Sunday, April 12, 2009

Find the Joy of Your Life

Mengapa orang meninggal matanya mesti tertutup? Mungkin supaya tampak seperti sedang tidur lelap, tenang dan damai. Kalau matanya terbuka, apalagi melotot, serem juga ya?
Biasanya orang meninggal dengan tenang kalau tak ada ganjalan dalam hidup. Tak ada “unfinished business”.
Edward dan Carter yang sama-sama terkena kanker mempunyai daftar hal-hal yang ingin mereka lakukan untuk mengisi sisa hidup mereka yang singkat.
Daftar itu disebut sebagai The Bucket List, things to do before you kick the bucket. Itu juga judul film berbintang Jack Nicolson dan Morgan Freeman yang aku tonton semalam di TV, meskipun telat hampir sejam.
Edward (diperankan oleh Jack) adalah duda kaya raya pecinta kopi luwak yang tak akur dengan anak perempuan satu-satunya sedangkan Carter (Morgan) merupakan montir sederhana yang membina rumah tangga bahagia. Keduanya bertemu di RS dan menjadi teman baik karena senasib.
Ketika tahu bahwa umur mereka tinggal sebentar, keduanya tidak menangis meraung-raung, tapi berpikir bagaimana mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Lalu dibuatlah daftar apa yang ingin mereka lakukan. Tak hanya kesenangan pribadi seperti terjun bebas, ngebut dengan mobil balap, melihat Taj Mahal, Tembok Besar Cina dan Piramid, naik ke puncak gunung Himalaya, bersafari ke Tanzania dan tertawa hingga keluar air mata, tetapi juga hal yang membuat mereka merasa berguna, yaitu menolong orang asing.
Bagaimana mereka dapat tertawa sampai menangis? Sederhana saja. Saat terbaring di rumah sakit, Carter menyerahkan guntingan berita tentang asal mula kopi luwak kepada Edward. “Kopi itu sudah dikencingi dan diberakin musang,” Carter meledek teman barunya.
Dan mereka pun tertawa terpingkal-pingkal hingga keluar air mata.
Find the joy of your life,” adalah nasehat Carter yang selalu terngiang-ngiang di telinga Edward.
Dalam sisa hidupnya, Edward akhirnya sadar bahwa memang bukan uang yang membuat orang bahagia.
Ini bukanlah film yang mengeksploitasi air mata dan juga bukan film tentang orang yang berusaha mengingkari kenyataan bahwa mereka terkena kanker.
Film ini mengajak kita untuk berhenti bermuram durja dan tidak larut dalam kegeraman dan kepedihan,.melainkan berpikir positif serta mengisinya dengan hal-hal yang menyenangkan dan berguna seperti naik-naik ke puncak gunung, naik delman keliling kota, rafting di Citarik, snorkeling di Bunaken, naik gondola di Venesia, main ski di Black Forest, atau... nonton Extravaganza dan Ketawa Sutra di TV, ikut Indonesian Idol, ikut kuiz Missing Lyrics atau AreYou Smarter than a 5th Grader (aku dulu pernah ikut kuiz Siapa Berani di Indosiar, dapat ricecooker...), menjadi relawan di PMI, membuat celemek buat nenek, bikin kue bolu dan membagikan ke teman-teman (trims Ely) atau memberi makan kucing jalanan yang kelaparan....

6 comments:

Pucca said...

aku sudah nonton film ini sim, udah rada lama juga.. bagus filmnya ya :D

Rini said...

Halooo mbak Sima ...
apa kabar? kelihatannya sehat2 & tetap aktif ya ...
Tentu sudah banyak hal yg Sima lakukan selama ini ... diantaranya; "menulis dengan sangat indah, menarik & enak dibaca" yg tentu saja memberikan manfaat kepada beribu-ribu pengunjung blog-nya mbak Sima ...(termasuk diriku..). Makasih ya ...

Anonymous said...

Halo mbak Sima, kok ada aja ya kejadian keseharian yang bisa mbak Sima rekam dan tuangkan dalam tulisan menarik. Aku jadi senang berkunjung kesini menimba hal2 yang kadang gak nyantel dibenakku. Sehat selalu ya mbak. Salam

sima said...

Hi Pucca, iya, memang film dah lama, tp baru nonton kemarin...

Hi Rini... apa kabar? semoga baik ya mbak.... setiap kali ketemu mbak Rini aku selalu ingat lumpia yg enak itu lho... :) trims ya. salam buat arjuna di rumah.

Hi mas Tri.. trims ya. Salam sehat selalu.

Anas said...

Eh... kemarin baru aja aku lihat VCD-nya dan hampir beli. Aku gak nonton TV, Mbak, jadi gak tau. Tapi tulisan dan semangat Mbak Sima OK bgt! :)))

sima said...

hi Anas...
gimana kabarmu?
trims ya. semoga kita semua tetap bersemangat ... !