Monday, January 3, 2011

Maju terus pantang mundur

Time flies, begitu katanya. Time = waktu, fly / flies = terbang, tapi bisa juga berarti lalat. Terjemahan bebasnya: waktu terbang cepat bagaikan lalat. Pokoknya gitu deh, yg penting maksudnya dapat dipahami … :)

Tak terasa sekarang sudah tahun 2011. Berarti perang melawan kanker sudah berlangsung lebih dari lima tahun. Berbagai cara sudah dilakukan untuk menghabisi si kanker busuk. Usaha keras yang menguras biaya dan tenaga, darah dan air mata, terus dilakukan. Bahkan panglima dari negara tetangga juga ikut turun tangan membuat strategi untuk mengusirnya.

Musuh yang satu ini bandel banget. Ada saja akal bulusnya untuk terus bercokol di teritori yang bukan merupakan haknya. Ia licik dan licin. Gerakannya seringkali tak terduga. Ia pandai sekali mencuri kesempatan saat kita lengah untuk diam-diam menyerang dan menggerogoti.

Pada bulan November 2004 sel-sel kanker diketahui tertangkap basah masuk ke tubuhku tanpa permisi. Entah sudah berapa lama ia bercokol di sana. Yang jelas, ia sudah menyerang payudara kanan dan membentuk benjolan. Ukuran persisnya aku tak ingat, tapi pasti lebih besar dari 2,25 cm karena kondisi tsb dikategorikan sebagai stadium II B. Jika ukuran kurang dari itu, maka termasuk stadium awal atau stadium I.

Sebetulnya stadium II masih lumayan. Kalau besarnya lebih dari 5 cm, itu sudah memasuki stadium III sedangkan istilah stadium IV diberikan jika kanker sudah menyerang organ tubuh yang lain seperti hati, paru2, tulang dll.

Setelah keberadaan kanker diketahui, genderang perang segera ditabuh. Tanpa menunggu lama, pisau pun disiapkan, diasah tajam dan ...... CIAAATTT...... langsung dimainkan untuk menghabisi musuh melalui mastektomi.

Tapi itu tak cukup.

Untuk memastikan bahwa antek-antek kanker benar-benar tak berkutik, dilakukan kemoterapi. Musuh diserang dengan racun hebat yang mematikan. Berbeda dengan mastektomi yang berlangsung sngkat, kemoterapi bisa berbulan-bulan lamanya. Diperlukan daya tahan tubuh yang kuat dan pengorbanan besar karena racun yang ditujukan untuk membunuh sel-sel kanker juga mengenai sel-sel yang sehat.

Kemoterapi dilakukan selama 6x dalam waktu sekitar 6 bulan. Perjuangan yang melelahkan itu tak sia-sia. Hasil pemeriksaan medis menunjukkan bahwa aku sudah “bersih”. Kanker berhasil diusir dan terompet kemenangan pun ditiup dengan penuh semangat.... Treteteteteeet..tettt.. Nggak kalah dengan bunyi terompet di malam tahun baru...

Hari demi hari berlalu. Minggu berganti bulan. Bulan berganti tahun. Semuanya aman dan terkendali. Aku pun terlena dalam suasana tenang dan damai... Sebetulnya ini adalah kondisi yang berbahaya karena bahaya kanker itu masih mengintai, hanya saja tak tampak. Kondisi ini disebut NED atau No Evidence of Disease. Kanker itu masih ada, tapi tak terdeteksi dan sewaktu-waktu bisa muncul.

Pada bulan April 2007, ketika dada terasa sakit, dokter menyuruhku melakukan bonescan dan ternyata diketahui bahwa kanker menyerang beberapa bagian tulang..

Tetreteretetetetettttt... Terompet berbunyi lagi, kali ini merupakan tanda bahaya. Perang kedua segera dimulai.

Strategi pertama adalah memperkuat pertahanan agar gawang tidak kebobolan. Usaha diawali dengan minum obat yang tepat, dilanjutkan dengan infus untuk menguatkan tulang dan suntikan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel kanker.

Obat diminum setiap hari sedangkan infus dan suntikan dilakukan setiap bulan.

“Cepat atau lambat, nanti perlu kemo,” kata komandan.

Akhirnya, saat itu pun tiba. Strategi bertahan diubah menjadi strategi menyerang. Pada akhir bulan Maret 2010 kemoterapi dimulai. Kali ini jumlahnya tak tanggung-tanggung, 18x, dan dilakukan sekitar seminggu sekali untuk menggempur si kanker kampret semprul itu. Setelah 6 bulan barulah kemoterapi selesai.

Keringat bercampur darah sudah banyak mengucur dalam perjuangan ini. Entah sudah berapa kali –mungkin lebih dari 100x--aku ditusuk-tusuk jarum, dalam pengambilan darah untuk tes lab, untuk memasukkan obat dalam pemeriksaan CT-scan dan bonescan, untuk infus dan untuk kemoterapi.

Apakah perang sudah selesai? Beluuuummm. Berhubung kanker sudah menyerang tulang, maka aku naik kelas, kondisiku dikategorikan menjadi stadium IV dan penanganannya juga lebih susah.

Meskipun sudah dikemo, tetapi bukan berarti sel-sel kanker sudah hancur. Memang penyebaran mereka dapat dikontrol dan keganasannya berkurang, tetapi mereka benar-benar tak tahu diri. Sudah diusir tapi masih nekad bercokol di beberapa bagian tulang.

Agar mereka kapok, perlu dilakukan serangan baru melalui radioterapi. Jangan mengira bahwa terapi ini menggunakan radio yang disetel keras-keras agar sel-sel kanker tidak betah dengan suara bising dan berisik itu.

Pengobatan ini menggunakan sinar atau radiasi yang dipancarkan melalui mesin pada bagian yang terkena kanker (ini bukan mesin radiator lho, seperti yang pernah ditanyakan oleh seorang teman yg suka becanda).

Sinar adalah senjata yang ampuh. Paling tidak, itulah yang pernah kubaca dalam komik dengan tokoh yang membasmi musuh dengan senjata sinar laser. James Bond 007 juga punya senjata itu.

Kanker ini sadis dan kejam, membuat banyak orang menderita. Karena itu ia harus dilawan dengan sekuat tenaga. 

Agar sel-sel kanker tahu rasa, maka penyinaran dilakukan berulang kali. Tak cukup 10 atau 20x tapi 30x. Sayangnya radiasi ini tidak boleh dirapel atau dilakukan berkali-kali dalam satu hari. Setiap hari hanya boleh radiasi 1x. Jadi aku harus bolak-balik ke rumah sakit selama 30 hari kerja untuk menuntaskan terapi ini.

Hari ini aku sudah menyelesaikan radiasi yang ke-24. Asyik.. tinggal 6x lagi. Perang melawan kanker merupakan perang seumur hidup yang memerlukan semangat tinggi. Kadang kala stamina menurun dan perlawanan mengendor bagaikan celana kolor yg kedodoran. Yach, itu hal yang biasa. Namanya manusia pastilah ada saatnya lelah letih lesu lemah... Kalo celana kolornya terus melorot kan gawat bisa parno... Karen itulah diperlukan dorongan semangat dari kiri dan kanan, depan dan belakang.. eh salah, kalo didorong dari depan, jadi mundur dong... padahal kita kan harus selalu maju terus pantang mundur.

Untuk semua keluarga, teman, dokter, radiator, perawat dll. yang selalu memberi dorongan moral dan moril serta doa, aku ucapkan banyak terima kasih.

13 comments:

Elyani said...

Hi Sima,

Selamat Tahun Baru 2011 ya! kalau aku membaca jejak rekam perjuangan Sima aku kadang malu sendiri karena aku sering memble pada saat menghadapi suatu masalah. Sedangkan Sima selalu bersemangat, pantang menyerah, selalu riang dan berpikir positive. Aku salut dengan semangat juang Sima, moga2 tahun 2011 ini si kanker nakal itu jangan lagi mengganggu Sima ya! salam hangat dan peluk sayang dari Suneo dan emaknya di musim dingin yg menusuk tulang :)

Pucca said...

haha.. lucu tulisan ini sim, lu emang paling bisa deh bikin cerita :)
semoga sel kanker itu pergi tak kembali ya, kapok karna dibasmi terusss :)

ad said...

Aku bantuin bersama pasukan kaypang... CIAAAATTT!!!
Tetap semangat!

sima said...

@ Ely: halo, apa kabar? masih dingin di sana ya... makan pisang rebus sama wedang ronde enak deh...
sama Ely, aku jg kadang ga semangat, tapi kalo terlalu dipikir2, dirasa2in, malah capek sendiri. ya wis dijalanin saja... kapan Ely ke Jakarta lagi? salam ya buat Suneo :)

@ Pucca: iya nih kita mesti kerja ekstra keras buat mengusir penyakit yg menjengkelkan ini supaya kapok dan ga balik lagi. trims ya atas supportnya.

@ Ad: hehehhe.. bala bantuan dari kaypang, siolinpay dan butongpay ditunggu di garis depan. CIAAATTT.. HAIYAAAAA... DUEEERRRRR...!!!

ferdi said...

Selamat Tahun baru mbak... :)

Bantuan dari gobipay juga segera meluncur, eh...bukannya perguruan perempuan ya?

amd said...

Haha...mbak Sima, tetep yah radiatornya disalamin juga tuh, tp bukan radiator yg di bengkel kannn? :D Happy new year, mbak, pokoke tetep smangaddd!

sima said...

@ferdi: Selamat th baru juga ya.. :)

Ga tau tuh kalo Gobipay perguruan perempuan, temennya Gerwani dong?

Gobipay, capcay, fuyunghay, ayo ayo.. siapa lagi...

@amd: semangat 45, Rit, lengkap dengan bambu runcing....:)
hepi new year, semoga tambah yahud...

Titah said...

Aku bagian dapur umum aja deh.. singkong rebus, pisang rebus, nasi tiwul, lodeh jantung pisang.. semoga jadi sumber kekuatan baru. Ciao!

Between Lines said...

Ciattt lawan terus, keluarkan semua gaya! dari gaya srigala, sampai naga! aku jadi naga ajah deh bantu nyemburin api

sima said...

@Titah, betul.. perlu itu, tanpa konsumsi mana bisa maju perang. tambah gudeg ya, Titah.
@Len, seru banget tuh gaya naga nyemburin api... pasti ces pleng... musuh2 langsung kabur terbirit2..

rental laptop said...

tetep semangat bro..

Anonymous said...

salam kenal...salut dan doa untuk mbak Sima...baru tau blog ini karena lagi brows cari info tentang bone scanning...aku kena kanker payudara dan sudah diangkat th 2007...stlah itu hanya suntik zoladex utk 2 th dan sampai saat ini konsumsi tamofen... untuk bone scann ini , haruskah kita ngerasa ada yang ga beres, ato bisa aja kita ambil untuk tau ada masalah apa engga sama tulang kita..mohon share kl mbak tau info-nya..trims..tetap semangat mbak...

sima said...

hi Mphie, salam kenal kembali.
dulu aku pertama kali bonescan karena disuruh dokter setelah terasa ada rasa sakit di dada. Memang sebaiknya segera konsultasikan ke dokter kalau ada yang kurang beres. Mengenai kapan perlunya kita bonescan, menurut aku memang perlu dilakukan secara berkala, mungkin setahun sekali, sama halnya dengan CT scan, sebab bisa saja kanker itu sudah menyerang, tapi kita nggak merasa. Untuk lebih mantapnya, sebaiknya ditanyakan ke dokter.

@ rental laptop: trims.