Thursday, March 3, 2011

Saatnya Unjuk Gigi


Aku cinta damai. Tapi kalo ada yang cari gara2 dan ngajak berantem, mau tak mau aku mesti unjuk gigi.

Gigiku cukup baik meskipun sebetulnya ada juga bolongnya dikit2 dan pernah ditambal tapi tambalannya sudah lama copot. Tapi bukan karena itu maka aku berani unjuk gigi. Ini mesti dilakukan kalau ada hal yang tidak beres dan perlu diatasi segera, seperti kejadian yg kualami kemarin (2 Maret 2011).

“Pinggirin mobilnya,” polisi berteriak sambil menghalangi mobilku.

Lalu lintas padat merayap di jalan tol dari arah Kapuk menuju Slipi, mulai dari Grogol. Hal yang biasa, apalagi saat itu sudah sekitar pukul 4 sore. Dari jalur kanan, pelan2 aku pindah ke jalur kiri karena akan keluar di Slipi menuju kantor. Dalam kepadatan lalu lintas, bahu jalan di sisi kiri terisi mobil yang tak sabaran dan aku pun ikut2an. Selepas perempatan Tomang, kendaraan yang tadinya di bahu jalan mulai mengarah ke kanan, berusaha masuk ke jalur yang benar. Aku tak segera melakukannya karena lalu lintas memang sedang padat dan tak mudah berpindah jalur.

Eeeehh.. ternyata di mulut gerbang keluar Slipi terparkir mobil patroli polisi. Wah, alamat buruk nih. Aku berusaha segera pindah jalur, begitu juga mobil2 di belakangku. Tapi seorang polisi segera menyuruhku berhenti meskipun mobilku sudah berada pada posisi yang benar, sementara mobil2 lain tadinya mengambil bahu jalan dibiarkan berlalu.

Ia memberi aba2 agar aku minggir ke belakang mobil polisi. Aku membuka kaca mobil dan mendengarnya berulang kali berteriak menyuruhku minggir dan mengatakan bahwa aku melanggar karena menggunakan bahu jalan.

Aku capai sekali. Kondisi badanku sedang kurang fit. Hari itu menjalani pemeriksaan CT scan di RS PIK. Aku sudah berkali2 menjalaninya, tetapi kali ini aku sungguh menderita.

Sekitar jam 2 siang, aku tergeletak di ruang CT scan. Seorang suster ramah berperawakan mungil menepuk2 urat nadiku yang semakin halus saja lalu menusuk dua tempat yang berbeda, berusaha memasang alat untuk memasukkan obat. Tapi gagal. Suster yang mendampinginya membantu, menusuk sekali lagi, dan gagal lagi.

Dokter datang. Ia minta maaf atas ketidaknyamanan yang kualami dan menerangkan bahwa obat kontras harus dimasukkan untuk mendapatkan hasil yang jelas.

Namanya dr. Herlina. Orangnya terkesan baik dan penuh empati. Baru sekali ini aku bertemu dengannya. Kalau tau begitu, dari dulu aku pasti memilih ditangani olehnya

Akhirnya dipanggillah bala bantuan dari UGD. Seorang suster cantik dengan eye shadow hijau sesuai dengan warna baju seragamnya datang. Dua kali ia menusuk dan dua kali pula gagal. Tusukan ketiga diarahkan pada urat nadi pergelangan tangan. Sakitnya lumayan juga.. Untunglah…. kali ini berhasil.

Tapi itu bukan akhir dari penderitaan. Ketika dilakukan tes untuk memasukkan obat, tanganku langsung terguncang akibat tak menyangka kalau sakitnya luar biasa. Selain itu obat juga dimasukkan melalui dubur, menimbulkan rasa melilit yang sangat tidak enak.

“Tahan, ya, kalau sudah tidak kuat, teriak, nanti kita hentikan,” kata suster sebelum memasukkan obat.

Penderitaan lain muncul karena badanku terasa sangat pegal … remuk redam…dan kedinginan dalam balutan baju kimono dari RS. Rasanya seperti di kutub Utara (hehehee… serasa pernah ke sana aja….)

Ketika semuanya selesai, aku melihat jam tangan. Ternyata baru jam 15:30, padahal aku merasa lamaaaaa sekali proses yg melelahkan itu.

Badan yang sudah lemas, semakin lemas rasanya ketika polisi menghadangku. Dari dalam mobil, aku satukan kedua telapak tangan dan kuangkat hingga ke depan wajahku, lalu kubuat gerakan naik turun, seperti gaya sembah. Maksudnya, minta maaf dengan harapan agar ia membiarkan aku berjalan terus.

Tapi gerakanku kurang khidmad dan khusuk sehingga polisi itu tambah berang. Setelah gagal menyuruhku meminggirkan mobil, ia memintaku keluar. Aku turun turun dari mobil.

“Saya ini menghormati perempuan, tapi ibu tidak menghormati saya,” katanya marah2.

“Saya menghormati bapak, makanya saya minta maaf ini,” kataku lagi sambil kembali menangkupkan telapak tangan dan menggerak2kannya naik turun.

“Kalau menghormati saya, harusnya minggir.”

“Coba, saya lihat identitas bapak. Tolong buka rompinya, pak.”

Nama polisi pasti tercantum pada baju seragamnya di bagian dada, tapi seringkali polisi menutupinya dengan rompi,

“Saya akan tunjukkan identitasnya kalau mobil sudah dipinggirkan,” katanya.

Aku cuma tersenyum kecut. Suasana semakin panas. Pasti jalanan semakin macet karena banyak kendaraan berderet-deret di belakang mobilku. Aku bergeming.

Polisi itu bengong. Lalu ngeloyor ke mobilnya dan berdiri di sana, membelakangiku. Mungkin menyesali nasibnya. Dia pikir dapat sasaran empuk, ternyata eh, salah sasaran…

Dengan kesal bercampur geli, aku pun kembali masuk mobil dan meneruskan perjalanan yang sempat terganggu oleh drama singkat itu.

5 comments:

Pucca said...

kok bisa ya sim, aku kalo sama polisi kok seringnya galakan polisinya sehingga uang goban melayang.. mesti unjuk gigi juga nih sekali2..

ngebayangin ditusuk berkali2 miris bener sim, aku takut disuntik.. pengennya jarum suntik di masa depan nggak sakit bisa gak ya..

sima said...

kalo kita melakukan kesalahan yg mencolok, misalnya ketika lagi sepi kita menerobos lampu merah, memang rada susah, ya. kalo posisi kita kuat, coba deh unjuk gigi.

Vi, belakangan ini aku kalo disuntik selalu sakit, pdhal dulu pernah sama sekali ga sakit karena susternya super jago dan mungkin juga karena nadinya belum sehalus sekarang. ooh nasib.
tapi masing untung juga karena sakitnya langsung berhenti setelah jarum dicabut, atau paling2 ya tinggal sedikit kalau bengkak/lebam. kalo udah gitu, aku selalu ingat pribahasa "berakit2 ke hulu, berenang2 ke tepian..."

weli said...

wah... untung mba Sima ngga pingsan. Coba kalo pingsan, musti tanggung jawab tuh polisi. 'Tanggung jawab biaya pengobatan sampai sembuh sesehat-sehatnya' . Nah lo... hehe..

sima said...

bener juga ya, weli. untung nggak sampai pingsan. apa pun yg terjadi, kita ini selalu untung.... hehhee. "the power of positive thinking"

Cari tiket pesawat said...

Thanks atas infonya, mau di coba dulu deh...