Ada Anggun, ABG yang salah satu kakinya harus diamputasi karena kanker tulang dan Arif (mudah2an aku ga salah mengingat namanya), siswa kelas 1 SD yang kena kanker darah. Lalu ada lagi Sapta, bocah penyintas kanker otak penggemar Kangen Band yang tanpa diduga mendapat kesempatan tarik suara bersama idolanya dalam acara itu.
Luar biasa. Sungguh hebat. Salut. Bravooo.... Anak-anak itu tampak gembira, bersemangat dan penuh percaya diri menatap masa depan. Kanker tak membuat mereka murung, putus asa dan berurai air mata.
Anggun yakin bahwa hilangnya sebelah kaki tak akan menghalanginya meraih cita-cita menjadi guru ngaji.
“Kan gampang, mengajar bisa sambil duduk,” katanya santai sambil tersenyum manis.
Si kecil Arif yang terpaksa sering bolos sekolah karena sakit berkata kalau kelak ia ingin menjadi dokter. Meski tubuhnya masih tampak lemah, ia kelihatan riang, apalagi ketika menerima boneka-boneka lucu, termasuk Barbie, sumbangan dari sponsor.
“Dulu Arif ini tidak mau minum obat kalau tidak diberi boneka. Ia suka boneka Barbie,” kata Andy, si pembawa acara.
Tak hanya Arif, tapi semua yang hadir di studio, termasuk pengurus Yayasan Onkologi Anak Indonesia dan dokter RS Kanker Dharmais serta belasan (atau sekitar 20-an?) anak penyintas kanker, juga menerima hadiah.
“Boneka Barbie untuk semua anak perempuan dan bola untuk semua anak lelaki,” kata Andy.
Sayang sekali, acara yang bagus kok akhirnya terkesan sexist amat yach…? Lagipula kenapa Andy sama sekali nggak cerita tentang Breast Cancer Barbie yang sempat membuat heboh dunia kanker payudara Amerika?
Ceritanya begini. Tahun 2006 si Mattel memproduksi boneka Pink Ribbon Barbie yang dimaksudkan untuk menggalang dana bagi Yayasan Kanker Payudara Susan G. Komen dengan target paling sedikit US$100,000.
Boneka yang dijual seharga $24.95 ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran anak-anak perempuan mengenai kanker payudara.
"Boneka Barbie Perpita Pink ini menyiratkan kekuatan perempuan, kecantikan dan daya tahan mereka yang luar biasa," kata si Mattel. "Gaun pink berhiaskan pita pink menegaskan dukungan Barbie akan hal itu."
.
Ada yang menganggap bahwa Mattel nggak serius karena dana yang diberikan ke Yayasan terlalu sedikit dibandingkan dengan biaya pengobatan kanker, apalagi mengingat keuntungan Mattel yang melimpah ruah.
Lalu ada kritikan: Barbie seharusnya ditampilkan lebih nyata sebagai penyintas kanker payudara dengan perlengkapan wig dalam berbagai model, topi, kerudung, payudara palsu dll.
Mestinya Mattel tak perlu takut bonekanya nggak laku kalau Barbie dibuat seperti itu karena penyintas kanker payudara kan juga bisa kelihatan cantik dan menarik.
*) Kata penyintas digunakan sebagai padanan survivor, sesuai dengan info dari Rita yang baik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, disebutkan bahwa “sintas” termasuk kata sifat, artinya “terus bertahan hidup” atau “mampu mempertahankan keberadaannya”.
No comments:
Post a Comment