By the way, have I told you that my office had just moved? We moved to a nearby building, a brand new one. Actually the construction is not 100% completed but we must move (maybe it had something to do with hari baik… ?). In the first few days, I could see some people, including the receptionists wearing masks (which reminds me about the time when the city was attacked by SARS) to protect them from the dust that entered the building every time the door opened.
Anyway… everybody complained that it's very cold inside the new office . (“Seperti di kutub”, “perlu beli sarung tangan” and things like that). Last Monday (March 31), it was sooooo cold that I had a terrible headache. On the way home, when I was driving, it got worse and the pain was almost unbearable. Then .. ahhh… I remember reiki. I started to concentrate and pray. When the traffic light turned red, I raised my both hands and opened the cakra above my head, like what my reiki teacher told me. And then as I felt the energy on my hands, I put them on my head. I used one hand to drive and the other hand to exercise reiki, alternatively. (Driving with one hand is dangerous… luckily, the traffic was not that bad that night).
It worked! Hurrray. It really worked. I arrived home safe and sound. But later the headache returned. I again practiced reiki, but this time the headache did not want to go. As I still had lots of work to do, I did not want to be bothered by the headache, and concentrated on my job. And miraculously I did not feel any pain in the head… I was not even sleepy… I worked very late and went to bed at 2 a.m.
On Tuesday night, when I drove home I felt something wrong with my left knee. Actually I have problems with my both knees. I think I have mild arthritis because whenever I go downstairs or upstairs, I often feel a bit painful. This time, however, I felt the pain whenever I stepped the pedal. So, I exercised reiki, sending the energy to the knee. Thank God, it worked again…
You might wonder whether it is true that reiki heals.
This afternoon when I had lunch with my friend, Retno, I told her about my experience.
“Percaya. Memang reiki hebat. Aku dulu pernah ‘sakti’,” katanya.
Lalu ia bercerita. Several years ago, when her father was in hospital for a serious disease, Retno learned about reiki.
“Setiap kali bokap aku reiki, dia bisa tidur enak sekali,” katanya.
It was too bad her father could not make it.
Reiki could not save his life, but it was proven to bring him peace.
At the end it’s God who decides the time we breathe our last breath.
7 comments:
Mbak Sima,
I would love to learn Reiki, because I want to be pain free whenever I have my period or when I have a severe migraine. Bisa gak belajar sama mbak Sima? :)
hi Ely...
ayuk rame2 reiki. kata pak guru, kemampuan kita dalam reiki akan bertambah kalau kita sering berbagi. waktu itu aku juga belajar mengamalkan ilmu itu, mengirimkan energi positif ke orang lain secara langsung (bukan jarak jauh), tapi blm pernah dicoba. mau jadi pasien pertama? :)
tapi kalau ely mau belajar reiki untuk penyembuhan diri sendiri atau orang lain, perlu "inisiasi" oleh master reiki.
senang bisa baca tulisanmu lagi.
artinya kamu "sehat-sehat" doang.
apa ada yang tahu,mana yg benar nih. ini soal perawatan paliatif di rumah.
maksudnya, si dokter sudah nyerah dan menyarankan si pasien menunggu ajalnya (yg berbulan2 lagi) di rumah saja,selain itu ongkos third-rate hospital-nya (kamar+dokternya) yg 1,5 juta rupiah mencekik si pasien dan keluarganya.
saya bilangin agar "minta" (bayar tuh) resep dokternya saja agar bisa beli Morfin,Ketogan,Durogesic atau apalah ( wong tak ada guru Reiki di daerah itu, heran,masa orang jakarta saja yg bisa menimba ilmu ini...gawat kan kalau Reiki ini meluas di dunia, pabrik obatnya bisa bangkrut tuh hehe).
e,si dokter bilang, mau morfin ya harus nginap di rmh sakitnya.lha,gimana,wong matinya masih lama gitu (pasiennya sudah antara lain lumpuh ).
setahu saja,sewaktu saya kecil, tetangga yg stress atau perlu perawatan paliatif untuk meringankan kesakitan,dengan suntikan perawat panggilan ke rumah si pasien.
terjangkau bagi kantong the lower middle class and the underclass.
lha sekarang katanya tak boleh lagi,takut morfinnya disalahgunakan. gimana sih,koq menemui ajal saja harus sedemikian mahalnya dan tak manusiawi?! tak urung saya menbatin: f*** capitalism!
kalo si dokter itu benar bahwa peraturannya kaya gitu, saya mohon ada yg mau memperjuangkan agar aturannya dirubah sehingga setelah diagnosis dokter,si pasien yg dirawat di rumah,diberikan morfin dosis hariannya oleh perawat saja.
menurut etika kedokteran,dokter menolak eutanasia,tapi apa bedanya dgn membiarkan pasiennya menderita sedemikian rupa di luar rumah sakitnya.munafik.
kalau pemerintah takut ada disalahgunakan morfin tsb,ya kan bisa saja rumah sakit pemerintah dan cabang2nya mendidik beberapa perawat untuk memberi dosis harian pd si pasien ketika dikirimin SMS. jadi ada kontrol dr pemerintah dan si pasien tak terlalu menderita dan secara ekonomi keluarganya tak dimatikan.
Ano,
itu namanya paliatif ya? jadi ingat aukma, artis sinetron yg dirawat berbulan2 di rumah sebelum akhirnya meninggal.
ah... alangkah susahnya jadi orang sakit.. apalagi dengan soal biaya dan peraturan atau prosedur yang membuat pasien dan keluarga jadi tambah repot.
banyak banget yang harus dibenahi.
weleh2 Sima...koq ingatnya cuma artis...
rakyat biasa di negara selevel indonesia itu,kan tiap hari ada saja penduduknya yg menemui ajalnya jauh dari die with dignity ala Barat.
di awal masa remaja saya yg super sensitif pernah menyaksikan. seorang yg gagal ginjal yg meraung-raung minta mati saja saking sakitnya. lebih bodohnya,keluarganya tak mengerti bahwa penderitaan tsb bisa diringankan dg morfin dan sejenisnya.
di tengah situasi yg luar biasa menekan tsb,e,kurang ajarnya,ada orang yg merasa beragama teguh dan bilang: Bahwa rasa sakit itu bisa hilang kalau iman kuat,itu cobaaan-Nya,jadi dijalanin saja.
wah,amit2.
sejak saat itu saya berprinsip,at any cost, kesakitan yg perlu hrs dihapuskan dr muka bumi ini.
sayangnya,saya tak bisa melakukan banyak untuk orang lain,krn sampai saat ini toh hal itu tetap terjadi di mana-mana,kapan saja.
memang sih, jauh lebih murah bagi budget negara untuk tak melakukan apa-apa,dan bisnis menguntungkan bagi industri kesehatan.
Saya sudah pernah disembuhkan dengan reiki :)
Waktu itu ada kelenjar lemak di payudara yang sakit dan bikin nggak nyaman, trus teman nyokap yang memang punya bakat reiki (tapi yang jarak jauh) nyembuhin saya, tapi juga dengan kondisi saya harus jaga makanan saya selama 3-4 bulan.
Jadi setiap malam sebelum tidur, saya berdoa minta disembuhkan, lalu saya harus tidur dengan telapak tangan terbuka lebar supaya energinya bisa masuk.
Terus setiap hari cuma boleh makan kentang sama ikan dan sayuran. Daging-dagingan seperti ayam, sapi or babi nggak dibolehin sama sekali.
But I'm healed! It really works.
hi Therry,
aku ikut senang. :)
Post a Comment