan berbaring miring ke kiri,” katanya dengan sopan.
Tibalah saat yang sangat tidak menyenangkan. “Disodomi,” begitu istilah salah satu suster berusaha bercanda tapi ... ah, cuekin aja. Obat dimasukkan melalui dubur. Nggak enak banget… Rasanya seperti mau mules. Tapi yach, apa boleh buat, terpaksa ditahan.
Setelah itu badanku kembali masuk ke mesin scan.
“Tarik nafas…,” begitu aba-aba lantang dari operator mesin.
Aku menarik nafas dalam-dalam sambil berusaha menerapkan tips dari ahli yoga yang menasehati kita agar jangan bernafas terlalu cepat. Lebih lama kita menarik nafas, lebih baik. Eh, belum selesai menarik nafas, sudah ada perintah “Tahan…” lalu disambung dengan “Bernafas biasa…” Prosesnya sangat cepat.
Scan diulang beberapa kali dan obat juga dimasukkan melalui lengan kiri. Ketika obat masuk, rasa sedikit nyeri dan panas menjalar ke seluruh tubuh sementara bagian anus terasa seperti digigit semut karena pengaruh obat.
Untung... ini hanya sebentar.
“Selesai,” kata suster.
Waktu aku melihat jam, ternyata seluruh proses dari saat aku ditusuk hanya makan waktu 1 jam. Cepat sekali..
“Jarumnya tidak dicabut, biarkan dulu selama 15 menit supaya nanti kalau ada reaksi pusing atau mual kita bisa memasukkan obat melalui sini,” kata suster.
Biarpun ada jarum infus tertancap di lengan kiri, tapi tidak terasa sakit.
Suster menganjurkan aku minum air banyak-banyak agar obat larut.
Setelah minum air hangat 1 gelas, aku ke toilet karena perut melilit. Sebagian obat keluar, tapi hanya sebagian saja… Sementara aku berjuang sambil merenungkan nasib negara (hehehe.. emangnya.. !), suster memanggil-manggil namaku. Rupanya ia khawatir karena aku terlalu lama di WC….
Baik juga ya susternya…
Karena reaksi tubuhku bagus, tak ada rasa mual atau pusing, jarum infus lalu dicabut dan aku diperbolehkan pulang.
“Hasilnya bisa diambil besok setelah jam 1 siang,” kata suster.
(
Sementara itu tadi aku mengirim email ke bu dokter, melaporkan kalau sudah CT scan dan hasilnya baru akan ada besok. Tak lama kemudian datang balasannya: "ok, all the best for the results
." Bu dokter pasti sibuk, tapi kok sempet2nya ia membalas emailku ya... Yach.. aku memang beruntung bertemu dengan banyak orang baik.)*** News Update: Hasilnya sudah keluar, thank God... ternyata lumayan ok, ga gitu jauh dengan pemeriksaan sebelumnya. :)