Tuesday, June 1, 2010
Bandana sejuta umat
Seiring dengan semakin menjamurnya pengguna sepeda motor yang kini merajai kota metropolitan, di pinggir jalan banyak dijumpai penjual berbagai perlengkapan sepeda motor seperti helm SNI, sarung tangan dan bandana.
Rupanya banyak pengendara sepeda motor senang memakai bandana, baik sebagai penutup kepala, penutup wajah atau dikalungkan di leher untuk bergaya.
Aku juga punya beberapa bandana yang kubeli lima tahun yll. ketika aku menjalani kemo untuk yang pertama kalinya. Ternyata model bandana dari waktu ke waktu tidak berubah, baik corak maupun bentuknya. Harganya dulu Rp 10 ribu. Entah sekarang berapa ya, karena aku belum beli lagi, meskipun niat itu ada.
Karena harga yang terjangkau, peminatnya juga cukup banyak.Dulu aku pernah melihat tukang sayur yang lewat depan rumah memakai bandana warna biru. Sama persis dengan punyaku.
Di depan poliklinik, tempat aku suntik Neurobion, terdapat deretan warung makan dan salah satunya dihiasi selembar kain iklan minuman energi yang menampilkan komedian si Komeng dengan bandana merah di kepala.
“Itu namanya bandana sejuta umat,” komentar seorang teman.
Istilah “sejuta umat” itu sendiri awalnya melekat pada seorang dai atau penceramah agama yang dulu sangat populer, tetapi sekarang tidak lagi.
Meskipun aku tergolong cuek, tetapi kalau ke mal atau makan di luar, aku jarang memakai bandana sejuta umat itu, soalnya aku juga pernah melihat ada pelayan restoran yang memakainya..
Waktu menengok keluarga di Solo beberapa waktu yll. Aku juga membawa satu bandana, tetapi tidak selalu kupakai. Aku lebih sering memakai penutup kepala yang lain, termasuk topi rajut.
Suatu ketika aku melihat pembantu kakakku juga punya bandana serupa. Warnanya merah dan dilipat dimasukkan ke kantong celana jeans. Hanya ujungnya yang kelihatan.
Untung saat itu aku ga pakai bandana. Kalo enggak, pasti aku bakal tersinggung. Bayangkan, aku pakai bandana di kepala. Masa dia pakai di pantat?
Rupanya banyak pengendara sepeda motor senang memakai bandana, baik sebagai penutup kepala, penutup wajah atau dikalungkan di leher untuk bergaya.
Aku juga punya beberapa bandana yang kubeli lima tahun yll. ketika aku menjalani kemo untuk yang pertama kalinya. Ternyata model bandana dari waktu ke waktu tidak berubah, baik corak maupun bentuknya. Harganya dulu Rp 10 ribu. Entah sekarang berapa ya, karena aku belum beli lagi, meskipun niat itu ada.
Karena harga yang terjangkau, peminatnya juga cukup banyak.Dulu aku pernah melihat tukang sayur yang lewat depan rumah memakai bandana warna biru. Sama persis dengan punyaku.
Di depan poliklinik, tempat aku suntik Neurobion, terdapat deretan warung makan dan salah satunya dihiasi selembar kain iklan minuman energi yang menampilkan komedian si Komeng dengan bandana merah di kepala.
“Itu namanya bandana sejuta umat,” komentar seorang teman.
Istilah “sejuta umat” itu sendiri awalnya melekat pada seorang dai atau penceramah agama yang dulu sangat populer, tetapi sekarang tidak lagi.
Meskipun aku tergolong cuek, tetapi kalau ke mal atau makan di luar, aku jarang memakai bandana sejuta umat itu, soalnya aku juga pernah melihat ada pelayan restoran yang memakainya..
Waktu menengok keluarga di Solo beberapa waktu yll. Aku juga membawa satu bandana, tetapi tidak selalu kupakai. Aku lebih sering memakai penutup kepala yang lain, termasuk topi rajut.
Suatu ketika aku melihat pembantu kakakku juga punya bandana serupa. Warnanya merah dan dilipat dimasukkan ke kantong celana jeans. Hanya ujungnya yang kelihatan.
Untung saat itu aku ga pakai bandana. Kalo enggak, pasti aku bakal tersinggung. Bayangkan, aku pakai bandana di kepala. Masa dia pakai di pantat?
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
Haha....berarti mbak Sima trendsetter dong...
haha.. lagian orang itu ngapain bandananya dipake di pantat :P
temenku udah masuk kantor hari ini sim, baru kemaren balik dari singapur, masih agak pusing2 katanya, tapi udah bisa masuk :)
@ Ferdi, bisa aja..
@ Pucca, syukur ya temen udah bisa masuk kantor. moga2 pusingnya cepet ilang.
haha..iya tuh trendsetter banget, bandana kok buat celemek fantat, hahah...
Post a Comment