Ia merupakan satu dari 10 menteri bermasalah yang disebut-sebut akan terkena perombakan kabinet bulan Oktober 2011.
Menurut Lingkaran Survei
Menteri lainnya adalah Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar yang menuai kontroversi gara2 memberi remisi untuk koruptor.
Tapi yang lebih parah adalah skandal suap wisma atlet yang menyeret Menteri Pemuda Olahraga, Andi Mallarangeng, dan suap Kemenakertrans yang melibatkan Muhaimin Iskandar. Selain itu dugaan krisis moral melekat pada Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa, Menteri Perhubungan Freddy Numberi,dan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin
Zahedy Saleh.
Sedangkan yang dianggap memiliki kinerja terburuk adalah Menteri Pertanian Suswono yang gagal mengendalikan harga beras dan Menteri Agama Suryadharma Ali yang tak becus mengatasi soal aksi kekerasan atas nama agama.
Seberapa buruk sih kesehatan Bu Menkes sehingga kinerjanya merosot? Entahlah, yang jelas ia masih tampak sehat dan sibuk beraktivitas.
Ia terdeteksi terkena kanker paru2 melalui pemeriksaan pada bulan Oktober 2010, setahun setelah dilantik menjadi menkes. Berita itu sendiri tersebar ke masyarakat luas di awal 2011 dan konon kabarnya kankernya sudah mencapai tingkat lanjut.
“Sekarang ini orang memandang kanker seperti vonis (mati). Padahal, kanker itu sama seperti penyakit lainnya. Jadi, tergantung kita bagaimana menyikapi penyakit ini,” kata Endang dalam jumpa pers yang digelar terkait dengan merebaknya kabar buruk itu.
Meskipun demikian, doktor lulusan Harvard School of Public Health yang berobat hingga ke Guangzhou, China, ini masih bersyukur.
“Semua saya syukuri. Tentu saja bukan hanya mensyukuri saat nikmat saja, lalu selesai. Ketika dikasih penyakit, saya juga terima,” kataya.
Dalam kesempatan itu ia juga mengatakan bahwa kegiatannya tak terganggu.
Emang orang yang terkena kanker bisa tetap aktif bekerja?
Ya, tergantung…. Tergantung pada gantungannya. Seberapa parah penyakitnya dan seberapa besar semangat pasien serta dukungan keluarga dan lingkungannya.
Kalau penyakitnya sudah sembuh, tentu tak ada masalah.
Biarpun katanya belum ada obat kanker yang betul2 ampuh, nyatanya ada lho yang bisa sembuh. Contoh klasik adalah Rima Melati, mantan artis penderita kanker payudara yang sekarang menjadi pengusaha bristo bersama suaminya Frans Tumbuan. Contoh lain adalah ibuku yang sukses mengalahkan kanker rahim. Ia sekarang umurnya 83 tahun dan masih kelihatan sehat.
Sayangnya tidak semua pasien berhasil mengusir si kanker busuk. Nenek dari pihak ayah meninggal karena kanker payudara yang kemudian menyebar ke tulang. Adik perempuan ayah meninggal karena kanker usus. Adik lelaki ayah yang sekarang berusia 70-an tahun terkena kanker otak yang mulai menyerangnya sekitar 20 th yll. Secara fisik, ia tampak sehat tetapi sejak lama sudah pikun dan penglihatannya agak terganggu.
Bagaimana denganku sendiri? Jreng jreng jreng …. (mestinya pake musik nih, biar keren seperti sinetron).
Aku terdeteksi menderita kanker payudara beberapa hari setelah lebaran di akhir bulan
November 2004. Setelah menjalani mastektomi alias pengangkatan payudara kanan dan kemoterapi, pemeriksaan menunjukkan bahwa aku sudah “bersih” alias tak tampak adanya sel2 kanker di payudara.
Tapi bukan berarti aku betul2 sembuh. Pada bulan April 2007, diketahui bahwa kanker muncul kembali dan kali ini menyerang tulang. Genderang perang pun kembali ditabuh dan perlawanan sengit berlangsung untuk mengalahkan si kanker busuk.
Meskipun kanker masih banyak bercokol di tulangku, termasuk tulang iga, tulang punggung, tulang punggung, tulang pundak, tulang panggul dll, aku masih dapat beraktivitas seperti biasa. Masih bisa ngantor dan mengerjakan tugas dengan baik, Hanya saja kegiatan fisik memang agak terganggu karena dokter wanti-wanti agar aku tak mengangkat barang yang berat2 dan lari marathon….
Perubahan drastis terjadi pada pertengahan bulan April 2011. Kakiku tiba2 saja tak dapat digerakkan. Hari Kamis pagi masih terasa normal, Sabtu masih bisa berjalan terseok-seok, Minggu sudah lumpuh total!!! Operasi yang dilakukan di RS Dharmais pada hari Selasa tak dapat memulihkan kondisiku. Hiks hiks hiks..
Sebetulnya sebulan sebelumnya sudah ada tanda2 buruk. Dadaku pernah terasa sakit sekali ketika aku berjalan, tetapi sakit itu kemudian hilang. Punggungku juga sakit jika duduk lama tanpa sandaran atau sandaran kursinya keras. Hal itu dapat diatasi dengan bersandar pada sandaran kursi yang empuk.
Tanda-tanda lain adalah rasa sakit di dada ketika aku mengambil nafas pada saat berenang. Aku
sempat rajin berenang lho… seminggu 2-3x.
Duduk di sandaran kursi empuk dan berhenti berenang merupakan solusi instan yang semu. Seandainya waktu itu aku langsung ke dokter, mungkin kondisiku sekarang bisa lebih baik. Tapi ah, tak ada gunanya menyesalinya. Nasi sudah menjadi bubur. Mendingan sekarang buburnya dibumbui, dikasih garam, kecap, ayam, tungcai, bawang goreng,…hmmmmm lezaatttt…
Lho, kok malah jadi ngomongin bubur ayam.. bikin laper aja nih…Ya sudah, ayo kembali ke laptop… eh ke cerita uamanya.
Kendati lumpuh, badan bagian atas, dari dada sampai kepala, masih oke. Jadi sebetulnya aku masih bisa bekerja di rumah.
Ngomong2 soal kerjaan. Dulu…. begitu lulus dari Jurusan Sastra Inggris UGM, aku langsung meniti karir di kantor tempatku bekerja saat ini. Tahun 2003, setelah bekerja selama hampir 19 tahun di tempat yang sama, aku mulai jenuh. Maka aku mengundurkan diri sebagai karyawan tetap dan memilih menjadi freelancer saja. Enak
Eh, setahun kemudian aku kena kanker… Yaaah… tau begitu, aku nggak jadi keluar supaya ada yang menanggung biayanya… Tapi nggak apalah, Tuhan itu baik. Rejeki ada aja. Selain menulis, aku juga mulai masuk ke dunia penerjemahan yang ternyata asyik juga. Pernah juga aku menerjemahkan tiga novel roman Harlequin, tapi capek sekali menerjemahkan buku. Rasanya kok nggak kelar2 dan honornya ga seberapa.
Eh lagi, tahun 2006 aku ditawari untuk kembali bekerja di kantor lama. Ketika itu aku sudah berpikir bahwa aku perlu penghasilan tetap untuk membeli obat. Jadi dengan senang hati aku terima tawaran itu. Tentu saja statusnya beda. Sekarang aku hanyalah karyawan kontrakan tanpa hak untuk menerima penggantian biaya kesehatan. Memang begitulah aturan mainnya untuk mereka yang bukan karyawan tetap.
Pekerjaan utamaku menuntut aku untuk datang ke kantor setiap hari. Sejak lumpuh, aku tak bisa ngantor. Tapi pihak manajeman baik lho, aku masih digaji. (Tengkiyuuu, bos).
Kontrakku akan segera berakhir. Kapan itu bos sempat mampir menjenguk dan mengatakan bahwa kontrak akan diperpanjang dengan new working arrangement sesuai dengan kapasitasku. Hal itu ada akan dibahas kemudian tapi sampai sekarang belum ada kejelasan mengenai tugas yang bakal.
Sambil menunggu pekerjaan dari kantor, aku membantu teman menerjemahkan artikel atau laporan. Bekerja itu terapi. Dengan bekerja, otak terasah dan kegiatan yang positif dan produktif itu bisa membuatku melupakan rasa pegal.
Bu Menkes pernah mengatakan bahwa ia pasrah kalau terkena perombakan dalam kabinet karena itu merupakan hak presiden. Sama bu, aku juga pasrah kalau misalnya manajemen kantor nggak memperpanjang kontrakku…
Apa pun yang terjadi, kita hadapi saja dengan positif. Jika satu pintu tertutup, masih ada pintu lain yang terbuka. Kalau semuanya tertutup, masih bisa lewat jendela. Kalau jendelanya tertutup? Lewat genteng aja… hahahhaa… atau lewat cerobong asap seperti Santa Klaus.