Tuesday, August 4, 2009

Ngeri

Ngeri. Takut. Serem. Iih… Aduh… Campur aduk perasaanku. Tapi intinya aku takut kalau kenapa-kenapa.
Lho, emang kenapa?
Ceritanya, badanku rasanya kurang enak. Mula-mula di bagian kaki, terutama kaki kanan. Kadang sakit, meskipun aku masih bisa berjalan ke sana ke mari. Kalau sedang sakit, maka naik turun kendaraan harus pelan-pelan. Kalau ingin duduk “berpangku kaki”, untuk menumpukan kaki kanan ke kaki kiri maka aku harus mengangkat kaki kanan dengan tangan.
Lalu badan juga terasa sakit. Kalau ini pasti terpengaruh oleh leher dan kepala yang sakit gara-gara salah bantal dan salah AC. Pada minggu ke-3 di bulan Juli aku sempat ke Malang dan waktu kembali dengan Sriwijaya Air, ternyata AC di pesawat tak dapat dimatikan dengan sempurna.
Kalau aku tiduran dan ingin berbalik arah, entah ke kiri atau ke kanan, maka rasanya seluruh tubuh mulai dari leher sampai badan dan kaki rasanya sakit semua. Kadang-kadang sakitnya sampai menyentuh tulang.
Entah kenapa, tiba-tiba timbul pikiran buruk, jangan2 ini ada hubungannya dengan kanker? Soalnya sel-sel kanker kan masih bercokol di tulang belakang dekat leher, di rusuk, tulang panggul dan beberapa bagian lain?
Aku mengirim email ke bu dokter di NUH dengan menyebutkan keluhanku. Lalu bu dokter menyarankan agar aku melakukan bone scan dan CT scan, juga MRI jika pusing melulu. Katanya keluhanku itu menunjukkan adanya gejala2.
Gejala apa? Dia tak menyebutkan, tapi aku jadi merinding. Wah.. jangan sampai... terjadi hal-hal yang hil-hil.
Kalau bone scan, masih mending, aku tak keberatan. Tapi CT scan... aduh, jangan ah.... masih terbayang betapa tidak nyamannya pemeriksaan CT scan-ku yang terakhir. Kalau MRI, aku rasa itu tak perlu karena aku tak terlalu pusing.
Tidak...!!!!
Ada dorongan untuk memberontak. Aku harus sembuh! Gejala-gejala ini harus dihilangkan. Aku tak mau bertambah sakit. Lagipula selama ini aku kan sudah cukup rajin mengikuti saran medis. Setiap hari minum obat, setiap bulan suntik dan infus. Setiap hari aku mengusahakan untuk minum jus, makan buah dan sayur, serta mengurangi jajan. Lima kali seminggu (kecuali kalau berhalangan) aku ikut senam pagi di lapangan parkir Carrefour di dekat rumah. Rasanya aku nggak rela kalo usaha kerasku sia-sia belaka.
Aku harus sembuh. Begitu tekadku. Hari itu aku sengaja tidak masuk kantor terutama karena dalam keadaan seperti itu aku tak tahan AC-nya yang luar biasa dingin. Aku memakai jaket dan syal hangat untuk membungkus leher. Oh ya, aku juga berkali-kali menggosok leher dan badan dengan balsem cap Macan alias Tiger yang sudah diproduksi di dalam negeri. Selain itu, tentu aku juga berdoa. (Jujur, kalau lagi senang kadang kita lupa Tuhan tapi giliran susah, pasti ingat)
Menurut si empok, aku harus dikerok. Tapi aku ga pernah suka dikerok. Sakit sekali rasanya. Jadi aku gosok aja kuat2 bagian leher yang samping sampai merah.
“Kalo empok sakit leher, masuk ke kolong ranjang. Trus lehernya yang sakit dikenain tempat tidurnya. Sembuh deh,” katanya.
Aku bengong. Nggak bisa ngebayangin si empok njedut-njedutin leher yang sakit ke tempat tidur. Aku juga ga kepingin nyoba, dan untungnya tempat tidurku nggak ada kolongnya.
Keesokan harinya, badanku terasa jauh lebih enak. Bener. Rasa sakit di leher tinggal sedikit sedangkan sekujur tubuh juga sudah membaik. Aku bisa berguling-guling di tempat tidur tanpa merasa sakit. Kaki masih sakit sedikit, tapi hanya sedikiiit...
Rasanya seperti ada keajaiban. Well, miracle happens.
Aku lalu menulis email ke bu dokter, mengatakan kalau sudah sembuh 90%, yang ditanggapinya dengan gembira.
Yang jelas aku tak harus bone scan, CT scan dan MRI. Senangnya....
Beberapa hari kemudian, kaki sakit lagi. Kali ini aku segera ke klinik 24 jam di dekat rumah. Menurut diagnosa bu dokter, aku terserang nyeri sendi. Ia memberiku vitamin dan obat anti nyeri yang sangat manjur.
Nyeri sendi memang tak enak. Tapi aku masih lebih memilih sakit karena nyeri sendi daripada karena serangan kanker.
Ternyata kekhawatiranku bahwa badanku sakit-sakit karena kanker tidak terbukti. Aku bisa membayangkan betapa banyak penyintas kanker yang merasa was-was setiap kali badan merasa kurang enak. Pasti mereka juga sempat mempunyai pikiran buruk, jangan-jangan kanker kambuh lagi...
Memang kanker bisa kambuh sewaktu-waktu. Kita juga perlu waspada dan tak boleh terlena. Tetapi kekhawatiran yang berlebihan justru tidak sehat dan akan membuat kita semakin terpuruk.
Lebih baik kita berserah dan kita pikirkan hal-hal yang menyenangkan, yang positif, yang indah-indah.... Life is beautiful.

6 comments:

Pucca said...

sukurlah cuma nyeri sendi biasa ya sim, skarang aku sudah mulai coba jus sayuran lo.. tapi makanan blom pantang hehe..

T Sima Gunawan said...

iya Vi, tadinya aku udah kuatir.
wah kamu hebat bisa minum jus sayuran. aku pernah nyoba tapi nggak kuat minumnya. aku belum pantang makan ini dan itu 100%, tapi memang berusaha mengurangi makanan yang kurang sehat dan memperbanyak makanan yg sehat2.

Anonymous said...

Halo Mbak Sima,
Persis jebles ketika saya terkena flu, batuk yang tiba-tiba muncul setelah sekian lama absen, membuat saya kelabakan. Untung tak lama kemudian muncul gejala flu yang lain, yang membuat saya lega bukan kepalang. Sssst seandainya kanker itu bisa dengar pasti berang ya?

T Sima Gunawan said...

mas Tri, orang2 yg kena kanker kayak kita2 ini kalo lagi sakit, suka kepikiran, takut kalo kankernya kambuh, ya. padahal kita kan sebetulnya ga boleh terlalu kuatir. tapi namanya manusia... suka kepikiran ya, mas? untung lho si kanker itu ga denger... hehehhee...

yik said...

Bener... positive thinking can work miracles eh, mbak? :))

T Sima Gunawan said...

ternyata bisa lho yik. tapi memang ga selalu sih... untung2an kali ye.. :))