Di bagian radiologi RSCM (yang ada TV-nya tapi.. mana ya radionya?) tersedia tiga jenis layanan. Selain kedua layanan yang disebutkan di atas, ada juga layanan umum yang pasiennya antara lain adalah peserta Askes (Asuransi Kesehatan) dan Gakin (asuransi untuk keluarGA misKIN). Kebetulan konsultasi yang aku tanyakan hanya tersedia di bagian layanan utama dan VIP. Layanan VIP atau yang disebut layanan karpet merah alias red carpet service mulai diberikan sejak awal tahun yll untuk pasien yang bersedia membayar lebih untuk layanan berteknologi canggih dengan kenyamanan ekstra.
Iseng-iseng kami numpang lewat ruang VIP. Memang di sana terasa lebih nyaman, AC-nya dingin dan terdapat sofa-sofa empuk. Aku lihat ada potongan jagung rebus di samping minuman hangat yang disediakan untuk pasien.
Ruang tunggu layanan utama juga biasa-biasa saja. Hanya ada satu sofa. Selebihnya bangku-bangku kayu dan kursi-kursi yang keras. Untungnya, dalam waktu yang tidak terlalu lama, namaku dipanggil suster.
“Cepet juga ya, dok,” kataku dengan gembira.
Begitu memasuki ruangan praktik, aku terkejut.
Oh, ternyata itu bukan Prof. Soehartati, tapi dokter yang menjadi asistennya. Namanya sama dengan nama penyanyi dangdut yang ngetop dengan lagu jadul Senyuman Pertama dan Lirikan Matamu.
Asisten Prof. Tati menanyakan riwayat penyakitku dan memeriksaku sebentar. Ketika mengetahui bahwa aku membawa hasil bone scan dan CT scan, ia meminta salinannya. Rupanya mereka tidak memiliki fasilitas foto kopi, jadi terpaksa aku harus meminta tukang foto kopi untuk membuat salinannya.
Menjelang tengah hari, Prof. Tati ternyata belum muncul, sedangkan dr. Win sudah harus pergi karena ada urusan penting.
Memang sebelumnya, aku mendengar dari dr. Win bahwa dokter kenalannya yang juga bertugas di bagian radiologi dan rekan-rekannya berinisiatif membelikan nasi bungkus bagi pasien yang kurang mampu. Mereka merasa kasihan karena banyak pasien yang datang dari jauh dan harus menunggu berjam-jam sebelum mendapatkan giliran radiasi.
Sementara itu... aku menunggu dan menunggu… sambil terkantuk-kantuk. Perut terasa lapar. Aku membawa roti, tapi sayang sekali tertinggal di mobil. Ah, untung ada satu buah pisang dalam tas! Lumayan… Kanker diketahui menyebar ke tulang pada bulan April 2007, tapi saran untuk melakukan radioterapi memang baru diberikan awal bulan ini ketika aku berkonsultasi dengan dr. Lugi (yang juga berpraktik di RSCM) karena dada kiriku terasa sakit sekali.
Sebetulnya hari itu juga dapat dilakukan penandaan bagian-bagian yang akan disinar, diikuti dengan radiasi pertama. Tapi aku belum siap. Selain itu rasanya lelah sekali..
Sebelum meninggalkan RSCM pada jam 14:30, dengan langkah gontai aku menuju ke kasir untuk menanyakan biaya radioterapi.
Coba kalau dibelikan beras, dapat berapa karung? Apalagi kalau dibelikan krupuk... Wah, bisa bertruk- truk.
(PS: Ketika aku tanyakan langsung ke RS Dharmais, ternyata biayanya kira2 juga sama).



