Monday, January 11, 2010

Mau Kemo?

“Cepat atau lambat mesti dikemo,” kata bu dokter dengan wajah serius.
Pernyataan bu dokter pada hari Jumat (8 Januari 2010) itu bukan yang pertama kalinya. Sudah berulang kali ia mengemukakan hal itu, sejak pertama kali aku datang untuk berkonsultasi ke NUH pada akhir tahun 2008.. eh, salah, yg benar 2007.
Kemoterapi memang dipercaya sebagai salah satu pengobatan yang paling ampuh dalam membasmi kanker. Saking ampuhnya, kemo juga merontokkan sel-sel yang masih sehat sehingga efek sampingannya… oh… mana tahan… Apa boleh buat, kalau tak ada jalan lain, ya mau tak mau mesti kemo.
Tapi bu dokter masih memperbolehkan aku menunda kemo karena meskipun aktivitas kanker di tubuhku meningkat, “the progress is slow.”
Jadi, masih untung ya?
Untuk menahan perkembangan kanker yang diketahui telah menyebar ke tulang, dokter memberiku terapi hormon.
Hasilnya lumayan. Belum ada penyebaran baru ke organ tubuh seperti paru-paru, hati atau usus.
“Tapi tampak ada peningkatan aktivitas kanker di tulang,” kata bu dokter sambil melihat hasil bonescan.
Ngomong-ngomong soal hasil bonescan, bu dokter mempertanyakan mengapa hasilnya tercetak dalam bentuk kertas, bukan dalam bentuk film.
“Jadinya susah nih kalau mau membandingkan dengan hasil yang sebelumnya,” katanya.
Biasanya aku melakukan bonescan di RS Dharmais, Jakarta, dan hasilnya berupa film. Tetapi bulan lalu bonescan dilakukan di RSHS di Bandung. Kebetulan ada kenalan baru, dr. Alvita namanya, seorang cancer warrior yang sedang mengambil spesialis kedokteran nuklir di sana. Sambil menyelam minum air. Sambil bonescan, bisa ngobrol dengan dokter muda yang oke punya itu.
Hasil bonescan, CT-scan, MRI dan X-ray yang dilakukan di Jakarta pada bulan Desember lalu semuanya aku bawa ke NUH. Sebelum bertemu bu dokter, aku terlebih dahulu menjalani tes darah untuk melihat fungsi ginjal, hati dll, termasuk tumor marker.
Sambil menunggu giliran diperiksa, aku melakukan latihan angkat kaki. Sejak akhir bulan Agustus 2009, kaki kananku mulai sakit kalau dipakai berjalan. Lama-kelamaan, jalanku terseok-seok. Dalam posisi duduk, aku tak dapat mengangkat kaki kanan. Apalagi sambil tiduran …
Mengapa? Apakah hal itu disebabkan karena kanker yang sudah menggerogoti tulang di bagian bawah tubuh seperti tulang panggul dan tulang duduk?
Tidaaaakkk… tidakkkkk…!
Itu bukan karena kanker. Ini karena nyeri sendi… osteoarthritis… rematik… !
Hmmm.. memang betul, pemeriksaan X-ray menunjukkan adanya osteoarthritis ringan. Tapi kalau mau jujur, yach, kankerlah yang paling bertanggungjawab dalam menghambat gerakan kaki kananku.
Untuk mengatasi kaki yang sakit itu, aku menjalani terapi chi. Suhu menyuruhku berlatih mengangkat paha dan kaki kanan dalam posisi duduk. Sakitnya minta ampun…
No pain, no gain,” begitu katanya sambil menekankan perlunya fighting spirit untuk melawan kanker.
Di depan ruang praktik bu dokter, aku berlatih sambil meringis. Untung ruang tunggunya luas, jadi latihanku tidak mengganggu pasien lain. Lagipula aku melakukan gerakan itu perlahan-lahan, jadi tidak mencolok. Dan yang penting, aku memakai celana panjang, jadi aman.. Kalau memakai rok, apalagi rok mini… wah, bisa-bisa porno…. Hehehehhee…..
Baru berlatih sebentar, bu dokter sudah memanggil.
“Tampaknya jalannya sudah membaik,” katanya ketika melihat aku masuk ke ruang praktik dengan gagah berani sambil membusungkan dada. Eeeeh, sebetulnya masih pincang sih, tapi tidak terlalu parah.
Dalam posisi berbaring, aku disuruh menaikkan paha dan kaki kanan. Sambil menahan nafas, dengan sekuat tenaga, aku mengangkatnya … Sakit sekali, tapi hore…. berhasil.
You are stronger now,” katanya.
Aku bilang ini berkat terapi chi dan kali ini dia tidak berkomentar. Padahal sebelumnya ia sempat meragukan.
Soal kaki ini, sebetulnya kondisinya tak menentu. Kadang2 terasa enak dan tidak begitu sakit. Tetapi kadang2 masih sakit, seperti hari ini...
Meskipun bu dokter melihat bahwa secara fisik kaki kananku tampak lebih baik, ia masih merasa was-was.
Selain hasil bonescan yang buruk, ternyata tumor marker juga meningkat. CEA menjadi 188.9 sedangkan CA 153 menunjukkan angka 109.5. Padahal ambang batas normal untuk CEA adalah <5 dan untuk CA 153 adalah <35.
“Karena itu, obatnya harus diganti,” katanya. Tapi suntikan Zoladex dan infus Zometa untuk menguatkan tulang, yang dilakukan setiap 4 minggu masih harus dijalani. Sejak kanker diketahui menyebar ke tulang pada bulan April 2007, aku minum Aromasin, yang kemudian diganti dengan Femara. Keduanya mempunyai fungsi sama, yaitu untuk memblokir hormon estrogen yang diyakini dapat merangsang pertumbuhan sel kanker.
Bu dokter memberiku 3 pilihan untuk mengganti Femara. Pertama, obat berupa pil yang harus diminum setiap hari. Kedua, suntikan yang diberikan sebulan sekali. Ketiga, kemo.
Jelas dong aku ga mau kemo. Aku memilih pil, yang harganya lebih murah dari obat suntik.
Pil ini namanya Megestrol dan salah satu efek sampingannya adalah membuat gemuk karena nafsu makan dapat meningkat. Harganya SGD100 untuk 50 pil. Tak disangka, ternyata lebih murah dari Aromasin atau Fermara. Selain itu masih ada potongan pajak (GST) sebesar SGD6 yang dapat diklaim di airport…. Hehehehe.. pas buat beli tiket MRT pulang-pergi dari airport ke tempat pemberhentian shuttle bus NUH (masih ada sisa SGD2 kalau tiketnya dikembalikan setelah dipakai).
Tapi bu dokter tidak yakin apakah obat yang baru ini cocok buatku. Memang sih, sampai saat ini belum ada obat kanker yang betul-betul ces pleng. Tak ada jaminan bahwa kondisiku akan membaik dengan minum obat itu. Semuanya untung2an, cocok2an.
Jadi, bu dokter menyuruhku datang kembali bulan depan. Setelah tawar-menawar… (seperti di pasar aja ya)…. akhirnya disepakati bahwa aku akan kembali pada tanggal 26 Februari 2010.
Begitu datang, aku harus menjalani tes darah untuk melihat tumor marker dll.
“Dok, boleh nggak tes darahnya di Jakarta saja?” aku bertanya.
“Tes darah untuk pemeriksaan yang lain-lain boleh, tapi untuk tumor marker, lebih baik di sini saja,” kata bu dokter. “Soalnya kemarin2 kan periksanya di sini, jadi biar standarnya sama dan supaya membandingkannya enak,” lanjutnya.
Bukan karena meragukan kecanggihan lab di Jakarta atau profesionalisme para petugasnya, kan dok?

13 comments:

Elyani said...

Hi Sima,

Moga2 hasil tes darah bulan depan jauh lebih baik ya. Sima tinggal dimana kalau sedang periksa di Singapore? mungkin aku bisa minta adik-ku yang di Singapore untuk menyediakan tumpangan buat Sima kalau sedang berobat. Nanti bisa aku tanyakan sama dia. Adik-ku tinggal di Serangoon.

sima said...

Trims Ely. biasanya sih berangkat pagi2 dari rumah dan langsung pulang malamnya. sekali2 menginap di apartemen teman. salam buat adik yang tinggalnya di Singapura ya... nggak usah repot2 lho Ely... aku jarang nginep kok kalo di sana.

Pucca said...

tetap semangat ya sim, aku kagum banget sama kamu, bisa nulis dengan santai seperti ini diselingi jokes2 lagi, kalau aku sih mungkin sudah penuh bersimbah air mata tulisannya hehehe..

semoga bulan depan lebih baik :)

Rini said...

mbak Sima memang hebaaat!
terus berjuang ya...& tetap semangat!
do'a kami selalu...

sima said...

hi Vi..,
daripada stres kan enakan dibikin santai aja... :)trims ya. kita selalu berharap yang terbaik.

hi Rini...teman semarga.. :)
trims ya. gmn kabarmu di semarang? semoga baik ya... aku salut dengan perjuangan dirimu yang pasti lebih berat itu. salam buat ananda.

amd said...

Tetep semangat ya Mbak, semoga tambahan terapi chi itu bisa makin kuat juga ya mbak.

sima said...

hi Rita...
ya, semangat memang perlu. hidup tanpa semangat bagaikan sayur tanpa garam.. eh ... salah besar. tanpa garam kan malah bagus ya? hehehehe...

yik said...

Mb Sima, semangat terus ya. Juga semoga mb Sima nggak sia2 duduk manis mendengarkan crita2 si suhu yg seru :))

sima said...

hi Yik, trims ya...
Iya nih, aku msh berjuang terus. moga2 semua ini menghasilkan buah yang manisss ...

Unknown said...

Sima, your stories are spiritual enlightenment to me and many others. Thanks a lot. Keep on writing please!

sima said...

@Paulus, thank you so much for your encouraging comment. Have a nice Sunday.

Anonymous said...

You identify, people each time manufacture comments when anything is predicted to happen in 2012, like “fairly that is if the faction is hush here.” You do realize that the Mayans prognosticate the faction will finish on Dec. 21 (or 23rd)? So in all strong if anything is booming to take place in 2012 there is solitary the slimmest chance that the world hand down have ended already it happens.
[url=http://2012earth.net
]Light Beings
[/url] - some truth about 2012

Putri said...

Your story really inspired me... trima kasih sdh berbagi yaaa... aku jg sdg berjuang... yuk sama2 trs smgt...