Saturday, May 24, 2008

Ada tikus di bandara, ada sandwich di udara

Matahari belum lagi terbit, tapi suasana Terminal I Bandara Soekarno-Hatta sudah riuh. Antrean panjang terlihat di depan pintu masuk anjungan keberangkatan, dan seperti biasa, ada saja calon penumpang yang menyerobot. Yach, inilah ciri bangsa yang terseok-seok, susah maju karena hanya mementingkan diri sendiri.
“Rame banget, kayak terminal bis,” celetuk Retno yang kembali menemaniku dalam perjalanan berobat ke Singapura.
Tak jauh dari loket check in, ada layanan khusus pembungkus koper dan tas yang akan masuk ke bagasi.
Hehehhe…. Kayak layanan bungkus kado aja. Tapi yang ini tak dibungkus pakai kertas kado warna-warni dan dihias pita merah, melainkan dibalut erat dengan berlapis-lapis plastik transparan yang pada akhirnya bakal menjadi sampah yang memerlukan waktu ribuan tahun untuk bisa hancur.
Maksud layanan bungkus koper ini jelas, supaya isinya tak digerogoti tikus-tikus bandara. Kalau tak salah, ongkos bungkus satu koper = Rp 30 ribu. (Kalau salah, maaf ya.. ah..daya ingatku kok melemah).
Sudah bukan rahasia lagi, bahwa banyak penumpang yang kehilangan barang-barang dalam tas yang dimasukkan ke bagasi. Temanku bahkan pernah kehilangan satu bungkus rokok Marlboro dari dalam ransel yang berisi baju-baju dan beberapa barang yang nilai jualnya di pasar loak tak seberapa.
Pihak pengelola bandara memang pernah menangkap beberapa tikus, tapi tak ada jaminan bahwa keadaan sudah benar-benar aman. Adanya layanan bungkus koper ini menunjukkan bahwa memang banyak tikus yang masih berkeliaran. Atau sengaja dibikin ga aman biar ada bisnis bungkus koper? (Hehehee… ga boleh ya punya prasangka buruk..)
Kami hanya membawa sedikit barang dan langsung menuju ke loket express check-in AirAsia yang akan membawa kami terbang ke Batam (dari sana kami akan naik feri ke kota Singa).
Gara-gara mampir ke toilet dan harus antre beberapa waktu di sana, kami jadi “terbelakang” dalam arti berada di barisan paling belakang menuju ke pesawat. Penuh sekali penerbangan ke Batam pagi itu sehingga kami terpaksa duduk terpisah.
Sebagai no frill atau budget airline, Air Asia menerapkan sistem tempat duduk tanpa nomor. Jadi seringkali para penumpang berebut untuk naik pesawat. Tapi calon penumpang bisa mendapatkan kesempatan naik pesawat duluan melalui layanan express boarding dengan membayar Rp 50.000.
Kalau ingin mendapatkan makanan atau minuman, penumpang harus membuka dompet.
Retno pesan nasi kuning. Enak loh, katanya. Dan kali nasinya hangat, tidak seperti yang pernah dimakan beberapa bulan yll. Harganya tetap sama, Rp 26 ribu.
“Agak beda lauknya. Dulu ada daging rendangnya ya. Kalau tadi pakai ayam. Sebetulnya enak yg dulu. Tapi ini juga enak..,” kata Retno.
Sedangkan aku membeli sandwich karena tergiur oleh gambarnya yang lezat dengan isi daging tebal, setebal irisan roti yang mengapitnya, dan ada sayurnya, plus segelas teh panas. Harga sandwich Rp 20 ribu sedangkan teh Rp 9 ribu.
Sandwich-nya mau yang apa?” tanya pramugari yang berdandan rapi.
“Tuna saja,” jawabku. (Dulu aku sama sekali tak doyan sandwich, hanya suka hot meals, lho).
Waktu sandwich diulurkan, aku tercengang. Kok beda ya dengan yg digambar. Sandwich ini isinya tipis sekali, mungkin hanya 1 milimeter, tak ada sayur sama sekali. Aku perhatikan bungkusnya, tertulis, tanggal 15-17 Mei 2008. Berarti sandwich itu dibuat tgl. 15 Mei dan dapat bertahan sampai tgl. 17 Mei.Hari itu tanggal 16 Mei. Untung juga ya, coba kalau tanggal 17 Mei, nggak kebayang deh rasanya kayak apa….

5 comments:

Elyani said...

Memang kalau di-pikir2 kenapa ada jasa plastic wrapping ya? secara gak langsung itu kan menunjukkan bahwa bandara kita memang banyak tikusnya. Hebatnya lagi mereka itu kok ya bisa tau di koper mana ada barang berharga . Jangan2 mereka punya hand-scan sendiri ya??? Yg repotnya lagi, kalau tikus beneran dikasih lem tikus pasti ketangkep...lha kalau tikus rambut hitam pakai apa dong nangkepnya??? hihihi...

Anonymous said...

tikus rambut hitam nangkepnya pake lem tikus yg ditempelin duit yang nolnya ada 5 hehehe...

Anonymous said...

Hahaha aku ngakak baca kalimat terakhir ituh, teuteup merasa untung ya mbak....hehehehe

Anonymous said...

waktu di bandara jadi mesem2 melihat apa yg kamu tulis itu,ada2 aja...

baca 'the sunday times'(1 juni,hal.1): "Coming:Cheaper drugs as generics enetr market" judulnya. Isinya:
...the patent on the breast cancer drug paclitaxel ran out in 20000.
begitu jg untuk high cholesterol, Lipitor,tapi thn 2010.

Juga Norvac dan Andalat (high blood pressure)

Anonymous said...

hi rita..
ya kita kan berpikir positif.. :)

hi ano..
kalo mesem2 sendirian di bandara jangan lama2 yach.. :)
asyik juga kalo obat bisa lebih murah. sekarang ini mahalnya bukan main. betul2 bikin kantong kering... :(