Thursday, November 4, 2010

Rasa Kanker

“Bagaimana rasanya setelah selesai kemo?” begitu pertanyaan Mas perawat sebelum menusukkan jarum infus ke lenganku.
“Apa suka lemes?” sambungnya.

Sebetulnya sih nggak suka. Kalo boleh milih, tentu aku suka kuat, energik. Tapi apa boleh buat.... suka nggak suka... kenyataannya begitu. Kondisiku sudah tidak seperti dulu lagi. Gampang capek.

Pertanyaan Mas itu diajukan akhir Oktober 2010 ketika aku menjalani infus Zometa untuk menguatkan tulang. Selama kemo (Maret-Agustus 2010), infus dihentikan, tetapi sekarang dilanjutkan kembali.

Selain lemas, hampir tak ada perubahan. Rasanya biasa-biasa saja. Eh, sebetulnya ada rasa sakit juga di bagian dada kiri sejak akhir September, tetapi itu on and off . Kadang muncul, kadang hilang. Ketika aku berkonsultasi dengan dokter di NUH pada awal Oktober, ia mengatakan agar aku jangan terlalu khawatir. Mungkin rasa sakit seperti itu merupakan hal biasa.

Berhubung sakitnya kian menjadi-jadi, aku putuskan untuk ke dokter spesialis kanker. Tidak di Singapura, cukup di Jakarta saja.

Pilihan akhirnya jatuh ke dr. Lugyanti Sukrisman yang masih muda tapi konon kabarnya “bagus”. Lima tahun yll, aku menjalani kemo untuk yang pertama kalinya di MMC dan sempat bertemu dengan dr. Lugy dua kali dalam kapasitasnya sebagai dokter pengganti atau asisten (?) seorang dokter senior.

“Dr. Lugy juga praktik di Klinik Teratai RSCM,” begitu info dari dr. Winarti, yang selalu memberikan dukungan untukku.

Maka pada hari Selasa (2 November 2010) kemarin aku tiba di RSCM menjelang pukul 11 siang. Selama ini aku belum pernah berobat di sana dan yang membuatku stres adalah susahnya mencari tempat parkir. Sudah memutar beberapa kali, tetap tidak berhasil. Tapi... untung... ada petugas yang baik hati dan menolong tanpa pamrih. Aku sudah berusaha mengingat-ingat namanya yang dibordir dengan benang putih pada baju seragam hitamnya. Kalau tidak salah Ardyansyah tapi kayaknya salah deh,... yang jelas terdiri dari tiga suku kata. .

Anyway.... Klinik Teratai cukup ramai. Ruangannya kecil padahal pasiennya banyak. Waktu aku datang, di ruang tunggu hanya ada 2 bangku yang kosong. Untung ya, masih ada.... Di sebelah kiriku sempat duduk seorang ibu yang keringatnya agak bau menyengat (untung ya hanya ‘agak’, coba kalau ‘sangat’, wah bisa2 aku mabok...)

Setelah menunggu selama 2 jam, barulah aku mendapat giliran. Memang menunggu itu paling menjengkelkan. Tapi aku sudah mengantisipasinya, siap dengan Doomsday Conspiracy, novel lama karangan Sidney Sheldon yang kusambar dari rak buku sebelum berangkat. (Tapi hanya sempat dibaca beberapa halaman karena tertidur...)

Kenapa ya, kalau ke dokter harus menunggu berjam-jam. Waktu aku mengantar ayah berobat ke RS Pondok Indah, kita bahkan menunggu 3 jam.

Meskipun lama menunggu, aku nggak nyesel ke sana. Secara umum, pelayanan di Klinik itu baik. Biaya relatif murah: Rp 100.000 untuk konsultasi dan Rp 20.000 untuk admin, sedangkan di RSPI biaya konsultasi Rp 250.000 dan admin Rp 75.000. Dokternya juga baik, ramah.

“Dok, kita pernah ketemu lho, lima tahun yll, di MMC,” kataku, sok akrab.

“Iya, rasanya saya juga pernah melihat, tapi nggak ingat, di mana,” jawabnya.

Jawaban yang membuatku heran. Masak sih dia beneran ingat aku? Apa istimewanya aku ini sehingga ia ingat? Apa kaena ia tahu bahwa aku pernah ditipu suster ketika kemo di MMC waktu itu? (baca Tertipu).
Setelah memeriksa kondisiku, dokter menduga bahwa rasa sakit itu datangnya dari tulang iga yang tampaknya masih dicokoli sel-sel kanker. Ia menganjurkan agar aku menjalani radiasi, yang juga disebut radiotherapy.

Aku ingat, dokter di NUH dulu juga mengatakan bahwa aku mungkin perlu radiasi.

Waktu aku cerita ke seorang teman bahwa aku perlu radioteraphy, dia bertanya, seperti apa terapinya.
“Apa pake musik?”
Ha..ha..ha.... betul, sambil dengerin radio, disinar dengan cahaya mentari pagi yang hangat....


5 comments:

yik said...

Eh, sapa tau lebih manjur kalo pake musik krn bisa menengangkan pikiran *sok tau* Jadi langkah selanjutnya radioterapi? Sama nggak lamanya dg kemo?

yik said...

Eh mbak, maksude 'menenangkan' pikiran. Bukan menegangkan....

Pucca said...

haha.. lucu juga temenmu sim, kalo benar begitu mah asik donk :P

sima said...

@ yik: apalagi kalo iringannya lagu "nina boboook... "
radioterapi biasanya frekuensi lebih tinggi dari kemoterapi tapi waktunya lebih pendek. misalnya 25x, seminggu 5x = 5 minggu.

@pucca: hahaha.. iya, kirain dia nanya serius..

Anonymous said...

SANGAT LUAR BIASA ! KEAJAIBAN ! MENAKJUBKAN ! TIDAK MENGGUNAKAN JARUM & TANPA DI OPERASI

Ramai yang sudah datang berobat dan sembuh. Yang tak boleh jalan sudah berlari. Yang tak boleh bangun sudah bisa jalan. Bagi anda yang belum, segeralah berobat. Selagi ada kesempatan! Jangan tunggu lama-lama.

Anda mengidapi penyakit tersebut?
Kidney/ Dialysis/ Diabetic, Cancer 1st/2nd/3rd stage, Multiple Stroke,
HIV/ Aids, Parkinson Syndrome, Leukemia/Lupus, Bone Marrow, Thyroid/Fibroid, Heart Disease, Gout, High or Low Blood, Etc.

THE MIRACLE HEALER boleh mengeluarkan penyakit secara keseluruhan. Percayalah!
* Satu cara pengobatan yang dapat membantu anda menikmati kehidupan seperti sebelumnya. Pasti!
* Pembiayaan rendah dan pengobatan yang efektif sekaligus penyembuhan dalam jangka waktu yang pendek. Percaya atau tidak!

Address : No. 29 Mackenzie Rd, Mackenzie Regency, Singapore
Email : themiraclehealer@yahoo.com.sg
Tel : 65-90826299