Thursday, November 12, 2009

Ooooobat

Mau kaya? Juallah obat.
Sebetulnya aku juga ga tau sih berapa untungnya orang jualan obat. Tapi kalo menilik banyaknya apotik yang beterbaran di sekeliling rumahku, ya aku mengambil kesimpulan sendiri bahwa itu adalah bisnis yang menguntungkan.
Dalam jarak beberapa puluh meter saja terdapat 3 apotik, dua di antaranya saling berseberangan. Yang satunya lagi hanya beda beberapa rumah di belakang.
Kalau mau berjalan sedikit lebih jauh menyusuri jalan utama di kompleks perumahan ini, maka di kiri dan kanan jalan yang panjangnya beberapa kilometer itu kita juga akan melihat sejumlah apotik.
Kayaknya hanya usaha restoran dan laundry saja yang mengungguli keberadaan apotik ini.
Kalau malas ke luar rumah, obat juga dapat dipesan melalui telepon dan dikirim sampai tujuan. Apotik yang buka 24 jam juga ada.
Harga obat tidak selalu sama. Dan anehnya, banyak juga yang lebih tinggi dari HET (Harga Eceran Tertinggi) yang ditentukan pemerintah. Tapi apotik bukan pasar yang barang dagangannya bisa ditawar-tawar dan biasanya konsumen, biarpun terkadang sambil ngomel, tetap membayar sesuai dengan jumlah yang ditentukan. . .
Meskipun di sekitar rumah banyak apotik betebaran, tetapi tak satupun yang menjual obat kanker. Memang obat ini konsumennya terbatas sehingga hanya apotik tertentu yang menjualnya.
Kalau ingin membeli obat kanker dengan harga miring, sebaiknya ke Yayasan Kanker Indonesia di Jl. Sam Ratulangi, Menteng, Jakarta Pusat. Sebelumnya, telepon dahulu (021- 3192 7464) untuk mengecek ketersediaannya.
Seperti yang sudah pernah aku ceritakan sebelumnya, setiap bulan aku manjalani suntikan Zoladex. Aku pernah diiming-imingi oleh si “Amin”, seorang salesman dari produsen obat tsb yang pertama kali menyapaku ketika aku membeli obat di YKI. Ia menjanjikan bahwa setelah membeli 3 dus yang masing-masing berisi 1 botol cairan 3.8 ml, maka aku akan mendapatkan gratis 1 dus. Ternyata janji itu palsu.
“Oh, dia itu bermasalah, mbak. Sudah dipecat dari kantornya,” kata seorang mbak di YKI ketika aku mengadukan soal si Amin itu.
Awal bulan ini aku menghubungi produsen obat tsb. dan mendapatkan referensi nama salesman lain, eh, salesgirl, eh medical representative (ini istilah kerennya). Singkat cerita, si mbak itu lalu menghubungi aku. Harga obat yang ditawarkan adalah Rp 1.385.000, sedangkan harga YKI adalah Rp 1.246.700. Masih aja mahal yach… Sigh.
Waktu aku menanyakan apakah ada program bonus, ia mengiyakan.
“Beli dua gratis satu,” katanya.
Hah?
Aku hampir tak percaya. Bener ga nih. Kok rasanya “too good to be true”.
Setelah berkonsultasi dengan bu dokter, akhirnya aku sepakat untuk membeli 2 dus sekaligus agar mendapakan 1 bonus gratis.
Aku bertanya apakah obat akan diantar ke kantor atau ke rumah, dan si mbak memilih mengantar ke rumah.
Pada pagi hari yang ditentukan… “ting tong…” bel berbunyi. Kirain si mbak yang datang. Ternyata mas-mas yang naik motor dengan banyak bawaan. Ia menyerahkan obat dan bon. Aku lihat bonnya dikeluarkan oleh apotik yang letaknya tidak jauh dari rumahku, tapi di luar kompleks.
Sampai sekarang, aku masih belum paham, bagaimana sih liku-liku penjualan obat itu. Bagaimana bisa beli 2 gratis 1? Dengan perhitungan 1 bonus gratis, maka harga obat itu menjadi jauh lebih rendah. Nah, berapa sebetulnya untung dari penjualan obat? Entahlah (sirik mode: ON)

6 comments:

Pucca said...

iya, gua juga setuju, oabt itu mahaaaalll!
bahkan gua sempet bercita2 mo buka apotek K24, kan franchise tu hehe..

Once in a Lifetime said...

Buka apotek modal harus besaaaar, kalau cuma setengah2 pelanggan lari karena obat gak lengkap.

Terus sekarang emang lagi program 2 gratis 1, 3 gratis 1 atau kartu diskon spt yang dikeluarkan oleh Pfizer. Lumayan biasanya diskon 30%, tapi tetap harus pake resep dokter. Biarpun itu hanyalah taktik dagang agar dapat menyaingi merek lain dengan isi sama tapi bener2 menguntungkan buat pasien:)

Mudah2an programnnya ada terus ya, mbak.

sima said...

Vi, gw dukung cita2nya. ntar kl gw beli, ksh diskon ya.. hehhehe...
kalo enggak, tokonya online aja, jadi hemat sewa tempat.. :)

Li, seneng ya kalo banyak program diskon. pasien tentu terbantu.. :)tapi lebih senang lagi kalo ga usah beli obat.... hehehehe...

Between Lines said...

di mana-mana farmasi itu memang banyak duitnya! perusahaan farmasi Amerika misalnya saking kayanya bisa juga punya hak suara besar dan memengaruhi banyak kebijakan. Ini aku yang ga pernah bisa ngerti, setahuku obat dan kedokteran seharusnya berdasarkan pada amal dan keiinginan menolong, tapi sekarang kayanya dasarnya duit ya?

sima said...

@ln - memang banyak hal yang tidak berjalan sebagaimana mestinya. semuanya duit.. duit.. duit... mestinya pemerintah turut ngatur, tapi eh, kok malah terpengaruh ya....

obat kanker said...

sekarang kan banyak dokter spesialis yang menyarankan obat beli di apotek..jadi bisnis apotek masih menjanjikan