Thursday, August 20, 2009
Lebih sering ke toilet lebih baik
Hari ini seusai makan siang di warung dekat kantor aku mampir membeli kopi Kapal Api titipan teman di Singapura.
Besok aku memang akan ke sana untuk berobat ditemani kawanku, Retno. Pada awalnya, kita tidak berniat menginap. Begitu selesai urusan di NUH (National University Hospital), hari itu juga kita akan langsung kembali ke Jakarta. Tapi terjadi perubahan. Kakak Retno dan keponakannya yang tinggal di Inggris datang. Mereka akan berlibur ke Singapura selama beberapa hari dan Retno akan menemani mereka. Jadwalku juga akhirnya berubah karena teman lamaku, Lewa, mengundangku menginap di apartemennya.
Perubahan jadwal penerbangan dengan Air Asia masih dimungkinkan dalam waktu 2x 24 jam dengan cancellation fee plus selisih harga yang totalnya sebesar Rp 358 ribu.
Setelah membeli kopi, aku masih sempat mampir ke resepsionis di kantor yang menawarkan kain batik Cirebonan yang murah meriah. Rp 50.000 per potong. Mau?
Lalu aku duduk di meja. Santai karena kerjaan baru datang di sore dan malam hari. Waktu aku akan membalas email seorang teman, mendadak aku teringat sesuatu. Astaga. Ya ampun. Kan aku belum ambil hasil bone scan di RS Dharmais?
Uuuuntuuunggg ingat. Dasar pikun. Kalau lupa sampai besok kan gawat? Percuma dong bone scan mahal2.
Tergopoh-gopoh aku menuju Dharmais.
Kemarin2 ini kakiku sempat sakit yang membuatku terpincang-pincang kalau lagi kumat. Menurut dokter dekat rumah, aku kena nyeri sendi. Ya, memang mendingan kaki sakit gara2 nyeri sendi daripada sakit karena serangan sel-sel kanker yang ganas.
Tapi untuk memastikannya, aku melakukan pemeriksaan bone scan hari Rabu, 19 Agustus 2009. Aku datang jam 07:58. Obat disuntikkan sekitar jam 8:30 dan jam 10:00 bone scan dimulai. Tak sampai 20 menit selesai. Keseluruhan proses ini termasuk cepat karena dulu pernah sampai jam 12 lewat, terutama kalau banyak pasien.
Ada juga kemajuan lain. Pada awalnya, untuk bone scan tidak perlu fotokopi KTP, tapi belakangan kita diminta menyerahkan fotokopi KTP. Nggak jelas apa maksudnya. Kemarin si Mbak yang melayaniku hanya meminjam KTP-ku sebentar untuk difotokopi. Si Mbak ini ramah, demikian juga dengan suster yang menyuntikkan obat ke urat nadiku.
Oh ya, toilet di dekat ruang bone scan masih sama seperti beberapa bulan yll. dalam arti tak ada tissue dan sabun. Tempat sabun masih diisi dengan bunga plastik. Biaya juga masih sama, Rp 952 ribu.
Bone scan adalah pemeriksaan dengan menggunakan bahan nuklir untuk mendeteksi abnormalitas pada tulang. Pemeriksaan ini kebanyakan digunakan dalam diagnosa sejumlah kondisi terkait dengan tulang, termasuk kanker tulang atau kanker yang telah menyebar ke tulang, untuk menentukan sumber rasa sakit pada tulang (mis. sakit pada pinggang) dan tulang yang tidak normal, untuk mendiagnosa keretakan tulang yang mungkin tak dapat dilihat melalui pemeriksaan X-ray biasa, dan mendeteksi kerusakan pada tulang karena infeksi atau penyakit (sumber: wikipedia).
Dalam proses bone scan, setelah obat disuntikkan, petugas di Dharmasi akan menyuruh kita minum air sebanyak 2 liter tanpa ada penjelasan “mengapa”.
Aku juga pernah menjalani bone scan di RSPAD Gatot Subroto dan di sana aku disuruh buang air sebanyak-banyaknya.
Minum air banyak-banyak memang tujuannya agar kita juga banyak buang air. Ini diperlukan untuk menggelontor bahan radioaktif yang tersisa dalam tubuh akibat obat yang disuntikkan ke urat nadi kita dan menghilangkan akibat sampingan yang tak diinginkan.
Untuk bone scan kali ini hasilnya adalah sbb:
“Dibandingkan dengan pemeriksaan tgl. 16-04-09, saat ini aktivitas patologis pada Th 5, TH 10, L1,2, os ilium kiri, os publis kanan, femur kiri, costae 7-8 kanan dan humerus kanan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Tidak tampak aktivitas patologis pada tulang lainnya.”
Lalu ditambahkan kesimpulan sbb:
“Kesan: Lesi metastase pada vertebrae thorakal, lumbal, pelvis, costae kanan dan humerus kanan.”
Kenapa ya mesti menggunakan bahasa latin? Apa itu lesi? Nggak ada hubungannya dengan si doggie lassie. Humerus juga sama sekali tidak mengandung unsur humor.
Intinya, sel-sel kanker masih bercokol di beberapa bagian tulang, termasuk tulang belakang, tulang panggul, tulang pinggang, tulang iga dan tulang lengan.
Tapi tampaknya ada berita baik dalam arti tak ada penyebaran baru. Untuk kepastiannya, besok akan aku tanyakan ke bu dokter. Mudah2an memang begitu adanya.
Besok aku memang akan ke sana untuk berobat ditemani kawanku, Retno. Pada awalnya, kita tidak berniat menginap. Begitu selesai urusan di NUH (National University Hospital), hari itu juga kita akan langsung kembali ke Jakarta. Tapi terjadi perubahan. Kakak Retno dan keponakannya yang tinggal di Inggris datang. Mereka akan berlibur ke Singapura selama beberapa hari dan Retno akan menemani mereka. Jadwalku juga akhirnya berubah karena teman lamaku, Lewa, mengundangku menginap di apartemennya.
Perubahan jadwal penerbangan dengan Air Asia masih dimungkinkan dalam waktu 2x 24 jam dengan cancellation fee plus selisih harga yang totalnya sebesar Rp 358 ribu.
Setelah membeli kopi, aku masih sempat mampir ke resepsionis di kantor yang menawarkan kain batik Cirebonan yang murah meriah. Rp 50.000 per potong. Mau?
Lalu aku duduk di meja. Santai karena kerjaan baru datang di sore dan malam hari. Waktu aku akan membalas email seorang teman, mendadak aku teringat sesuatu. Astaga. Ya ampun. Kan aku belum ambil hasil bone scan di RS Dharmais?
Uuuuntuuunggg ingat. Dasar pikun. Kalau lupa sampai besok kan gawat? Percuma dong bone scan mahal2.
Tergopoh-gopoh aku menuju Dharmais.
Kemarin2 ini kakiku sempat sakit yang membuatku terpincang-pincang kalau lagi kumat. Menurut dokter dekat rumah, aku kena nyeri sendi. Ya, memang mendingan kaki sakit gara2 nyeri sendi daripada sakit karena serangan sel-sel kanker yang ganas.
Tapi untuk memastikannya, aku melakukan pemeriksaan bone scan hari Rabu, 19 Agustus 2009. Aku datang jam 07:58. Obat disuntikkan sekitar jam 8:30 dan jam 10:00 bone scan dimulai. Tak sampai 20 menit selesai. Keseluruhan proses ini termasuk cepat karena dulu pernah sampai jam 12 lewat, terutama kalau banyak pasien.
Ada juga kemajuan lain. Pada awalnya, untuk bone scan tidak perlu fotokopi KTP, tapi belakangan kita diminta menyerahkan fotokopi KTP. Nggak jelas apa maksudnya. Kemarin si Mbak yang melayaniku hanya meminjam KTP-ku sebentar untuk difotokopi. Si Mbak ini ramah, demikian juga dengan suster yang menyuntikkan obat ke urat nadiku.
Oh ya, toilet di dekat ruang bone scan masih sama seperti beberapa bulan yll. dalam arti tak ada tissue dan sabun. Tempat sabun masih diisi dengan bunga plastik. Biaya juga masih sama, Rp 952 ribu.
Bone scan adalah pemeriksaan dengan menggunakan bahan nuklir untuk mendeteksi abnormalitas pada tulang. Pemeriksaan ini kebanyakan digunakan dalam diagnosa sejumlah kondisi terkait dengan tulang, termasuk kanker tulang atau kanker yang telah menyebar ke tulang, untuk menentukan sumber rasa sakit pada tulang (mis. sakit pada pinggang) dan tulang yang tidak normal, untuk mendiagnosa keretakan tulang yang mungkin tak dapat dilihat melalui pemeriksaan X-ray biasa, dan mendeteksi kerusakan pada tulang karena infeksi atau penyakit (sumber: wikipedia).
Dalam proses bone scan, setelah obat disuntikkan, petugas di Dharmasi akan menyuruh kita minum air sebanyak 2 liter tanpa ada penjelasan “mengapa”.
Aku juga pernah menjalani bone scan di RSPAD Gatot Subroto dan di sana aku disuruh buang air sebanyak-banyaknya.
Minum air banyak-banyak memang tujuannya agar kita juga banyak buang air. Ini diperlukan untuk menggelontor bahan radioaktif yang tersisa dalam tubuh akibat obat yang disuntikkan ke urat nadi kita dan menghilangkan akibat sampingan yang tak diinginkan.
Untuk bone scan kali ini hasilnya adalah sbb:
“Dibandingkan dengan pemeriksaan tgl. 16-04-09, saat ini aktivitas patologis pada Th 5, TH 10, L1,2, os ilium kiri, os publis kanan, femur kiri, costae 7-8 kanan dan humerus kanan tidak menunjukkan perubahan yang signifikan. Tidak tampak aktivitas patologis pada tulang lainnya.”
Lalu ditambahkan kesimpulan sbb:
“Kesan: Lesi metastase pada vertebrae thorakal, lumbal, pelvis, costae kanan dan humerus kanan.”
Kenapa ya mesti menggunakan bahasa latin? Apa itu lesi? Nggak ada hubungannya dengan si doggie lassie. Humerus juga sama sekali tidak mengandung unsur humor.
Intinya, sel-sel kanker masih bercokol di beberapa bagian tulang, termasuk tulang belakang, tulang panggul, tulang pinggang, tulang iga dan tulang lengan.
Tapi tampaknya ada berita baik dalam arti tak ada penyebaran baru. Untuk kepastiannya, besok akan aku tanyakan ke bu dokter. Mudah2an memang begitu adanya.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
6 comments:
Salam kenal mbak. Salut dengan semangat dan humornya:) Lesi artinya jaringan yang ada kelainan, humerus tuh lengan atas:) maksudnya pake bahasa latin supaya semua dokter di seluruh dunia saling memahami mungkin.
haha..tuh sim, ada bu dokter disini, langsung dijawab kan pertanyaannya
:P
That is welcome news, mb Sima. Good luck utk di Singapore-nya... Salam buat Lewa, bilangin jangan nakal :) Dia ada rencana bawa mb Sima jalan2/makan2 ke mana nih?
halo Yik, trims ya. hasil dari sgp sudah aku ceritakan panjang lebar di tulisanku yg baru. kemarin lewa undang kita makan di rumahnya, ia masak ikan kukus campur sayur. enak juga lho.
hi pucca... elisa...
trims ya... jadi paham. memang dokter itu suka begitu.. kalo nulis resep juga sering kali susah dibaca, tapi kalo sesama dokter atau apoteker kok bisa baca ya.
oh ya khusus untuk Elisa,
salam kenal kembali yach.
Post a Comment