Tuesday, January 27, 2009

Dapatkah penyintas kanker hidup normal?

Pertanyaan itu tiba-tiba saya muncul. Gara-gara seorang teman bertanya: “Kamu makannya gimana?”
Pertanyaan terlontar di akhir pekan pertengahan bulan Januari 2009 dalam suatu obrolan ringan. Pagi itu kita memenuhi undangan bertandang ke rumah barunya yang asyik banget. Menempati tanah seluas 300 meter persegi, satu-satunya bangunan yang ada hanyalah kamar tidur besar berdinding kaca.
Di bawah bangunan itu ada kolam ikan dan ruang santai yang dilengkapi dengan tikar dan bantal anyaman bambu dari Vietnam serta kursi antik yang dibeli langsung dari mantan tetangganya. Di depan kamar tidur ada kolam renang dan beranda terbuka. Pepohonan rindang – termasuk sengon, petai cina bahkan pohon pisang - tumbuh di atas tanah berpermadani rumput hijau. Tak ada TV dan tak ada garasi untuk parkir mobil karena penghuni rumah itu hanya perlu berjalan kaki beberapa menit ke kantornya dan naik taksi jika memang perlu.
Soal makan, aku makannya ya biasa saja, pakai sendok dan garpu, atau cukup pakai tangan, tergantung apa yang dimakan. Tapi bukan itu maksud pertanyaannya. Temanku, yang juga tengah berjuang melawan kista bandel di dubuhnya, ingin tahu apakah aku pantang makan sesuatu dan dietnya seperti apa, begitu kira-kira.
Setiap hari, aku berusaha menyantap makanan rumah, makan banyak sayur dan buah-buahan serta menghindari banyak gorengan. Minyak yang digunakan adalah canola oil yang dapat dibeli di berbagai supermarket karena katanya minyak ini lebih bagus dari minyak jagung atau minyak goreng lainnya. Yang paling bagus sih minyak zaitun dan kemarin aku baru membeli satu botol kecil. Hanya saja harganya berlipat-lipat.
Tapi kalau di luar rumah, misalnya dalam acara makan pagi menjelang siang di rumah baru temanku itu, aku makan apa yang ada, meskipun belum tentu semuanya disikat. Kebetulan kemarin menunya nasi uduk dan ayam goreng. Ya sekali-sekali tak apalah makan enak. Untuk mengurangi rasa bersalah, setelah itu aku makan jeruk. Memang buah-buahan itu bagus lho.
Nah, kembali ke pertanyaan awal. Apakah penyintas kanker dapat hidup normal? Aku yakin banyak orang yang bertanya-tanya dan ingin tahu. Apa sih normal itu? Kalau ga normal ya gila dong…. Hehehehee…
Kalo menurut aku nih, kita para penyintas kanker atau istilah kerennya cancer survivor, hidupnya beyond normal… (apa coba itu).
Kita justru harus menjalani hidup lebih baik dari dulu. Ya memang nggak 100% seperti dulu, tapi lebih berkualitas. Misalnya, kalau dulu kita malas makan sayur dan buah, hobi makan gorengan dan suka minum alkohol dan merokok, sekarang harus mengubah kebiasaan buruk itu.
Kalo dulu kita malas bekerja, sekarang harus rajin.. supaya mampu membeli minyak zaitun… hehehhe..
Kanker bukan vonis mati. Memang ada orang yang didiagnosa terkena kanker dan tak lama kemudian meninggal, seperti ibunya Obama. Tapi banyak juga yang masih tetap hidup produktif hingga lamaaaaaaaaaaa sekali. Lihat saja Rima Melati, semua orang pasti kenal dia dong, yang pada jaman dahulu kala terkena kanker payudara tapi kemarin malahan aku lihat dia jadi bintang iklan di TV (ralat, kayaknya aku salah, yg diiklan itu Leny Marlina yach?). Temanku yang menerjemahkan buku Harry Potter didiagnosa terkena kanker dan beberapa tahun yll dokter mengatakan bahwa usianya hanya tinggal 4 bulan. Tapi sampai sekarang ia masih ngantor, meskipun sempat jatuh bangun dengan proses pengobatan yang berkepanjangan.
Untuk dapat bertahan hidup memang tak mudah. Sering kali kita merasa lelah, susah dan marah. Namanya juga manusia… Tak dapat kita mengenyampingkan emosi. Sah-sah saja kalau kita mempunyai perasaan seperti itu, asalkan jangan berlarut-larut.
Aku acungkan jempol untuk teman-teman para penyintas kanker yang menjalani hidup ini besar hati, tabah dan bahkan dengan suka rela memberikan dukungan bagi sesama cancer survivor, seperti mereka yang tergabung dalam Cancer Information and Support Center (CISC).
Penyintas kanker harus tegar dan berani. Dibandingkan dengan orang lain yang tidak terkena kanker, hidup yang mereka jalani lebih berliku dan penuh lobang. Bahkan mereka bisa tertusuk paku jika tak berhati-hati. Belum lagi kalau ada hujan dan badai. Berat memang. Karena itu kita perlu perlengkapan yang memadai seperti payung, jas hujan, topi, sepatu, perahu karet dan lampu senter. Selain itu juga perlu semangat dan dukungan orang-orang di sekeliling kita.
Ayo mari kita jaga semangat ini agar menyala bagaikan api nan tak kunjung padam…. seperti judul buku terbitan Balai Pustaka yang dijadikan nama patung di bunderan Senayan - tapi lebih dikenal sebagai patung pizza man karena bentuknya seperti orang membawa pizza (pizza dengan api yang menyala-nyala?)

1 comment:

Elyani said...

Makan banyak sayuran dan buah2an memang sangat bermanfaat. Sejak aku balik lagi ke pola makan ini sakit yang tempo hari sempat bikin aku dag dig dug sudah hilang dengan sendirinya. Menyantap protein masih dong..tapi porsinya dikurangi dan jarang. Dua jempol untuk Sima! tulisan diblog ini membuatku belajar lebih banyak tentang kanker. Terima kasih sudah mau berbagi ya Sima :)