Thursday, August 27, 2009

'Banyak-banyak minum air, tapi jangan ke toilet'

Lain padang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Aturan rumah sakit mengenai prosedur CT scan berbeda-beda. Sebelum memutuskan ke mana aku akan CT scan kali ini, aku menelepon dulu beberapa rumah sakit untuk menanyakan prosedur dan biayanya.
Sebelumnya aku sudah pernah melakukannya di Radlink, RS Dharmais dan RS Pluit (2x). Kemarin aku menelepon RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Eka Hospital di Serpong, RSIB di Bintaro, RS PIK di Pantai Indah Kapuk dan RS Pusat Pertamina.
Petugas bagian radiology di RS MKKG dan Eka ramah. Di RSIB dan RSPP kurang ramah, sedangkan di RS PIK aku menelepon 3x, pertama kali ramah, kedua kali tidak ramah dan ketiga kali lumayan.
RSIB segera aku coret meskipun lokasinya sangat dekat dengan tempat tinggalku karena alatnya hanya merekam anatomi dalam 16 irisan (slice) sedangkan yang dianjurkan dokter adalah 64 slice.
Secara umum, aku mendapat informasi bahwa sebelum melakukan CT scan, pasien harus puasa dahulu. Obat kemudian akan disuntikkan melalui urat nadi dan diminum serta dimasukkan melalui dubur.
Tetapi RSPP berbeda.
“Makan yang lembek-lembek. Malam hari jam 8, minum Dulcolax 4 tablet. Subuh masukkan Dulcolax (yang berbentuk seperti peluru) ke dalam anus. Setelah itu puasa dan jam 8 datang untuk CT scan,” kata bapak petugas di bagian radiologi.
“Datang saja kemari untuk mengambil petunjuk tertulis mengenai persiapan CT scan sekalian mengambil Dulcolax. Maaf, saya ini sedang sibuk,” kata si Bapak yang rupanya juga harus melayani banyak orang.
Waktu aku telepon RS PIK untuk pertama kali, petugasnya cukup ramah. RS PIK menggunakan mesin yang katanya paling modern dengan 128 slice. Harganya juga lebih murah dibandingkan dengan yang lain. Jadi aku putuskan untuk melakukannya di RS PIK. Ketika aku menelpon kembali untuk mendaftar dan bertanya sekali lagi soal harga, si Mbak kelihatannya kurang paham dan menyuruhku mengirimkan surat pengantar lewat faksimili untuk disampaikan ke dokter.
Huh, apa2an. Gayanya si Mbak itu sok berkuasa, nyuruh2 orang seenaknya, Menyebalkan. Percuma ngomong sama dia. Keesokan harinya aku telepon lagi dan beruntung dapat berbicara dengan orang yang memang mengerti.
Hari ini, Kamis, 27 Agustus 2009, aku mendapat giliran CT scan jam 13:00.
Aku perlu CT scan pada bagian thoraks (dada), abdomen (perut) dan pelvis (panggul). Untuk itu, syaratnya adalah fungsi ginjal harus bagus. Pemeriksaan untuk fungsi ginjal ini dapat dilakukan di setiap laboratorium.Tapi aku memilih melakukannya sekalian di RS PIK.
Oh ya, dokter juga menyuruhku menjalani pemeriksaan X-ray untuk bilateral humeri (tulang lengan atas kiri dan kanan) serta femur (tulang paha).
Si Mbak PIK menyuruhku datang jam 12 siang untuk diambil darahnya terlebih dahulu agar fungsi ginjal dapat diketahui. Hasil dapat diambil1 jam kemudian. Pemeriksaan X-ray akan dilakukan sambil menunggu hasil tes darah.
Daripada terlambat, aku datang lebih pagi. Lebih cepat lebih baik karena setelah CT scan aku harus bekerja.
Aku datang sebelum jam 11 siang. Tes darah dilakukan jam 11:15. Kemudian aku menjalani X-ray. Jam 12 siang lewat hasil tes darah sudah keluar dan fungsi ginjalku bagus. Tinggal menunggu CT scan saja. Aku menunggu hampir 1 jam. Ternyata perhitungan di Mbak itu betul, kalau tidak mau lama menunggu, aku datang saja jam 12:00.
Harus diakui, soal waktu, RS PIK bagus. Melesetnya tidak banyak. Aku masuk ke ruangan CT scan jam 13 lewat sedikit. Dan tepat 1 jam kemudian sudah selesai. Menurutku, ini sangat efisien, dan sangat cepat dibandingkan dengan pengalamanku selama ini.
Tetapi ada hal yang sangat aneh menurutku. Setelah aku diambil darahnya, si Mbak menyuruhku minum air sebanyak-banyaknya tetapi tidak boleh ke toilet.
“Supaya kandung kemihnya penuh,” katanya.
Kalo penuh emang kenapa?
“Supaya hasilnya bagus,” katanya lagi.
Wah, mana bisa nahan2 kencing? Aku hanya minum air 1 botol Aqua sedang. Jam 12:45, aku tanya Mbak yang lain apakah boleh ke toilet.
“Kalau terpaksa, boleh, tetapi jangan dihabiskan dan setelah itu minum lagi,” katanya.
Karena masih bisa menahannya, aku tidak ke toilet.
Begitu memasuki ruangan untuk CT scan, suster menyuruhku berbaring di meja besi di depan mesin CT scan lalu menusukkan jarum ke lenganku. Tusukan pertama gagal. Untung yang kedua berhasil. Tetapi obat tidak langsung dimasukkan. Justru yang pertama kali dimasukkan adalah obat melalui dubur. Aku rasa itu obat pencahar seperti Dulcolax karena begitu obat dimasukkan, perut terasa mulas.
“Tahan, jangan kentut, jangan mengejan,” kata suster.
Setelah itu barulah proses CT scan berjalan. Kemudian aku disuruh minum obat satu gelas dan masuk ke mesin lagi. Selanjutnya obat dimasukkan melalui jarum yang menancap di urat nadi lenganku sebelum tubuhku dimasukkan lagi ke dalam mesin.
Akhirnya, sekitar jam 14:00 selesai sudah semuanya.
Sebelum pulang, aku mampir ke kafetaria membeli nasi soto ayam. Kalau lagi lapar, biasanya semua makanan terasa enak. Tapi kali ini yang terasa enak kok cuma krupuknya ya? Nasinya terlalu lembek. Padahal harganya Rp 17.000, jauh lebih mahal dari semangkok Soto Kudus Blok M yang nikmat itu…
Kalau CT scan-nya sendiri, harganya jauh lebih murah dari RS Pluit, bedanya > Rp 700 ribu.

3 comments:

Once in a Lifetime said...

mbak, kalau di RS PIK makan Oh la la aja atau ke ruko cordoba (blok F) sebrang waterbom ada warung Tekko yang terkenal iga penyetnya:)

sima said...

Iga penyet? ih, baru denger. Kalo tempe penyet sering denger, ayam penyet juga... Gimana ya rasanya iga dipenyet... kapan2 boleh dicoba tuh :)

Ibu Retno said...

utk PET scan bagaimana pengalaman nya? Dilakukan di RS Darmais?