Sunday, May 18, 2008

Ditusuk, diikat …. di bone scan

Aku ditusuk dan diikat erat-erat. Padahal aku bukan penjahat dan tidak sedang bertempur melawan penjahat. Tapi aku tidak melawan. Pasrah.
Yach, memang harus menurut. Karena aku sedang menjalani bone scan.
Hari Rabu tanggal 14 Mei 2008 pukul 08:00 pagi aku sudah memasuki halaman RS Dharmais setelah sebelumnya melakukan pendaftaran melalui telepon.
Biayanya Rp 952.000. Tiga bulan yang lalu, aku membayar Rp 822.000. Salah satu sebab mengapa kali ini lebih mahal adalah karena tak ada surat pengantar dari dokter Dharmais. Surat pengantarku dikeluarkan dari dr. Win, dokter swasta yang beberapa hari sebelumnya memberiku infus Zometa untuk menguatkan tulang.
Bone scan adalah pemeriksaan dengan menggunakan nuklir untuk melihat kondisi tulang dan mendeteksi kanker pada tulang. Bone scan dapat mendeteksi sekian hari atau sekian bulan lebih awal daripada pemeriksaan dengan sinar X biasa.
Pertama kali aku menjalani bone scan bulan April 2007. Hasilnya menunjukkan bahwa sel-sel kanker telah menyebar ke beberapa bagian di tulang. Sejak itu secara berkala aku menjalani pemeriksaan bone scan di samping minum obat setiap hari, diinfus setiap bulan dan mendapat suntikan hormon setiap tiga bulan.
Kembali ke Dharmais….. Pukul 08:45 aku dipanggil petugas yang akan menyuntikkan zat radioaktive tracer (pelacak radioaktif) ke urat nadi pada tangan kiri. Tusukan pertama gagal.
“Nadinya halus sekali, ini pecah,” kata petugas sambil menyeka setitik darah di urat nadi bekas suntikan yang gagal dan menekannya kuat-kuat agar darah tak keluar.
Bekas kemoterapi dan suntikan berkali-kali menyebabkan urat nadiku yang sudah halus dapat menjadi getas, menyusut dan tak mudah ditembus jarum suntik. Bahkan suster yang sudah berpengalaman belum tentu berhasil memasukkan obat melalui urat nadiku atau mengambil darah dengan sekali suntikan. Kalau lagi apes, bisa jadi 3x baru berhasil. (Sekarang aku mulai melatih otot tangan kiri dengan hand grip yang baru dibeli Sabtu kemarin di ACE Batam)
“Jarumnya harus diganti,” kata petugas di Dharmais sambil melepas jarum suntik dan menggantinya dengan yang lebih kecil.
Untunglah, tusukan kedua berhasil menembus urat nadi dengan lancar.
Selanjutnya, aku harus menunggu sekitar 2 jam agar zat radioaktif itu meresap ke seluruh tubuh dan minum air sekitar 2 liter untuk menghilangkan dampak negatif dari zat tersebut. Tentu saja airnya tak harus diminum sekaligus. Bisa-bisa perut jadi kembung!
Pukul 11 aku dipanggil memasuki ruangan untuk bone scan. Dengan pakaian lengkap, aku berbaring pada meja pemeriksaan yang merupakan bagian dari mesin bone scan.
“Jangan bergerak. Tangan jangan dikepalkan,” kata petugas sambil mengikatku erat-erat dan menambahkan bahwa proses bone scanning akan makan waktu 18 menit.
Lumayan bisa tidur, pikirku. Eh, ternyata tak bisa tidur karena entah kenapa kakiku pegal sekali dan rasanya bagaikan kesemutan. .. Yach, mau nggak mau harus ditahan sampai pemeriksaan berakhir sekitar 20 menit kemudian.
Hasil bone scan yang baru dapat diambil keesokan harinya adalah sbb:

“Telah dilakukan pemeriksaan Bone scan dengan Tc-99m MDP.
Dibandingkan dengan pemeriksaan tgl. 16-02-08, saat ini tampak perbaikan aktivitas patologis pada costa 4 kanan, Th 11 dan L1. Aktivitas patologis pada sacroiliaka kanan dan ischium kiri tak tampak perubahan signifikans. Tidak tampak aktivitas patologis pada tulang lainnya.
Kesan: Perbaikan aktivitas patologis pada costa 4 kanan, Th 11 dan L 1. Aktivitas patologis pada pelvis stqa.”

Maksudnya nih… :Costa 4 kanan = tulang iga ke-4 di bagian kanan
Th 11 = tulang punggung thorax ke-11
L 1 = tulang punggung lumbal
Pelvis = panggul
Stqa = status quo
Sacroiliaka = tulang panggul (apa yach bedanya dengan pelvis?)
Ischium = tulang duduk

Intinya, ada kemajuan. Wah, senang sekali rasanya. Pasti ini karena aku rajin olah raga, reiki dan minum banyak jus buah2an (dan juga tentu karena doa).
Secara umum, foto hasil bone scan dapat menunjukkan adanya “hot spot” atau titik-titik tempat kanker bercokol. Foto bone scan hitam putih, dan titik itu ada yang berwarna abu-abu muda, abu-abu tua atau hitam. Semakin gelap dan besar titik itu, semakin parah keadaannya.
(Foto di samping bukan hasil bone scan-ku, ini adalah contoh yg diunduh dari internet.)
Hasil bone scan yang baru aku ambil kemarin menunjukkan bahwa titik-titik itu warnanya lebih terang. Kesimpulannya, keadaan membaik.
Secara keseluruhan, foto itu memang lebih terang dibandingkan dengan hasil bone scan bulan Februari 2008. Jadi bukan hanya "hotspot" yang warnanya menjadi lebih muda, tapi juga bagian2 lain. (Apakah... bukankah seharusnya hanya hotspot-nya yang berubah warna? Auk ah, gelap.)
Hari Jumat kemarin (16 Mei 2008) aku berkonsultasi dengan dokter Tan Sing Huang di NUH.
“This is good,” komentarnya.
Tapi ia sendiri tampaknya juga tak yakin 100% karena perbedaan kontras pada seluruh foto hasil bone scan yang terakhir dengan yang sebelumnya. Untuk memastikannya, ia memintaku menunggu sementara ia berkonsultasi dengan rekannya.
Akhirnya ia tetap menyatakan bahwa hasilnya “bagus” dalam arti kondisi “stabil”, tidak ada penyebaran baru. Karena itu tak perlu ganti obat. (Tiga bulan yang lalu, karena ada peningkatan aktivitas sel-sel kanker, ia mengatakan bahwa obat mungkin akan diganti).
“The glass is half full, not half empty,” katanya membesarkan hati.
Memang kita harus berpikir positif.

9 comments:

Anonymous said...

Hug and kisses buat mbak Sima yang pemberani dan tangguh! Ayo Mbak, maju terus yaaa!

Anonymous said...

Yaay! The glass is half full! Berarti baru pulang dari Singapore ya mbak? Ketemuan sama Lewa nggak?

Anonymous said...

aaahh... syukurlah kalo perkembangannya bagus. ikut lega bacanya. semoga makin bagus terus ya... :)

Elyani said...

Mbak Sima, aduh gak kebayang saya ngalamin semua yg harus dilalui oleh mbak. Vena saya juga kecil dan agak susah dicari. Waktu ambil darah malam hari sebelum dioperasi, perawat di YPK sudah saya beritahu .. eh masih salah juga. Akhirnya sampai seminggu luka bekas tusukan jarum suntik lebam biru.

Salut buat mbak Sima...tulisan tentang bone scan dan CT scan makin memperkaya wawasanku tentang kanker. Thanks for sharing, mbak!

Anonymous said...

Ely, kata suster yg suka infus aku, thrombophob bagus untuk mengatasi/mencegah bengkak dan juga supaya nadi nggak kaku/getas.

Unknown said...

helo, salam kenal. Adik saya di deteksi ada kanker tulang di tulang dada kanan atas. Bisa tau nggak, di Jakarta dokter yg bagus siapa ?

Saya tinggal Singapore, di NUH waktu itu langsung ke dokter cancer tulang atau ketemu oncology dulu?

salam Vera

Anonymous said...

Hi Vera,
Salam kenal kembali.
Turut prihatin dengan adiknya.
Waktu di NUH saya email kepala bagian hematology-oncology dahulu, lalu ia merekomendasikan dr.Tan yg biasa menangani kanker payudara. Saya masih digolongkan sebagai pasien kanker payudara, bukan kanker tulang, karena pertama kali kanker menyerang payudara, baru kemudian menyebar ke tulang (seccondary bone cancer atau bone metastasis).
terus terang saya tidak tahu siapa dokter di Jkt yg bagus untuk kanker tulang, tetapi saya sudah menanyakan ke teman. nanti kalau sudah ada jawabannya, saya ksh tau ya.

Anonymous said...

hi Vera,

untuk kanker tulang, dokter yang bagus di jakarta adalah Prof. Errol Hutagalung di RS Pelni Petamburan.
itu adalah rekomendasi yg baru saja saya terima dari sumber yg sangat terpercaya... :)

djokoaw52 said...

Salam kenal mbak Sima,

Saya salut dengan perjuangan yang sangat gigih mbak Sima melawan kanker. Terus berjuang ya ... mbak
Mohon info terapi apa saja yang diberikan kepada mbak Sima sewaktu diketahui adanya meta di tulang mbak . Apakah sampai saat ini mbak Sima masih konsul dengan dr. TAN SING HUANG - dari NUH.

Salam Ari W