Wednesday, March 4, 2009

CT Scan and Beyond (judulnya maksa nih)

Hari Selasa kemarin, kembali aku menjalani CT Scan. Pemeriksaan ini rutin dilakukan setiap enam bulan sesuai dengan anjuran bu dokter. Maksudnya untuk melihat apakah ada penyebaran kanker di bagian tubuh selain tulang.
Sejak dioperasi pada bulan Desember 2004 dan dikemo selama 6x mulai dari bulan Januari sampai Juni 2005, sebetulnya boleh dibilang aku sudah sembuh. Kata siapa “boleh dibilang?” Itu adalah kataku sendiri. Aku mengambil kesimpulan itu soalnya sudah tidak ada lagi sel kanker dalam tubuhku.
Salah besar! Sel kanker sebetulnya masih ada, tetapi tak terdeteksi melalui pemeriksaan darah atau foto. Itu adalah kondisi yang disebut dengan NED alias No Existing Disease. Banyak pasien yang terbuai dengan keadaan seperti itu. Mereka mengira sudah sembuh sehingga seringkali terlena. Lengah, tidak menjaga kesehatan dengan baik.
Kalau dalam waktu 5 tahun, eh salah, 10 tahun, kanker tidak muncul, maka pasien baru dapat dikatakan “sembuh”, begitu yang pernah kudengar. Tapi ini juga bukan alasan untuk boleh mengabaikan prinsip hidup sehat, lho.
Dalam kasusku, setelah tak tampak batang hidungnya selama hampir 2 tahun (emang ada hidungnya yach?), kanker kembali itu menunjukkan aktivitasnya dengan menyerang tulang. Ini baru ketahuan pada bulan April 2007.
Dulu aku dikategorikan kanker payudara stadium 2B. Karena ada penyebaran ke organ tubuh lain (disebut metastatic breast cancer) secara medis, aku naik kelas... masuk dalam kategori stadium 4.
Sekilas, meskipun tak jelas, aku ingat bahwa pada jaman dahulu kala, setelah aku menjalani mastektomi dan kemoterapi di MMC, dokter pernah menyinggung bahwa ada pasien penderita kanker payudara yang sudah “bersih” tapi kemudian sel kanker ternyata menyebar ke tulang. Saat itu aku tak terlalu memperhatikan. Aku juga semakin malas kontrol karena pak dokter menunjukkan perubahan dalam sikapnya. Rasanya ia kurang perhatian dan kasar. Belakangan aku sadar, ia berubah karena ia sendiri sedang sakit. Ia meninggal, entah kapan, mungkin akhir 2005 atau awal 2006.
Hubungan pasien dan dokter sangatlah penting. Kalau kita kurang nyaman dengan dokter, maka itu akan mempengaruhi kondisi kita. Kita bisa saja menjadi malas untuk menemuinya dan mengikuti nasehatnya.
Kembali ke soal penyakit. Setelah ketahuan kalau kanker menyerang tulang, aku juga harus menjalani berbagai pemeriksaan agar kalau sampai ada penyebaran baru, hal itu bisa segera terdeteksi.
Menurut dokter, ada kecenderungan bahwa setelah kanker menyebar ke suatu bagian tubuh, ia akan menyebar ke bagian tubuh yang lain. Hih.. serem....
Karena itulah perlu dilakukan pemeriksaan rutin, bukan hanya bone scan, tapi juga CT scan. Bone scan khusus melihat tulang, sedangkan organ tubuh yang lain dilihat melalui CT scan.
Kemarin aku menjalani CT scan untuk ke-5 kalinya. Yang pertama di Radlink yang berlokasi di Paragon, Orchard City, Singapore. Ke-2 di Dharmais, ke-3, ke-4 dan ke-5 di RS Pluit, Jakarta Utara.
Ke-1: proses biasa saja, ga sakit. Ke-2: proses juga biasa, jauh lebih murah, tapi alat kurang canggih. Alat di RS Pluit cukup canggih. Di Radllink dan Dharmais prosesnya sekitar 2 jam (persisnya aku lupa), tapi di Pluit tak sampai selama itu. Hanya saja, prosesnya tidak menyenangkan. Obat dimasukkan selain melalui mulut (alias diminum, sekitar 2 gelas) dan urat nadi di tangan, juga melalui dubur.
Dalam proses CT scan yang terakhir ini, aku merasa tersiksa. Padahal, logikanya, seharusnya karena sudah “pengalaman”, mestinya aku merasa tak terlalu sakit. Kemarin suasana ramai sekali, banyak pasien. Proses jadi lebih lama dan entah kenapa, aku merasa lebih sakit ketika disuntik untuk diambil darahnya dan ketika obat dimasukkan baik melalui urat nadi maupun dubur.
Selain itu, badan juga lemas karena harus puasa. Suster menyuruh puasa 4-6 jam. Pagi2 makan roti dan minum susu. Jam 7:30 makan pisang dan jus wortel + tomat + apel. Janjian CT scan jam 12 siang. Aku sampai di sana jam 12.15. Cari parkir dan proses admin sekitar 15 menit. Keluar dari ruang CT scan jam 15.00 lewat.
Begitu selesai, langsung ke WC karena obatnya memang bikin pingin buang air (besar dan kecil). Trus ke kantor.
Di mobil sempat makan roti hangat yang terpanggang sinar matahari di tempat parkir. Lumayan. Yang bikin kesel, macet banget mulai dari menjelang flyover Grogol sampai lewat perempatan Tomang. Tapi untung...... biar macet begitu, ga sampai 1 jam sudah tiba di kantor.
Langsung cari makan. Tadinya mau ke warung sebelah, tapi kata resepsionis, kalau sore sudah tutup. Maka aku pun menuju kantin seberang.
Belum sampai ke seberang.... gedubraaaakkkkk.... Aku jatuh tersenggol motor. Ajaib, aku bisa langsung berdiri. Motornya juga jatuh. Untung.. pengemudi dan kendaraannya utuh. Dan kita pun saling bermaaf-maafan seperti saat Lebaran.
Sebetulnya aku salah, tidak hati-hati menyeberang. Tapi tentu dia tak berani menyalahkan aku dong soalnya.... satpam kantor yang badannya gede langsung keluar dan menegur dia karena ngebut.
Akhirnya tak jadi beli makanan. Balik badan grak, buru-buru kembali masuk ke kantor sebelum jadi tontonan masyarakat (emangnya sinetron!).
Untung... di kantor ada teman yang hari itu jualan nasi, titipan istrinya. Memang dia sering jualan nasi, tapi tidak setiap hari. Sore itu aku makan nasi, tumis sayur dan telur balado. Enak....Mau?

9 comments:

Pucca said...

ya ampun, bisa2nya jatoh ketabrak motor.. emang gak sakit?

MK. Teknik Komunikasi said...

Hai Sima ...
rasa sakitnya seperti apa sih? nyeri banget ya...? beberapa kali sy merasakan nyeri di sendi bahu; tapi ga tau sebabnya ...
kadang saya ngiri lho ... Sima bisa mendapatkan fasilitas pemeriksaan yg lengkap seperti itu...; sedang saya ...? hanya bisa berdo'a.

Anonymous said...

hi Pucca, waktu jatuh ya sakit sedikit. lebam kebiru2an dan sekarang jadi keungu2an ... tp gpp kok... :)
hi MK, sakit yg mana nih... kalo sakit disuntik ya rasanya seperti ditusuk gitu, kalo sakit di tulang pernah agak ngilu, tp masih bisa beraktivitas. doa itu sungguh perlu dan sangat membantu. semua tak ada artinya tanpa doa karena campur tangan Tuhan sangat menentukan.

Anonymous said...

Mbak Sima, hati2 tuh nyeberang di depan sekitar kantor kita. Banyak pengendara motor yg ugal2an, belum lg yg suka ngelanggar arah, kita nengok cuma ke satu arah, eh, ada yg nyelonong dr arah satunya. Bbrp temenku sdh jd korban, dr lecet2 smp keseleo.

Anonymous said...

iya Anas, cukup 1x aja deh jatohnya. lain kali mesti ekstra ati2.

Anonymous said...

Sima...hal-hal serem gitu, santai banget deh nulisnya...
Moga cepet sehat lagi ya... :)

Anonymous said...

Dear Sima...
Meskipun saya bukan penderita kanker tapi sangat tersentuh dengan ceita Sima.
Tante saya satu2nya sedang menderita kanker stadium IIIB.
Sebenarnya sudah sempat janjian dengan DR untuk di kemo tapi sayang Dokternya bertingkah laku aneh..membuta kami keluarga bingung.boleh ga ya Sima aku kontak via email ini emailku yoan_rudolph@yahoo.com.

Terimakasih atas perhatiannya

Salam
Yoan

Anonymous said...

sorry put the wrong name...ha..ha... kecapean ni... it's 00.30 mid night.... Swiss time...

Anonymous said...

SANGAT LUAR BIASA ! KEAJAIBAN ! MENAKJUBKAN ! TIDAK MENGGUNAKAN JARUM & TANPA DI OPERASI

Ramai yang sudah datang berobat dan sembuh. Yang tak boleh jalan sudah berlari. Yang tak boleh bangun sudah bisa jalan. Bagi anda yang belum, segeralah berobat. Selagi ada kesempatan! Jangan tunggu lama-lama.

Anda mengidapi penyakit tersebut?
Kidney/ Dialysis/ Diabetic, Cancer 1st/2nd/3rd stage, Multiple Stroke,
HIV/ Aids, Parkinson Syndrome, Leukemia/Lupus, Bone Marrow, Thyroid/Fibroid, Heart Disease, Gout, High or Low Blood, Etc.

THE MIRACLE HEALER boleh mengeluarkan penyakit secara keseluruhan. Percayalah!
* Satu cara pengobatan yang dapat membantu anda menikmati kehidupan seperti sebelumnya. Pasti!
* Pembiayaan rendah dan pengobatan yang efektif sekaligus penyembuhan dalam jangka waktu yang pendek. Percaya atau tidak!

Address : No. 29 Mackenzie Rd, Mackenzie Regency, Singapore
Email : themiraclehealer@yahoo.com.sg
Tel : 65-90826299