Tuesday, November 24, 2009

Sepatu Ajaib

Aku bukan orang yang mudah termakan iklan. Tapi yang satu ini sungguh menggoda. Bayangkan. Ada sepatu yang bisa banyak membantu menguatkan otot-otot kaki, terutama pada bagian betis, paha dan panggul..
Nah… ini dia yang aku cari.
Kebetulan kaki kananku memang bermasalah. Agak sakit kalau dipakai berjalan. Tadinya sakit pada bagian lutut dan pangkal paha, kemudian sakit pada lutut sudah hilang, tinggal nyeri pada pangkal paha yang masih sering muncul.
“Ganti dong sepatunya. Coba pakai sepatu yang bagus, yang nyaman,” komentar seorang teman. Dalam beberapa waktu ini aku sudah 3x berganti sepatu. Yang pertama bikinan Scholl yang nyaman sekali dan yang kedua buatan Yongki Komaladi yang juga enak dipakai. Tapi entah kenapa makin lama rasanya kok makin kesempitan, bahkan ketika aku tidak memakai kaus kaki. Akhirnya aku memakai sepatu sandal Geox obralan yang dibeli di Mall of Indonesia, Kelapa Gading.
Rumahku jauh sekali dari Kelapa Gading dan aku nggak bakalan ke sana kalau bukan karena tergiur hadiah berupa termometer yang diberikan cuma-cuma untuk para pemegang kartu Citibank.
Sepatu Geox enak dipakai, tetapi itu “hanya” sekedar sepatu, bukan “sepatu ajaib” yang dapat menguatkan otot.
Sepatu “ajaib” itu adalah produk terbaru Reebok yang diberi nama Easytone. Infonya aku peroleh ketika diminta teman untuk menulis tentang manfaat berjalan dan berlari. Dengan embel-embel, agar dimasukkan juga sedikit keterangan tentang Easytone.
Easytone is an innovative technology introducing by Reebok which allows the female consumer to literally “take the gym” with her. Easytone uses balance pods in the shoes to create natural instability, much like walking on the beach, which encourage toning through increased muscle activation in 3 key areas – the calves, hamstrings and gluteus maximus.
Sayang, harganya mahal: Rp 1.199.000.
“Boleh juga nih kalau honor tulisannya diganti dengan sepatu saja,” aku mengirim email ke teman yang memberi order tulisan.
“Bener nih? Ntar ya ditanyain dulu,” katanya.
Setelah beberapa hari, ada kabar sbb:
“Maaf, mbak, nggak bisa. Tapi kalau mau beli, dapat diskon 30%.”
Ia lalu memberiku nama dan nomor HP seseorang di sebuah mal di bilangan Senayan.
Pada hari sebelumnya aku pernah sekilas melihat iklan Easytone di Kompas. Kalau tidak salah baca, ada diskon 50% bagi pemegang kartu kredit Mandiri. Tapi aku hanya punya kartu kredit Citibank.
Hari demi hari berlalu… Masih penasaran. Seperti apa sih sepatu itu?
Hari Rabu, 18 November 2009, aku ke Pondok Indah Mall untuk menyaksikan sepatu itu bersama Livia, yang dulu tinggal di Surabaya dan merupakan sahabat penaku di masa SMA.
Produk Easytone ada di Planet Sports. Sebetulnya aku ingin warna hitam, tapi di sana hanya ada 2 jenis, yang pertama warnanya putih dengan kombinasi pink, yang kedua berwarna coklat.
Aku coba yang coklat. Enak. Nyaman sekali dipakai. Rasanya mentul-mentul… (apa tuh bahasa Indonesianya?.. pokoknya empuk, deh)
Dan yang penting, kayaknya rasa sakit itu berkurang. Apa betul begitu, atau hanya sugesti?
“Coba lihat, jalanku lebih bagus ya kalo pake ini? Nggak gitu kelihatan terpincang-pincang?”
Temanku mengangguk.
Soal model, menurutku biasa aja.
“Kok nggak kelihatan seperti sepatu mahal ya?”
Lagi-lagi temanku mengiyakan.
Ada diskon entah 10% atau 15%, aku lupa, untuk sepatu putih tapi itu nggak penting karena aku nggak minat dengan yang itu. Sedangkan yang coklat diskon 30% plus ekstra 10% kalau ada kartu kredit bank yg tadi aku sebutkan di atas.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya aku beli juga. Apalagi hari Jumatnya aku rencananya akan ke dokter di Singapura. Jadi cocok sekali dong kalau memakai sepatu ini.
Bener lho, sepatunya enak sekali.
Di Singapura, kita banyak jalan. Di rumah sakit sih nggak, tapi di airport dan di subway, aku dan Retno, teman yang menemaniku “berlibur” ke sana, mesti jalan ke sana ke mari. Apalagi pada malam harinya.
Lewa, teman lama kita yang kini tinggal di Singapura, berbaik hati memberi tumpangan tidur malam itu. Sebelumnya, ia dengan antusias mengajak kita makan ice cream dan camilan di Café Jepang yang trendy, menyaksikan peluncuran buku mengenai peranakan beadwork di museum peranakan, dan makan malam dengan menu ayam panggang enak plus tahu empuk dan sayur bayam yang hangat.
Di Jakarta, kita terbiasa naik taksi ke mana2 karena kondisi ibukota tidak memungkinkan untuk berjalan kaki dengan nyaman—panas, polusi, kurang aman dan trotoar untuk pejalan kaki seringkali disikat pengendara motor dan pedagang kaki-5. Tapi Singapura beda. Pejalan kaki mendapat tempat terhormat.
“Deket kok museumnya. Cuma di situ,” kata Lewa.
Biarpun “dekat”, lumayan juga jaraknya. Pokoknya, kalau dihitung-hitung, malam itu mungkin ada lebih dari sejam kita berjalan kaki.
Jujur ya. Tanpa sepatu ini, mungkin aku nggak bisa mencapai garis finish ….
(Moga-moga orang Reebok baca tulisan ini trus duit gw di-reimbursed krn dah bantu promosiin, plus dikasih vocer buat beli baju2 olahraganya… hehehehe)
Eh, tapi ada lho yang aku kurang suka. Aku kan pake sepatu ini juga buat kerja—kebetulan di kantor banyak yang penampilannya kasual. Nah kalo dipake jalan, sepatunya bunyi.. dug.. dug…karena lantainya ga pake karpet. Aku ga suka sepatu yang bersuara, tapi ya sudahlah. Biar semua orang tau kalo sepatuku baru. Hehehehe…

2 comments:

amd said...

Bagus euy sepatunya, Mbak. Sayang yah gak bisa dapet diskon istimewa itu. kalo dibandingin scholl, gimana mbak, emang jauh enakan yg baru ini yah?

sima said...

hi Rita...
iya sepatunya ini jauh lebih enak... soalnya Scholl-nya itu sekarang kesempitan. kalo misalnya ga sempit, pasti enak juga...
Yang ini kelebihannya ya itu Rit, mentul-mentul... :)
yang.. apapun aku lakukan demi kakiku agar ga sakit...