Wednesday, March 5, 2008

Like a Volcano

Melihat gambar gunung berapi pada sampul National Geographic Indonesia edisi Maret 2008, aku merasakan ada kesamaan dengan penyakit yang menyebalkan ini.
Kanker di tubuhku bagaikan gunung berapi yang dapat meletus setiap saat. Bedanya, kalau letusan gunung berapi menggelegar dan seketika memporak-porandakan lingkungan di sekitarnya, sel-sel kanker dengan diam-diam menyebar ke bagian-bagian tubuh dan menggerogotinya tanpa ampun.
Kanker memang pengecut, ia bergerilya, datangnya mengendap-endap. Saat kita lengah, dengan mudah ia menyerang untuk membobolkan benteng pertahanan dan menyerbu ke segala penjuru.
Dengan bantuan tehnologi, keberadaan sel-sel kanker dapat dideteksi melalui pemeriksaan seperti bone scan, CT scan, dan PET scan. Singkatnya, bone scan untuk mendeteksi apakah ada sel-sel kanker di tulang dan CT scan untuk melihat apakah sel-sel kanker itu ada di organ tubuh tertentu seperti hati, usus dll. PET scan juga sama, tapi pemeriksaannya lebih lengkap dan biayanya juga berlipat-lipat, jauh lebih mahal dari CT scan.
Aku sudah menjalani bone scan 3x (2x di Dharmais, 1x di RSPAD), CT scan 3x (masing2 di Dharmais, Radlink dan RS Pluit), sedangkan PET scan (nggak ada hubungannya dengan PET yang suka gonggong2 dan meong2) 1x di Asiamedic.
Waktu konsultasi ke NUH pada tgl. 26 Februari 2008, semua hasil scan aku masukkan ke dalam tas biru terbuat dari bahan plastik tebal yang kokoh, hadiah dari Dharmais ketika aku CT scan di sana.
Bu dokter membawa semua hasil scan itu untuk dibahas bersama seorang radiologist dan rekannya yang sama-sama oncologist, sebelum menerima aku di ruangannya untuk konsultasi .
“Our radiologist was really impressed with the bag,” katanya membuka pembicaraan.

Come on, doc…! Jangan ngeledek dong.. Masa yang dipuji tas-nya? Memang tas itu bagus, beda dengan kantong plastik dari Radlink atau amplop besar dari RS Pluit...tapi apa nggak ada hal lain yang bisa dipuji?
Ada… Ternyata Bu dokter juga memuji teknologi yang digunakan Dharmais untuk bone scan. Kalau CT scan Dharmais memang kurang canggih tapi tehnologi RS Pluit untuk CT scan bagus (64 slice), "sama dengan di Singapura", katanya.
Ada juga kabar bagus. Kanker itu tidak menyebar ke bagian tubuh yang lain. Sayangnya, ada kabar buruk. Sel-sel kanker masih bercokol di tulang. Tadinya aku menyangka kalau hanya ada di dua atau tiga titik. Ternyata lebih. Paling tidak ada di 5 titik Iga kanan, leher belakang, tulang belakang, tulang duduk kiri dan tulang duduk kanan.
Selain itu, tampak ada peningkatan aktivitas. Hal ini sebetulnya sudah tertuang dalam hasil laporan hasil bone scan terakhir di Dharmais, yang kemudian ditandaskan oleh bu dokter di NUH.
Untuk mencegah penyebaran kanker, aku minum Aromasin. Kata dokter, ada obat lain, yaitu Femara. Tapi memang tak ada jaminan kalau aku minum Femara, maka keadaannya akan lebih baik.
Aku sudah minum Aromasin sejak penyakit diketahui kambuh pada bulan April 2007 sedangkan batas waktu untuk minum obat itu adalah 16 bulan (kalau aku tidak salah dengar). Artinya, setelah masa itu, maka Aromasin tidak lagi efektif untukku.
Dokter mengusulkan agar aku tetap minum obat itu selama 3 bulan sebelum beralih ke Femara. Dan aku setuju saja.
Aromasin dan Femara adalah obat terapi hormone untuk menekan produksi oestrogen, yaitu hormone yang dapat memicu pertumbuhan sel kanker. Obat ini hanya manjur untuk mereka yang sudah menopause. Karena aku belum menopause (maklum, masih remaja…) maka setiap tiga bulan sekali, aku disuntik Zoladex supaya benar2 berhenti mens (enak, ga perlu ribet pake softex).
Kalau Aromasin dan Femara tidak manjur, maka baru akan dicoba radioterapi. Tapi pengobatan ini, sama seperti kemoterapi, dapat menghancurkan sel2 yg masih sehat juga.
Mudah2an terapi hormone berhasil yach… Sementara itu, terpikir juga untuk mencoba pengobatan herbal seperti Mahkota Dewa dan pengobatan spiritual melalui meditasi dan reiki… Siapa tahu…bermanfaat…
Dan yang tak kalah pentingnya adalah keaktifan berolah raga. Minggu kemarin diundang temen ke Fitness First di Pacific Place dan diajak ikut menjadi anggota.
Bukan hanya sekedar diajak… bahkan biaya pendaftaran serta iuran bulan pertama juga dibayarin. (Thanks ya, Citra..!) Olah raga itu hukumnya wajib, tapi aku suka malas. Makanya sekarang “dipaksa” agar rajin... Ayo nggak boleh malas olah raga.. Siap.. grak... Maju jalan...Satu dua.. satu dua… kiri kanan kiri kanan… (lho, kok jadi baris-berbaris).

5 comments:

Anonymous said...

Pokoke tetep semangat ya mbak..!

Elyani said...

Mbak Sima,

Saya menemukan blog mbak pada saat blogwalking dari Rumah Kanker. Sebetulnya saya tidak mengidap kanker, tapi teman baik saya yang baru saja dioperasi dan divonis kanker ovarium. Membaca blog Mbak Sima, saya salut dengan semangat juang, keceriaan, dan selera humor mbak. Saya sendiri memiliki masalah endometriosis dan adenomyosis. Sudah dioperasi tetapi adenonya masih ada karena solusinya harus angkat rahim, apakah ingin partial atau total hysterectomy.

Penyakit saya tidak masuk kategori berbahaya tapi sangat menyebalkan karena harus mengalami derita bulanan. Kalau pengaturan makan bagus dan disiplin, rasa sakit tidak terlalu hebat..tapi ya tetap sakit pada saat si bulan mampir. Tapi penderitaan saya bukan apa2 dibanding sahabat2 lain seperti mbak yang harus berurusan dengan si hewan bercapit banyak ini.

Saya harap teman saya yg sedang putus asa dapat belajar banyak dari Mbak Sima. Salam.

Anonymous said...

Hi Ely,trims.

Sakit itu emang paling nggak enak. Mudah2an Ely tetap sehat.

Untuk teman yg kena kanker ovarium, semoga tabah dan dapat menghadapi cobaan ini dengan tegar. Berserahlah pada YME sambil berusaha untuk mendapatkan pengobatan yang tepat dan dokter yang cocok.

Anonymous said...

Sudah olahraga belum hari ini mbak...?? Hayooo... gak boleh malas! :))

T Sima Gunawan said...

iya nih.. aku mau siap2 berangkat yik, biar sehat.
memang namanya memulai kebiasaan baru itu susah. terus terang saja, aku sebetulnya lbh suka duduk di depan komputer daripada olahraga. tapi kemarin aku udah bolos, hari ini harus rajin.
ayooo semangat... hehehe... aku semangat kok, malam minggu kemarin udah beli celana training baru 2 biji. minggu lalu aku olah raga 3x pake celana tidur... tapi kalo buat treadmill ga ketauan.
cuma pas latihan gaya kayak yoga itu, kakinya kan disuruh dibuka lebar2, nah ketauan kalo celananya ternyata ga berbentuk... mana agak melorot2 lagi krn cuma kolor ga ada talinya.. hahahha :)