Thursday, October 9, 2008

Bayar Pakai Kartu Kredit di Apotek RS Dharmais Kena Biaya Tambahan 3 Persen


Liburan Lebaran, semua pada libur. Tapi berobat tak boleh libur.
Terakhir kali aku suntik dan infus adalah hari Kamis, tgl.4 September 2008. Pengobatan ini harus dijalani setiap 4 minggu sekali, jadi giliran berikutnya jatuh pada hari Kamis tgl. 2 Oktober 2008. Karena tgl 1 dan 2 Oktober hari Raya Idul Fitri (maaf lahir batin ya teman2…), maka pengobatan mundur sampai hari Sabtu, tgl 4 Oktober 2008.
Yach.. kalo maju mundur barang 1-2 hari sih tidak apalah… Begitu pikirku. Tapi ternyata apotik Prima langgananku, tutup. Apotik Grogol juga tutup.
“Coba RS Dharmais, pasti di sana buka. Obatnya sedikit lebih mahal,” kata bu dokter ketika aku minta agar jadwal berobat diundur.
RS Dharmais memang tidak tutup. Tapi harga Zoladex 3.6 ml beda Rp 81.000 sedangkan Zometa 5 ml bedanya lebih dari Rp 351.000 (tiga ratus lima puluh satu ribu rupiah).
Apa boleh buat. Daripada daripada, ya aku beli saja. Mbak penjaga apotek RS Dharmais orangnya baik dan pelayanannya juga cepat. Apalagi waktu aku ke sana hari Jumat sekitar jam 7 malam, apotek sepi sekali.
“Kok mahal sih mbak? Nggak bisa kurang nih?” aku bertanya.
Emangnya jual obat di pasar, bisa ditawar…! (Eh, bisa lho, aku kemarin beli 2 tabung Redoxon CDR di apotek Puter, Bintaro, harganya Rp 25.200, tapi waktu aku bilang ke mbaknya supaya dibulatkan jadi Rp 25.000 saja, si mbak langsung setuju, Untuk informasi, di Giant harganya >Rp 26.000 dan di Carrefour > Rp 28.000).
Di Dharmais sih mana bisa tawar menawar. Jadi mau ga mau ya aku bayar saja. Pakai kartu kredit karena tak ada cash.
“Kena biaya 3 persen, ya,” kata si mas yang bertugas jadi kasir di sana.
“Lho mas, kenapa mesti kena charge?” kataku terheran-heran karena setahuku kasir utama (bukan kasir Apotek) tidak pernah mengenakan biaya tambahan untuk pembayaran dengan kartu kredit.
Si mas hanya mengangkat bahu. Pasti dia juga tak dapat menjawab karena ini merupakan kebijakan dari sonohnya.
Akhirnya aku keluarkan kartu debit BCA. Untung aku punya kartu debit.. Hahaha… ternyata aku masih untung.
(By the way hari ini waktu mau berangkat kerja, bokap yg kebetulan lagi di rumah memberi tahu kalau ban kiri belakang agak kemps. Jadi mampir dulu ke tukang tambal ban. Ternyata ada 8 paku. Untung ban nggak langsung kempes. .. Tiap malam aku pulang lewat tol. Bayangkan kalo mobil kempes pes malam2 di jalan tol.. Untung cepat ketahuan…)

Updating: Tadi aku ke Dharmais dan tanya apakah bisa bayar obat dengan kartu kredit tanpa kena biaya tambahan. TERNYATA SUDAH BISA. Petugas di kasir malah bilang kalo dia nggak tau bahwa dulu ada biaya tambahan.

5 comments:

Elyani said...

Sima, duh...ada2 aja ya, sudah beli obat kemahalan masih kena musibah ranjau paku pulak. Yang nebarin paku itu gak mikir keselamatan orang lain ya. Adik-ku juga pernah ban-nya kena ranjau paku..untung masih dekat rumah dia, kalau udah sampai tol kan mau gak mau harus derek. Jangan terlalu getol kejar setoran ya...jaga kesehatan lebih penting loh :)

T Sima Gunawan said...

hi Ely.. memang kita harus hati2. kemarin memang sibuk kejar setoran,tapi sekarang dah longgar kok... ayuk kapan2 kita kodar lagi. :)

Dr_Bahar_Azwar SpB k Onk said...

Kita ini memang meganaktikan kesehatan. Beli baju di mall kena charge 3% ya OK. Tapi obat?????

Anonymous said...

Walaah, sudah nggak disubsidi, masih dikenai charge lagi :( Sing sabar yo mbak. Duh, 8 paku? Ya ampun... tega amat. Sing sabar banget yo mbak...

T Sima Gunawan said...

harga di Dharmais masih di bawah HET yang ditentukan Depkes. harusnya HET bisa lebih ditekan.
iya yik.. kita harus berusaha untuk sabar.. sabar itu subur.. subur itu tempat fotokopi dan nyetak. dulu tempatnya jelek di warung buncit, sekarang sudah modern dan hebat.. heheh ga nyambung ya.