Saturday, March 21, 2009
Femara, Aromasin dan Pizza
Kita paling suka bikin singkatan. Semuanya disingkat, sampai-sampai orang jadi bingung. Mendiknas, Menperindag, parpol, balon (bakal calon), kompol (komisaris polisi), bonyok (bokap nyokap), siskamling dan.... surtaling (kasur bantal guling).
Sebaliknya, kita juga bisa memanjangkan kata. Salah satunya, yang paling populer adalah kanker = kantong kering.
Memang semua penyakit bisa bikin kantong kering kalau tak kunjung sembuh. Tapi obat2an buat penyakit yang satu ini memang keterlaluan mahalnya. Kita mesti bersyukur karena ada Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang menjual obat dengan harga subsidi.
Hari Jumat kemarin (20 Maret 2009) aku ke YKI untuk membeli 40 tablet Femara. Harganya Rp 1.719.000 per kotak isi 30 tablet, atau Rp 57.700 per tablet. Ini jauh lebih murah dari tempat lain yang mematok harga hampir Rp 2 juta per kotak.
Semakin mahal harga obat, semakin besar selisih harga dibandingkan dengan tempat lain.
Misalnya, Zometa yang di RS Dharmais harganya Rp 3.626.000 dapat diperoleh dengan harga Rp 3.277.500 di YKI. Harga pasar memang jauh lebih tinggi karena mengacu pada HET alias Harga Eceran Tertinggi yang ditentukan pemerintah. HET untuk Zometa adalah Rp 4.188.000.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 069/Menkes/SK/II/2006, harga eceran tertinggi wajib dicantumkan pada kemasan obat untuk menginformasikan harga obat yang transparan kepada masyarakat.
HET ini sudah termasuk harga dasar, pajak pertambahan nilai, dan profit margin bagi apotek sebesar 25 persen.
Apotek yang menjual obat dengan harga agak “miring” adalah apotek Prima. Sebelumnya, aku juga sering membeli obat di apotek Grogol. Aku terpaksa membeli obat di Prima apabila karena satu dan lain hal tak dapat datang langsung ke YKI, dan juga karena dulu YKI tidak menjual Femara dan obat2 lain yang aku perlukan.
“Kemarin ada pasien meninggal. Ia masih punya Femara 10 tablet dan dapat dibeli dengan harga sangat murah,” kata mbak yang melayaniku di YKI.
Oh ya? Terima kasih, mbak.
Sedih juga mendengar ada pasien yang meninggal karena minum Femara. Tapi bukan begitu.... Salah logikanya (tolong dibetulkan). Lalu terbayang harga “sangat murah”. Mungkin separo harga, atau kurang dari itu? Ah salah lagi. Ternyata Rp 50 ribu. Lumayan dong, hemat Rp 77.000, bisa buat beli pizza... yummy...
Oh ya, ngomong2, apakah ada yang memerlukan Aromasin?
Aromasin dan Femara sama2 obat hormonal sebagai pencegah estrogen, yang katanya dapat memicu pertumbuhan kanker.
Setelah aku menjalani operasi dan kemoterapi, aku minum Tamoplex, yang fungsinya juga sama. Tetapi rupanya aku kurang cocok dengan Tamoplex sehingga dokter menganjurkan agar aku minum Aromasin. Beberapa bulan kemudian, dokter menggantinya dengan Femara.
Nah, sekarang aku masih punya Aromasin sebanyak 9 tablet yang akan kadaluwarsa pada bulan Oktober 2009. Harga Aromasin tak beda jauh dengan Femara. Aromasin ini sudah berbulan-bulan tersimpan dalam kulkas.
Apakah ada yang memerlukan? Kalau ada, boleh datang untuk mengambilnya. Harganya? Gratis kok... cukup diganti dengan seloyang pizza saja....
Sebaliknya, kita juga bisa memanjangkan kata. Salah satunya, yang paling populer adalah kanker = kantong kering.
Memang semua penyakit bisa bikin kantong kering kalau tak kunjung sembuh. Tapi obat2an buat penyakit yang satu ini memang keterlaluan mahalnya. Kita mesti bersyukur karena ada Yayasan Kanker Indonesia (YKI) yang menjual obat dengan harga subsidi.
Hari Jumat kemarin (20 Maret 2009) aku ke YKI untuk membeli 40 tablet Femara. Harganya Rp 1.719.000 per kotak isi 30 tablet, atau Rp 57.700 per tablet. Ini jauh lebih murah dari tempat lain yang mematok harga hampir Rp 2 juta per kotak.
Semakin mahal harga obat, semakin besar selisih harga dibandingkan dengan tempat lain.
Misalnya, Zometa yang di RS Dharmais harganya Rp 3.626.000 dapat diperoleh dengan harga Rp 3.277.500 di YKI. Harga pasar memang jauh lebih tinggi karena mengacu pada HET alias Harga Eceran Tertinggi yang ditentukan pemerintah. HET untuk Zometa adalah Rp 4.188.000.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No 069/Menkes/SK/II/2006, harga eceran tertinggi wajib dicantumkan pada kemasan obat untuk menginformasikan harga obat yang transparan kepada masyarakat.
HET ini sudah termasuk harga dasar, pajak pertambahan nilai, dan profit margin bagi apotek sebesar 25 persen.
Apotek yang menjual obat dengan harga agak “miring” adalah apotek Prima. Sebelumnya, aku juga sering membeli obat di apotek Grogol. Aku terpaksa membeli obat di Prima apabila karena satu dan lain hal tak dapat datang langsung ke YKI, dan juga karena dulu YKI tidak menjual Femara dan obat2 lain yang aku perlukan.
“Kemarin ada pasien meninggal. Ia masih punya Femara 10 tablet dan dapat dibeli dengan harga sangat murah,” kata mbak yang melayaniku di YKI.
Oh ya? Terima kasih, mbak.
Sedih juga mendengar ada pasien yang meninggal karena minum Femara. Tapi bukan begitu.... Salah logikanya (tolong dibetulkan). Lalu terbayang harga “sangat murah”. Mungkin separo harga, atau kurang dari itu? Ah salah lagi. Ternyata Rp 50 ribu. Lumayan dong, hemat Rp 77.000, bisa buat beli pizza... yummy...
Oh ya, ngomong2, apakah ada yang memerlukan Aromasin?
Aromasin dan Femara sama2 obat hormonal sebagai pencegah estrogen, yang katanya dapat memicu pertumbuhan kanker.
Setelah aku menjalani operasi dan kemoterapi, aku minum Tamoplex, yang fungsinya juga sama. Tetapi rupanya aku kurang cocok dengan Tamoplex sehingga dokter menganjurkan agar aku minum Aromasin. Beberapa bulan kemudian, dokter menggantinya dengan Femara.
Nah, sekarang aku masih punya Aromasin sebanyak 9 tablet yang akan kadaluwarsa pada bulan Oktober 2009. Harga Aromasin tak beda jauh dengan Femara. Aromasin ini sudah berbulan-bulan tersimpan dalam kulkas.
Apakah ada yang memerlukan? Kalau ada, boleh datang untuk mengambilnya. Harganya? Gratis kok... cukup diganti dengan seloyang pizza saja....
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
10 comments:
seloyang pizza gak gratis donk sim :P
tapi bener juga ya, lumayan obatnya bisa bermanfaat buat orang lain :)
hi pucca... betul juga... hahahha...ga usah pake pizza juga gpp kok... beneran nih gratis.
1.ttg ditabrak...buat yg baca sakit jantung aja...untung ga apa-apa kayaknya.
2.ttg rokok, perlu kampanye puluhan tahun, pajak yg mencekik,iklan rokok di tv harus dilarang (paling tidak di saat anak2 dan remaja nonton),dilarang menjual rokok bagi yg berumur dibawah 18 thn,etc.
ada obat yg laen lo mba...namanya arimidex.... dan tiga2nya (arimidex,femara,aromasin) masuk askes sosial .......siapa tahu bisa membantu
hi Ano..
1.ya,diriku sangat bersyukur biarpun ketabrak, krn nggak smp parah....
2. setuju..!!!
@Altifah
trims infonya. oh, seandainya aku dpt askes .. alangkah indahnya..
Hi...Sima...salam kenal
saya hari ini baru lihat blog kamu...karena mama saya berapa saya yg lalu di kemoterapi..jd lg search2 info...
mau nanya...untuk aromasin itu cocok untuk yg udah menopause..?
terakhir harganya berapa y..tx
salam,
chan
hi Chan,
terakhir kali aku beli aromasin mungkin sekitar Rp 1.4 juta /boks isi 30 tablet. Tapi itu sudah lama. Coba aja tanya ke YKI telp 3192 7464. Ya betul, kata dokter, obat ini bagus untuk yg sudah menopause. salam buat mama ya. she must be happy to have you!
Saya juga pernah beli di Apotik Medika Center (di Tanjung Duren), podomoro city, mereka juga jual lumayan ekonomis harganya, telpnya 021-5695.7245. Sekedar sharing aja sama teman2.
trims atas sharingnya, info semacam itu pasti berguna bagi kita semua.
http://connections.blackboard.com/people/7f7182205e Buy Accutane Online,
http://connections.blackboard.com/people/16ca99c49e Buy Aciphex Order
Post a Comment