Tuesday, March 11, 2008
Reiki, the energy healing system, that heals.
Pernah baca buku cerita silat Kho Ping Ho yang terkenal itu? Atau Kisah Pemanah Burung Rajawali yang pernah ditayangkan di TV? Hmm.. itu jadul (jaman dulu)… anak-anak sekarang pasti nggak tau. Bagaimana kalau Crouching Tiger Hidden Dragon? Atau.. paling tidak, tau dong film kartun Avatar yang tiap pagi masih muncul di layar kaca?
Intinya, aku mau bilang kalau dalam cerita-cerita itu digambarkan adanya tenaga dalam yang luar biasa. Dari jarak jauh orang bisa menumbangkan pohon hanya dengan menggerakkan tangan. Ada juga namanya ilmu meringankan tubuh alias ginkang yang membuat orang dengan mudah bisa melompat ke genteng dan berlari-larian di sana dengan lincah. Nggak ada tuh genteng yang pecah atau orang yang jatuh karena gagal meloncat lalu patah tulang.
Percaya nggak? Aku sih cuma mikir, kalau memang benar ada ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam yang hebat itu, pasti dong mereka yang menguasainya bisa jadi juara Olimpiade, mulai dari lomba lari, angkat besi sampai senam dan tinju.
Tapi beneran loh. Yang namanya tenaga dalam itu memang ada seperti yang pernah disiarkan di TV yang meliput demonstrasi perkumpulan seperti Merpati Putih, bukan Merpati Kuning atau Ungu..
Tenaga dalam ini juga bisa dipraktekkan dalam penyembuhan, seperti yang kita kenal dengan prana, reiki atau chi…
Akhir tahun lalu, ketika teman lamaku Harry mengetahui kalau aku kena kanker, ia mengusulkan agar aku ikut reiki. Lalu teman lain Jo yang di Melbourne pernah cerita kalau saudara temannya yang bernama Diana dan berdomisili di Bandung kena kanker dan belajar reiki.
Bulan lalu, 10 bulan setelah usaha melawan kanker melalui pengobatan modern belum membuahkan hasil yang diharapkan, aku mulai memikirkan reiki. Aku kontak Diana, yang bersaksi kalau temannya yang kena kanker keadaannya membaik setelah reiki dan saat ini dia sendiri juga sedang menjalani terapi reiki.
Nah, kalau begitu, kenapa nggak dicoba? Aku lalu mencari informasi dan di internet aku menemukan beberapa situs, salah satunya adalah Yayasan Cakram Reiki pimpinan pak Wahidin yang merupakan dosen fakultas eksakta di UI. Selain menyelenggarakan lokakarya, ada juga klinik yang memberikan layanan cuma-cuma. Boleh juga nih…
Hari Sabtu siang, tgl. 1 Meret 2008, aku telepon yayasan itu. 421 9245, atau 7086 1292.
“Datang saja ke sini. Kebetulan setiap Sabtu ada pengobatan sampai jam 5 sore,” kata ibu Wahidin.
Aku lihat jam, sudah pukul 15:30. Ok. Kalau ngebut, masih keburu. Klinik itu lokasinya di Kramat, tapi bukan Kramat Tunggak . .. bekas pasar daging alias red light district yg sekarang jadi Islamic Center. Tepatnya kinik itu di Jalan Listrik 5 No.4, Gang Kramat IV, Jakarta Pusat.
Dari arah RSCM atau Salemba, lewat RS Kramat 128 (ini rumah sakit kecil tapi kabarnya bagus) lalu belok kiri, masuk Jl. Kramat IV. Dari situ ada gardu FBR, lalu belok ke .. eh, kiri atau kanan ya, aku lupa. Yang jelas aku nyasar, keterusan sampai jauh, mana jalannya sempit, susah berputar balik.
Akhirnya sampai juga di klinik yang sederhana itu. Waktu itu sudah beberapa menit lewat dari pukul 5 sore. Setelah menjawab beberapa pertanyaan standar, aku disuruh duduk di suatu ruangan. Lalu seorang master reiki mulai melakukan ritual penyembuhan yang diawali dan diakhiri dengan doa menurut keyakinan masing-masing. Beberapa anggota lain juga turut membantu. Mereka semua mengerahkan tenaga dalam memasukkan energi positif untuk menghalau energi negatif dalam tubuhku.
Prosesnya sekitar 20 menit. Tak berasa apa-apa. Malah ketiduran sebentar.
Setelah itu aku mendapat informasi kalau mereka akan mengadakan lokakarya di Hotel Ibis hari Minggu itu dengan biaya Rp 450 ribu dan aku langsung mendaftar dengan memberi DP Rp 100 ribu.
Belakangan Upiet ternyata berminat dan kami berdua mengikuti loka karya yang berlangsung dari pukul 9 pagi hingga 4 sore. Pesertanya tidak banyak, sekitar 15 orang, termasuk peserta untuk tingkat 2.
Reiki berasal dari bahasa Jepang. Rei=alam semesta, Ki=energi kehidupan. Atau disebut juga Ling Chi.
Pada intinya kita belajar menyelaraskan energi positif dari alam semesta. Dalam keadaan pasrah, energi reiki bekerja melakukan penyembuhan dan mencari sendiri sumber penyakit.
Kita belajar melakukan penyembuhan diri sendiri (self-healing) dan menyembuhkan orang lain. Setelah loka karya, kita harus berlatih self-healing selama 21 hari.
Tapi tentu saja semua itu juga tergantung pada keyakinan kita serta kehendak YME.
Kita juga diajari untuk melihat aura orang, yang bisa dilakukan dengan sering berlatih.
Ahli reiki tingkat lanjut dapat mengobati orang dari jarak jauh. Setiap malam, pukul 10, mereka menyalurkan tenaga dalam bagi pasien. Sebetulnya aku juga ingin ikut direiki. Tapi jam 10 malam belum tentu aku sudah sampai di rumah padahal kalau mau efektif, pasien harus siap menerima dalam keadaan pasrah dan kedua telapak tangan terbuka ke atas.
Dengan reiki, kita juga bisa loh menghilangkan energi negatif pada makanan.
“Coba ambil 2 buah tomat. Yang satu direiki, yang satu tidak. Setelah beberapa hari, tomat yang tidak direiki akan busuk, tetapi tomat yang direiki bisa awet sampai lama,” kata pak guru saat loka karya.
Lalu katanya lagi: “Pak Wahidin paling suka makanan Padang yang banyak santannya itu. Tetapi ia tetap sehat karena setelah makan, ia reiki perutnya.”
“Tetapi kalau makanan itu direiki sebelumnya, pada saat dimakan, akan terasa nggak enak. Coba kalau ada teman yang suka merokok, reiki rokoknya, maka saat ia merokok, akan berasa nggak enak.”
Malam harinya aku coba mereiki buah. Bukan tomat, tapi mengkudu yang baru dipetik. Setelah beberapa hari, hasilnya: sama saja, tetap busuk.
Waktu temanku Dewi datang pada hari Selasa, aku bercerita tentang reiki dan mencoba mereiki rokoknya karena dia memang ingin sekali berhenti merokok.
Keesokan harinya waktu aku tanya, dia menjawab: “Agak nggak enak sedikit.” Nggak tau ya, apakah memang beneran dia merasa rokoknya nggak enak, atau dianya merasa nggak enak sama diriku…. (Yach..namanya juga baru belajar, jangan ngeledek ya, awas nanti kalau sudah jago aku akan reiki itu mi instan di supermarket biar rasanya jadi hambar dan anak2 ga ketagihan .. hehehe... ga kok... just kiding... reiki kan ga boleh buat main2...)
Bagi yang tertarik mengikuti pengobatan dengan reiki secara cuma-cuma, dapat datang ke klinik Wahidin setiap hari Sabtu pukul 14:00 sampai 17:00. Nomor telpon 421 9245, atau 7086 1292 seperti yang disebutkan di atas. Atau boleh juga lihat di website
cakram-reiki.com. Kalau ingin tahu lebih lanjut, banyak sekali informasi di Internet, bisa dicari lewat Google.
Intinya, aku mau bilang kalau dalam cerita-cerita itu digambarkan adanya tenaga dalam yang luar biasa. Dari jarak jauh orang bisa menumbangkan pohon hanya dengan menggerakkan tangan. Ada juga namanya ilmu meringankan tubuh alias ginkang yang membuat orang dengan mudah bisa melompat ke genteng dan berlari-larian di sana dengan lincah. Nggak ada tuh genteng yang pecah atau orang yang jatuh karena gagal meloncat lalu patah tulang.
Percaya nggak? Aku sih cuma mikir, kalau memang benar ada ilmu meringankan tubuh dan tenaga dalam yang hebat itu, pasti dong mereka yang menguasainya bisa jadi juara Olimpiade, mulai dari lomba lari, angkat besi sampai senam dan tinju.
Tapi beneran loh. Yang namanya tenaga dalam itu memang ada seperti yang pernah disiarkan di TV yang meliput demonstrasi perkumpulan seperti Merpati Putih, bukan Merpati Kuning atau Ungu..
Tenaga dalam ini juga bisa dipraktekkan dalam penyembuhan, seperti yang kita kenal dengan prana, reiki atau chi…
Akhir tahun lalu, ketika teman lamaku Harry mengetahui kalau aku kena kanker, ia mengusulkan agar aku ikut reiki. Lalu teman lain Jo yang di Melbourne pernah cerita kalau saudara temannya yang bernama Diana dan berdomisili di Bandung kena kanker dan belajar reiki.
Bulan lalu, 10 bulan setelah usaha melawan kanker melalui pengobatan modern belum membuahkan hasil yang diharapkan, aku mulai memikirkan reiki. Aku kontak Diana, yang bersaksi kalau temannya yang kena kanker keadaannya membaik setelah reiki dan saat ini dia sendiri juga sedang menjalani terapi reiki.
Nah, kalau begitu, kenapa nggak dicoba? Aku lalu mencari informasi dan di internet aku menemukan beberapa situs, salah satunya adalah Yayasan Cakram Reiki pimpinan pak Wahidin yang merupakan dosen fakultas eksakta di UI. Selain menyelenggarakan lokakarya, ada juga klinik yang memberikan layanan cuma-cuma. Boleh juga nih…
Hari Sabtu siang, tgl. 1 Meret 2008, aku telepon yayasan itu. 421 9245, atau 7086 1292.
“Datang saja ke sini. Kebetulan setiap Sabtu ada pengobatan sampai jam 5 sore,” kata ibu Wahidin.
Aku lihat jam, sudah pukul 15:30. Ok. Kalau ngebut, masih keburu. Klinik itu lokasinya di Kramat, tapi bukan Kramat Tunggak . .. bekas pasar daging alias red light district yg sekarang jadi Islamic Center. Tepatnya kinik itu di Jalan Listrik 5 No.4, Gang Kramat IV, Jakarta Pusat.
Dari arah RSCM atau Salemba, lewat RS Kramat 128 (ini rumah sakit kecil tapi kabarnya bagus) lalu belok kiri, masuk Jl. Kramat IV. Dari situ ada gardu FBR, lalu belok ke .. eh, kiri atau kanan ya, aku lupa. Yang jelas aku nyasar, keterusan sampai jauh, mana jalannya sempit, susah berputar balik.
Akhirnya sampai juga di klinik yang sederhana itu. Waktu itu sudah beberapa menit lewat dari pukul 5 sore. Setelah menjawab beberapa pertanyaan standar, aku disuruh duduk di suatu ruangan. Lalu seorang master reiki mulai melakukan ritual penyembuhan yang diawali dan diakhiri dengan doa menurut keyakinan masing-masing. Beberapa anggota lain juga turut membantu. Mereka semua mengerahkan tenaga dalam memasukkan energi positif untuk menghalau energi negatif dalam tubuhku.
Prosesnya sekitar 20 menit. Tak berasa apa-apa. Malah ketiduran sebentar.
Setelah itu aku mendapat informasi kalau mereka akan mengadakan lokakarya di Hotel Ibis hari Minggu itu dengan biaya Rp 450 ribu dan aku langsung mendaftar dengan memberi DP Rp 100 ribu.
Belakangan Upiet ternyata berminat dan kami berdua mengikuti loka karya yang berlangsung dari pukul 9 pagi hingga 4 sore. Pesertanya tidak banyak, sekitar 15 orang, termasuk peserta untuk tingkat 2.
Reiki berasal dari bahasa Jepang. Rei=alam semesta, Ki=energi kehidupan. Atau disebut juga Ling Chi.
Pada intinya kita belajar menyelaraskan energi positif dari alam semesta. Dalam keadaan pasrah, energi reiki bekerja melakukan penyembuhan dan mencari sendiri sumber penyakit.
Kita belajar melakukan penyembuhan diri sendiri (self-healing) dan menyembuhkan orang lain. Setelah loka karya, kita harus berlatih self-healing selama 21 hari.
Tapi tentu saja semua itu juga tergantung pada keyakinan kita serta kehendak YME.
Kita juga diajari untuk melihat aura orang, yang bisa dilakukan dengan sering berlatih.
Ahli reiki tingkat lanjut dapat mengobati orang dari jarak jauh. Setiap malam, pukul 10, mereka menyalurkan tenaga dalam bagi pasien. Sebetulnya aku juga ingin ikut direiki. Tapi jam 10 malam belum tentu aku sudah sampai di rumah padahal kalau mau efektif, pasien harus siap menerima dalam keadaan pasrah dan kedua telapak tangan terbuka ke atas.
Dengan reiki, kita juga bisa loh menghilangkan energi negatif pada makanan.
“Coba ambil 2 buah tomat. Yang satu direiki, yang satu tidak. Setelah beberapa hari, tomat yang tidak direiki akan busuk, tetapi tomat yang direiki bisa awet sampai lama,” kata pak guru saat loka karya.
Lalu katanya lagi: “Pak Wahidin paling suka makanan Padang yang banyak santannya itu. Tetapi ia tetap sehat karena setelah makan, ia reiki perutnya.”
“Tetapi kalau makanan itu direiki sebelumnya, pada saat dimakan, akan terasa nggak enak. Coba kalau ada teman yang suka merokok, reiki rokoknya, maka saat ia merokok, akan berasa nggak enak.”
Malam harinya aku coba mereiki buah. Bukan tomat, tapi mengkudu yang baru dipetik. Setelah beberapa hari, hasilnya: sama saja, tetap busuk.
Waktu temanku Dewi datang pada hari Selasa, aku bercerita tentang reiki dan mencoba mereiki rokoknya karena dia memang ingin sekali berhenti merokok.
Keesokan harinya waktu aku tanya, dia menjawab: “Agak nggak enak sedikit.” Nggak tau ya, apakah memang beneran dia merasa rokoknya nggak enak, atau dianya merasa nggak enak sama diriku…. (Yach..namanya juga baru belajar, jangan ngeledek ya, awas nanti kalau sudah jago aku akan reiki itu mi instan di supermarket biar rasanya jadi hambar dan anak2 ga ketagihan .. hehehe... ga kok... just kiding... reiki kan ga boleh buat main2...)
Bagi yang tertarik mengikuti pengobatan dengan reiki secara cuma-cuma, dapat datang ke klinik Wahidin setiap hari Sabtu pukul 14:00 sampai 17:00. Nomor telpon 421 9245, atau 7086 1292 seperti yang disebutkan di atas. Atau boleh juga lihat di website
cakram-reiki.com. Kalau ingin tahu lebih lanjut, banyak sekali informasi di Internet, bisa dicari lewat Google.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
10 comments:
Mb Sima, kalo mau mereiki mi instan, bisa gak dibikin supaya langsung matang? Eh, itu sulap ya...? :)
ha..ha..
masih suka kangen indomie Yik..?
Dulu semasa SMP saya penggila Kho Ping Ho. Kalau sewa KPH sampai nyumput2 supaya gak ketauan suster asrama. Pendekar Pulau Es, Kisah Sepasang Rajawali, Suling Emas dsb..sudah lupa sekarang. Padahal bukunya kecil dan model stensilan..tapi ceritanya bikin saya malas belajar dan sering kena strap! :)
memang cerita itu bisa bikin kecanduan... dulu aku jg suka baca di kelas, tapi ga pernah ketauan gurunya :)
setuju banget sima ikut reiki, aku termasuk yang percaya sama manfaatnya. tapi harus rajin latihan terus yah, jangan hangat-hangat bubur ayam ajah...
Walau saya sehat,pingin juga belajar reiki (Hm,tak bisa masuk jurusan kedokteran,kan lumayan kalau bisa berhasil dg reiki-rekian ini...bisa membantu orang),begitu reaksi spontan saya.
Setelah pikir satu menit,gimana nih,kalau seandainya benar reiki bisa membantu manusia berumur paaaanjang, wah,apa cukup satu planet bumi kita ini?
Ah, jangan pikirin komentar ngelantur di atas ,Sima.
Terima kasih atas tulisan2mu.Take care.
Hi Titah,
Tau aja sih... kalo aku ini suka malas... dan ga telaten...
Tapi tiap malam sebelum tidur aku berusaha belajar reiki untuk self-healing, meskipun kadang sampai ketiduran.. (ah, aku ini memang gampang sekali tertidur... dulu kalau ada kelas sore waktu kuliah, pasti merem melek...
Untuk Ano,
niatmu mulia sekali loh..
kalo planet bumi penuh, kita bisa ngungsi ke planet mars atau planet hollywood... :)
metode yang luar biasa. thanks
www.cancerhealingstory.blogspot.com
terima kasih kembali, pak...
saya senang quotation ini:"Life isn't about waiting for the storm to pass. It's about learning to dance in the rain" (Anonymous)
yg saya ambil dari blog bapak.
Post a Comment