Thursday, May 1, 2008

Cancer boosts my adrenaline

Taruhan yuk. Pasti pernah berangan-angan: “Alangkah enaknya kalau tiap hari weekend…” atau paling tidak “Alangkah enaknya kalau weekend bisa diperpanjang….”
Aku pernah lho mengalami long weekend selama kira-kira setahun…. Bekerja hanya dari hari Senin sampai Kamis sedangkan Jumat, Sabtu dan Minggu libur…
Tapi itu dulu…. Gara-gara kanker kumat (wah, kata kumat di sini kok ga enak amat ya…) sekarang harus banting tulang. Kalau lagi banyak pekerjaan, harus rela bekerja 7 hari seminggu, dari pagi sampai pagi lagi, dan tidur hanya beberapa jam sehari. Aku sih mensyukuri semua ini. Banyak pekerjaan kan berarti banyak pemasukan. Bukannya mau menimbun kekayaan buat nyaingin Bakrie yg punya Rp 50 triliun (US$5.4 milyar) tapi perlu mencari uang lebih untuk biaya berobat. Maklumlah, semua harus ditanggung sendiri.
“Lho. Apa ga diganti kantor?” Pasti ada pertanyaan seperti itu.
Nggak. Soalnya bukan karyawan tetap.
Bulan Agustus 2003 aku mengundurkan diri karena jenuh dan beralih menjadi penulis lepas sambil mengurusi warung kecil yang kemudian tutup karena memang diriku kurang berjiwa wirausaha.
Bulan November 2004 ketahuan kena kanker. Bulan Desember operasi dan dari bulan Januari sampai Juni 2005 menjalani kemoterapi.
Setelah dioperasi dan dikemo, aku dinyatakan bebas kanker. Horeee… Aman dah. (ini namanya terbuai dalam kondisi NED = No Existing Disease, pasien merasa sudah sembuh, padahal penyakit itu sebetulnya masih ada dan dapat muncul kembali).
Bulan September 2006 seorang teman menawarkan kesempatan untuk bekerja kembali di kantor lama dengan sistem kontrak.
“Boleh nggak seminggu empat hari ?” aku bertanya. Dan ternyata boleh.
Maka kembalilah aku menyandang status sebagai pekerja kantoran, kali ini bisa membuat orang lain iri karena hari kerja yang pendek. Saat tidak bekerja, aku bermaksud menyalurkan keinginan yang belum terlaksana seperti belajar membatik dan melukis, juga membuat keramik (dulu sudah pernah ikut kursus di tempat Keng Sin) serta mengerjakan terjemahan yang memang sedikit banyak aku geluti juga. (tapi kenyataannya, kok entah ngapain aja ya, banyak waktu berlalu begitu saja … )

Lalu datanglah kabar yang tak diharapkan. Hasil pemeriksaan pada tulang (bone scan) di RS Dharmais pada bulan April 2007 menunjukkan kalau kanker ternyata sudah menyebar ke tulang tanpa permisi. Aku tetap bersyukur karena kondisi badan masih normal semua dalam arti, tidak ada rasa sakit yang berarti. Semua aktivitas bisa berlangsung seperti biasa.
Dokter di RS Dharmais menyuruhku menggunakan brace dengan frame besi untuk menyangga tulang belakang selama 3 bulan. Sakitnya bukan kepalang, baru 3 hari aku sudah nggak kuat. Tanpa berpikir panjang, aku lari ke Singapura (kisah lengkap ada dalam tulisan sebelumnya di Cancer Sucks). Sebetulnya aku sih ga keberatan bolak balik ke Singapura, yach, anggap aja jalan-jalan…. Tapi kok mahal ya ongkosnya… Dan juga obatnya…
Jadi mau nggak mau, ya harus mau kerja lebih keras. Good bye long weekend... Aku mulai kerja di kantor dari hari Senin sampai Jumat. Selain itu masih sekali-sekali menulis dan semakin menekuni dunia terjemahan yang bisa dikerjakan di rumah. Karena tak menyandang status sebagai karyawan tetap, aku boleh melakukan pekerjaan lain sejauh itu tak mengganggu tugas di kantor.
Kanker tak menumpulkan kemampuanku bekerja dan menyempitkan ruang gerak. Bahkan aku lebih disibukkan dengan kegiatan baru seperti belajar reiki dan fitness. Sempat berenang beberapa kali, ikut kelas taichi sekali dan masih berjuang agar dapat rutin mengikuti kelas yoga di Fitness First. Boleh dibilang somehow cancer boosts my adrenaline. ..

Banyak penyintas kanker yang tetap produktif dan dapat menikmati hidup seperti orang lain. Tetap bekerja dan melakukan berbagai aktifitas seperti sebelum terkena kanker. Hanya saja mungkin kalau dulu ada yang suka dugem, sekarang mungkin tak lagi banyak keluar malam karena kegiatan itu mengandung banyak resiko terpapar oleh asap rokok dan godaan minum alkohol yang membahayakan ksesehatan
Aku sendiri sekarang kadang-kadang malahan harus kerja lebih keras dari pada saat sebelum didiagnosa terkena kanker. Kalau sedang banyak kerjaan, bangun tidur bisa langsung bekerja dan dilanjutkan saat pulang kantor, hingga lewat tengah malam. Tak ada hari libur.
Tapi bersyukur masih ada yang membutuhkan tenagaku, sehingga membuatku merasa lebih berarti. Lagipula, fakta ini mematahkan anggapan sebagian orang yang menyangka bahwa orang yang terkena kanker pastilah loyo dan layu …
Intinya, aku sih senang-senang saja… Banyak kerja kan berarti laris manis … Lagipula ini kan tidak setiap hari…
Kalau tidak ada pekerjaan ekstra, aku juga bersyukur karena aku bisa mempunyai waktu untuk fitness (biarpun .. jujur saja, aslinya dari dulu aku nggak suka olah raga, dan sampai sekarang masih suka malas, harus berjuang keras supaya rajin) atau mengerjakan hal-hal yang menyenangkan, seperti ngeblog, atau…. nonton infotainment di TV yang seringkali dikritik karena terlalu berlebihan.. kayak kurang kerjaan aja… (Biarin deh, mending nonton gossip Dewi Persik yang heboh dengan goyang gergajinya daripada capek ngedengerin anggota DPR yang suap-suapan…. )

12 comments:

Elyani said...

Mbak Sima memang hebat. Saya banyak cerita tentang mbak Sima dan penerjemah bukunya Harry Potter yg kena kanker juga pada teman saya yg menderita kanker ovarium. Namun sayangnya dia gak punya semangat untuk kerja kembali dengan alasan belum boleh sama kakak2. Terakhir saya bertemu memang dia lebih kurus (susut 8 kg sejak operasi) tetapi secara keseluruhan baik2 saja, dan dia sendiri mengatakan cukup sehat, atau lebih baik daripada sebelum dioperasi.

Entah bagaimana caranya saya bisa membujuk kawan saya ini supaya jangan terlarut dalam kesedihan dan memposisikan dirinya sebagai orang yg tidak berguna lagi. Saya tidak bosan2nya memberi semangat dia untuk bangkit lagi, tetapi bagaimana ya? Tiap orang kan semangat juangnya gak sama. Mungkin dia harus bertemu dengan sesama penderita kanker yg masih berkarya seperti mbak Sima. "Penderita" sebetulnya kata yg kurang pas ya mbak...kesan-nya kok seperti pesakitan yg tidak berdaya. Lalu kalimat yg pas untuk survivor apa dong?

Anonymous said...

hi ely
trims yach atas support-nya. blog ini juga merupakan upaya untuk menambah semangat.
kalimat yg pas untuk survivor adalah penyintas. jarang dengar ya?
semoga teman yg kena kanker ovarium nggak mudah putus asa. sedih boleh, tapi jangan lama....
ely juga hebat.. maju terus pantang mundur... :)

Between Lines said...

Aku juga waktu ketemu kamu April ngelihat kok katanya sakit, tapi segar gitu. Mudah-mudahan terus begitu ya! Kayanya banyak olah raga memang bagus. Aku jadi malu karena aku cuma cita-cita mau ini itu, tapi ga dikerjain!

Elyani said...

"Penyintas"...bagus sekali kedengaran-nya, mbak Sima! Seperti pecinta hidup kali kira2 ya. Mbak lukisan-nya bagus...pajang lagi dong karya2nya yg lain. Saya ini tangan-nya sama sekali gak artistik. Padahal dulu waktu di Stella Duce ada pelajaran mbatik juga lho. Cuma karena malas, eh malah pilih breien/knitting yg gak mahir juga. Habis Ibu Hien itu orangnya baiiiiik sekali. Saking baiknya muridnya yg nakal dan gak betah lama2 dikelas ini ya kok gak pernah distraap. Sekarang nyesal gak punya keahlian apa2 kecuali baking yg juga angot2an, masak, atau motret2.

Anonymous said...

apa ya nama virus yang menjangkiti sima, yang bikin sima tambah semangat setelah kena kanker? nanti aku usulkan supaya virus tsb diproduksi massal dan ditularkan ke semua pejuang kanker, hahaha...!

Devi said...

mbak sim..., you are my hero (acung 2 jempol). sebenarnya aku sudah membaca blog ini sejak dulu, tapi sempet lupa alamatnya, untung di link sama multiply.

sampe ketemu di acara sosial berikutnya.

Anonymous said...

Sima,seperti kata seorang teman penerjemah: "teruskan perjuangan."
semoga Sima bisa masuk komunitas penyintas juga. eh, saya belajar kata "penyintas" itu waktu ikutan kontes penerjemahan di salah satu website. waktu disebut di sini, jadi semakin terkesan deh.
Keep up the good fight, teruslah jadi inspirasi bagi orang-orang lain, sikap positif selalu menghasilkan buanyaaak buah positif juga. biarlah kita yang engga kena kanker (amit2 deh) juga jadi lebih menghargai hidup dan kesehatan kita!

Anonymous said...

hi lines, ely,titah, devy, lanny,
thanks ya...

Anonymous said...

dear Sima yg sangat energik,

mudah2an tak ada orang neoliberal penting yg baca postingmu ini (hm,jangan marah). gimana kalau neoliberal2 ini sampai berpikiran bahwa semua orang bisa seenergik kamu ? kasihan kan...

Anonymous said...

ano,
yg bener sih "sok energik" hehehe.. wong aku terus terang aja jg suka lelah dan ngantuk.

Anonymous said...

Mbak Sima memang OK!! :) PS. Gitu ya urutan kronologisnya hubungan kerja sama JP. Bagus, baguuus...

T Sima Gunawan said...

setelah menjadi anggota FF selama beberapa bulan, akhirnya aku berhenti, karena selain mahal, juga malas ke sana. sekarang gerak badan di rumah saja, diusahakan sedapat mungkin olah raga 30 menit setiap pagi. yoga di kantor seminggu sekali.