Saturday, March 13, 2010
Dari NUH ke RS Pantai Indah Kapuk dan RS Dharmais
Akhir bulan lalu (Jumat, 26 Feb. 2010) aku kembali jalan-jalan ke National University Hospital, Singapura.
Bu dokter tampak prihatin melihat kondisiku yang ngedrop jauh dibandingkan waktu aku ke sana tgl 8 Januari. Jalanku kian terseok2 dan kaki kanan makin lemes.
Susternya juga kelihatannya sangat kuatir, sampai2 dia memaksa agar diperbolehkan membawakan tasku. Di bahu kiriku tergantung tas hitam yang biasa aku pakai kerja sementara aku menenteng tas plastik dengan tangan kanan. Tas hitam itu isinya buku novel kriminal terjemahan dari bahasa Jepang berjudul Out, dompet, HP dan beberapa barang pribadi. Sedangkan tas plastik isinya majalah Java Kini titipan Lewa, temanku yg tinggal di Sgp, serta beberapa bungkus makanan kecil dan balsem cap macan yang aku beli di drug store rumah sakit itu.
Akhirnya aku merelakan suster membawakan tas plastik itu sambil mengantarku keluar ruangan setelah selesai berkonsultasi dengan dokter.
Dulu dokter bilang rasa sakit memang biasa dialami oleh pasien yg kankernya sudah menyebar ke tulang. Tapi ini kok sakitnya makin menjadi2? Bu dokter menduga ada sesuatu yang kurang beres dan menyuruhku segera foto. Bukan foto buat cover majalah lho. Tapi MRI (Magnetic Resonance Imaging) tulang belakang, CT scan otak dan seluruh tubuh serta bone scan.
Aduh dok. Emangnya enak menjalani pemeriksaan ini dan itu? Lagipula, mending kalo gratis, dok... Tapi tentu saja aku nggak ngomong gitu sama bu dokter... Aku bilang, ya nanti dipertimbangkan.
Eh, bu dokter kayaknya kesel, gitu."Pokoknya harus MRI dulu. Hari Sabtu atau hari Senin ya? Trus hasilnya segera di bawa ke mari. Bisa?"
"Iya deh..... Tapi boleh nggak hasilnya dikirim aja?" aku menawar. Ternyata boleh.
MRI diperlukan untuk melihat kemungkinan adanya "nerve compression" atau "cord compression".
Menurut informasi yang aku dapat dari Internet, cord compression ini sangat mengerikan dan dapat mengakibatkan lumpuh kalau tidak segera ditangani.
Singkat cerita, hari Senin aku ke RS Pantai Indah Kapuk untuk MRI, meskipun para petugas di meja resepsionis yang merangkap kasir di bagian radiologi kurang ramah dan analisa dokternya sempat menimbulkan tanda tanya. Aku pilih RS PIK karena alatnya canggih dan secara keseluruhan pelayanannya cepat. Selain itu tempatnya luas dan nyaman.
Janjinya jam 10, tapi dasar apes, aku harus menunggu lebih dari 1 jam. Tau nggak, pas aku mau ke toilet, eh, ada dokter dowok keluar dari WC cewek sambil pegang2 retsleting celana. Aku sampe bengong.....
Sebelum di-MRI, kita harus ganti baju. Ada sekitar 4 atau 6 locker untuk menaruh barang-barang kita, tapi hanya satu yang ada kunci dan gemboknya. Heran deh. Kalau mau aman, lain kali harus bawa kunci dan gembok sendiri, atau menittipkan barang ke petugas.
MRI-nya sendiri berlangsung lebih dari 1 jam. Lumayan lama karena seluruh tulang belakang, yang terdiri dari tiga bagian, difoto semua. Bulan Desember aku pernah di- MRI, tapi hanya pada bagian bawah saja, jadi nggak lama.Dokter yang menangani MRI ini kayaknya pinter lho, soalnya dia sempat nanya (melalui petugas) apakah hasilnya mau dalam bahasa Ind atau Inggris.. Yach, paling enggak, pinter bahasa Inggris.. hehehehe... Sori dok, cuma becanda….
Selama ini aku nggak pernah tahu kalau memang sebetulnya kita bisa mendapatkan hasilnya dalam bahasa Inggris. Untuk itu tak ada biaya tambahan. Tapi jika ingin mendapatkan hasil dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kita harus menambah Rp 200 ribu.
Malam harinya, pulang dari kantor aku ke RS untuk mengambil hasilnya. Ternyata memang ada yg kurang beres. Pada MRI lumbal tertulis: Protrusio of L4-5 and L5-S1 vertebral disk with mild compression of dural sac and both of radix.
Apa itu maksudnya? Pagi2 aku SMS dokter langgananku yang baik hati untuk menanyakannya. Begini jawabnya: “Artinya ada penekanan ringan pd ruas tul blk area L-4-5-S1, yg mengenai selub sumsum tul dural dan akar saraf..”
Masih bingung sih, tapi ya wis…
Aku segera email dokter di NUH sambil tanya, ini serius nggak sih..? Dia cuma bilang: "I will look at the films and let you know."
Filmnya aku kirim lewat DHL. Sehari sampai.
Hari Kamis aku mendapat kabar dari bu dokter di NUH.
”The MRI spine films have been reviewed by our radiologist and there is no cord compression or significant nerve root impingement.”
Lega sekali aku mendengarnya.
Bu dokter juga bertanya: Have you done the CT brain/thorax/abdomen/pelvis and bone scans yet?
Aku sudah daftar untuk bone scan di RS Dharmais, tapi masih dalam “waiting list” karena bahannya belum ada. Memang untuk bone scan bahannya sangat terbatas dan harus didatangkan dari BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional).
Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya aku mendapat giliran untuk bone scan hari Senin, 8 Maret 2010.
Pada hari itu, sebelum jam 7:30 aku sudah datang agar mendapat giliran pertama. Ternyata bagian pendaftaran di lobi utama masih tutup. Sekitar jam 7:45 aku langsung menuju ke bagian radiologi, yang sudah mulai tampak ada kesibukan.
Tapi celaka, namaku nggak terdaftar.
“Nggak ada namanya di sini,” kata petugas sambil menunjukkan daftar berisi 10 nama pasien beserta nomor teleponnya.
Dari daftar nomor telepon, ketahuan kalau sebetulnya aku sudah terdaftar, tetapi namanya salah tulis. Masa di situ tertulis Ny. SIKU.
Yang bener ajaaaa… masa namaku jadi SIKU. Jauh amat ya. Untung juga bukan SIKUT atau DENGKUL….
Singkat cerita, bone scan berlangsung lancar. Jam 10:15 sudah selesai.
Hasilnya? Nah, yang ini kurang menggembirakan: Progressive of bone metastasis in Th 11-12 and right pelvic bone.
Terdapat penyebaran baru di tulang belakang dan peningkatan aktivitas pada tulang panggul kanan.
Bagaimana dengan hasil CT scan?
Untuk kepala, kelihatannya baik2 saja: No sight of nodule indicated to metastatic lesion now. No evidence of obstructive hydrocephalus.
CT scan abdomen-pelvic kelihatannya juga ok.
Sedangkan hasil CT scan thorax, yang perlu mendapat perhatian khusus adalah: “beginning metastatic lesion plural type should be considered”.
Pada waktu aku CT scan pada bulan Agustus 2009, dokter di RS PIK juga mengatakan hal yang serupa, mencurigai adanya penyebaran awal pada dinding paru-paru, yang tampak dari adanya bercak-bercak hitam pada foto. Tapi menurut dokter di RS Pluit dan di NUH, bercak-bercak hitam itu bukan indikasi penyebaran kanker ke dinding paru.
Sekarang ini aku masih belum tau apa pendapat dokter di NUH mengenai bone scan dan CT scan yang terakhir itu karena dokter memang belum melihat hasilnya. Rencananya nanti hari Selasa, 16 Maret 2010, aku akan ke sana. Setelah melihat semua hasil itu, barulah dokter akan memutuskan pengobatan selanjutnya yang harus aku jalani. Apakah cukup dengan minum obat setiap hari, suntik dan infus setiap empat mingu sekali seperti yang selama ini aku jalani? Ataukah perlu ditempuh cara lain seperti radioterapi atau kemoterapi? Entahlah… Aku tak mau memikirkannya sekarang. Mending mikir yang enak2 aja…. Seperti… hari ini… libur…. Bisa santai di rumah, nggak usah kerja…. Enaaakkk…
Bu dokter tampak prihatin melihat kondisiku yang ngedrop jauh dibandingkan waktu aku ke sana tgl 8 Januari. Jalanku kian terseok2 dan kaki kanan makin lemes.
Susternya juga kelihatannya sangat kuatir, sampai2 dia memaksa agar diperbolehkan membawakan tasku. Di bahu kiriku tergantung tas hitam yang biasa aku pakai kerja sementara aku menenteng tas plastik dengan tangan kanan. Tas hitam itu isinya buku novel kriminal terjemahan dari bahasa Jepang berjudul Out, dompet, HP dan beberapa barang pribadi. Sedangkan tas plastik isinya majalah Java Kini titipan Lewa, temanku yg tinggal di Sgp, serta beberapa bungkus makanan kecil dan balsem cap macan yang aku beli di drug store rumah sakit itu.
Akhirnya aku merelakan suster membawakan tas plastik itu sambil mengantarku keluar ruangan setelah selesai berkonsultasi dengan dokter.
Dulu dokter bilang rasa sakit memang biasa dialami oleh pasien yg kankernya sudah menyebar ke tulang. Tapi ini kok sakitnya makin menjadi2? Bu dokter menduga ada sesuatu yang kurang beres dan menyuruhku segera foto. Bukan foto buat cover majalah lho. Tapi MRI (Magnetic Resonance Imaging) tulang belakang, CT scan otak dan seluruh tubuh serta bone scan.
Aduh dok. Emangnya enak menjalani pemeriksaan ini dan itu? Lagipula, mending kalo gratis, dok... Tapi tentu saja aku nggak ngomong gitu sama bu dokter... Aku bilang, ya nanti dipertimbangkan.
Eh, bu dokter kayaknya kesel, gitu."Pokoknya harus MRI dulu. Hari Sabtu atau hari Senin ya? Trus hasilnya segera di bawa ke mari. Bisa?"
"Iya deh..... Tapi boleh nggak hasilnya dikirim aja?" aku menawar. Ternyata boleh.
MRI diperlukan untuk melihat kemungkinan adanya "nerve compression" atau "cord compression".
Menurut informasi yang aku dapat dari Internet, cord compression ini sangat mengerikan dan dapat mengakibatkan lumpuh kalau tidak segera ditangani.
Singkat cerita, hari Senin aku ke RS Pantai Indah Kapuk untuk MRI, meskipun para petugas di meja resepsionis yang merangkap kasir di bagian radiologi kurang ramah dan analisa dokternya sempat menimbulkan tanda tanya. Aku pilih RS PIK karena alatnya canggih dan secara keseluruhan pelayanannya cepat. Selain itu tempatnya luas dan nyaman.
Janjinya jam 10, tapi dasar apes, aku harus menunggu lebih dari 1 jam. Tau nggak, pas aku mau ke toilet, eh, ada dokter dowok keluar dari WC cewek sambil pegang2 retsleting celana. Aku sampe bengong.....
Sebelum di-MRI, kita harus ganti baju. Ada sekitar 4 atau 6 locker untuk menaruh barang-barang kita, tapi hanya satu yang ada kunci dan gemboknya. Heran deh. Kalau mau aman, lain kali harus bawa kunci dan gembok sendiri, atau menittipkan barang ke petugas.
MRI-nya sendiri berlangsung lebih dari 1 jam. Lumayan lama karena seluruh tulang belakang, yang terdiri dari tiga bagian, difoto semua. Bulan Desember aku pernah di- MRI, tapi hanya pada bagian bawah saja, jadi nggak lama.Dokter yang menangani MRI ini kayaknya pinter lho, soalnya dia sempat nanya (melalui petugas) apakah hasilnya mau dalam bahasa Ind atau Inggris.. Yach, paling enggak, pinter bahasa Inggris.. hehehehe... Sori dok, cuma becanda….
Selama ini aku nggak pernah tahu kalau memang sebetulnya kita bisa mendapatkan hasilnya dalam bahasa Inggris. Untuk itu tak ada biaya tambahan. Tapi jika ingin mendapatkan hasil dalam dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris, kita harus menambah Rp 200 ribu.
Malam harinya, pulang dari kantor aku ke RS untuk mengambil hasilnya. Ternyata memang ada yg kurang beres. Pada MRI lumbal tertulis: Protrusio of L4-5 and L5-S1 vertebral disk with mild compression of dural sac and both of radix.
Apa itu maksudnya? Pagi2 aku SMS dokter langgananku yang baik hati untuk menanyakannya. Begini jawabnya: “Artinya ada penekanan ringan pd ruas tul blk area L-4-5-S1, yg mengenai selub sumsum tul dural dan akar saraf..”
Masih bingung sih, tapi ya wis…
Aku segera email dokter di NUH sambil tanya, ini serius nggak sih..? Dia cuma bilang: "I will look at the films and let you know."
Filmnya aku kirim lewat DHL. Sehari sampai.
Hari Kamis aku mendapat kabar dari bu dokter di NUH.
”The MRI spine films have been reviewed by our radiologist and there is no cord compression or significant nerve root impingement.”
Lega sekali aku mendengarnya.
Bu dokter juga bertanya: Have you done the CT brain/thorax/abdomen/pelvis and bone scans yet?
Aku sudah daftar untuk bone scan di RS Dharmais, tapi masih dalam “waiting list” karena bahannya belum ada. Memang untuk bone scan bahannya sangat terbatas dan harus didatangkan dari BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional).
Setelah menunggu beberapa hari, akhirnya aku mendapat giliran untuk bone scan hari Senin, 8 Maret 2010.
Pada hari itu, sebelum jam 7:30 aku sudah datang agar mendapat giliran pertama. Ternyata bagian pendaftaran di lobi utama masih tutup. Sekitar jam 7:45 aku langsung menuju ke bagian radiologi, yang sudah mulai tampak ada kesibukan.
Tapi celaka, namaku nggak terdaftar.
“Nggak ada namanya di sini,” kata petugas sambil menunjukkan daftar berisi 10 nama pasien beserta nomor teleponnya.
Dari daftar nomor telepon, ketahuan kalau sebetulnya aku sudah terdaftar, tetapi namanya salah tulis. Masa di situ tertulis Ny. SIKU.
Yang bener ajaaaa… masa namaku jadi SIKU. Jauh amat ya. Untung juga bukan SIKUT atau DENGKUL….
Singkat cerita, bone scan berlangsung lancar. Jam 10:15 sudah selesai.
Hasilnya? Nah, yang ini kurang menggembirakan: Progressive of bone metastasis in Th 11-12 and right pelvic bone.
Terdapat penyebaran baru di tulang belakang dan peningkatan aktivitas pada tulang panggul kanan.
Bagaimana dengan hasil CT scan?
Untuk kepala, kelihatannya baik2 saja: No sight of nodule indicated to metastatic lesion now. No evidence of obstructive hydrocephalus.
CT scan abdomen-pelvic kelihatannya juga ok.
Sedangkan hasil CT scan thorax, yang perlu mendapat perhatian khusus adalah: “beginning metastatic lesion plural type should be considered”.
Pada waktu aku CT scan pada bulan Agustus 2009, dokter di RS PIK juga mengatakan hal yang serupa, mencurigai adanya penyebaran awal pada dinding paru-paru, yang tampak dari adanya bercak-bercak hitam pada foto. Tapi menurut dokter di RS Pluit dan di NUH, bercak-bercak hitam itu bukan indikasi penyebaran kanker ke dinding paru.
Sekarang ini aku masih belum tau apa pendapat dokter di NUH mengenai bone scan dan CT scan yang terakhir itu karena dokter memang belum melihat hasilnya. Rencananya nanti hari Selasa, 16 Maret 2010, aku akan ke sana. Setelah melihat semua hasil itu, barulah dokter akan memutuskan pengobatan selanjutnya yang harus aku jalani. Apakah cukup dengan minum obat setiap hari, suntik dan infus setiap empat mingu sekali seperti yang selama ini aku jalani? Ataukah perlu ditempuh cara lain seperti radioterapi atau kemoterapi? Entahlah… Aku tak mau memikirkannya sekarang. Mending mikir yang enak2 aja…. Seperti… hari ini… libur…. Bisa santai di rumah, nggak usah kerja…. Enaaakkk…
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
9 comments:
Sima aku sungguh prihatin dengan kondisi kesehatan Sima, gak tau harus bilang apa kecuali hanya bisa bantu doa dari jauh semoga kaki si kepiting nakal ini tidak menyebar kemana-mana. Take care dear friend.
hi Ely.. makasih ya.. doamu sangat membantu. memang bandel sekali penyakit ini. aku baru kembali dari dokter dan harus kemo. ya, moga2 kondisinya bisa segera teratasi. kamu sendiri apa kabar Ely? Smg baik2 aja ya... salam buat Suneo.
Jalani aja... harus jadi cancer warrior kan.
Jalani aja... harus jadi cancer warrior kan.
hi mbak yuni...
iya nih mesti dijalani mulai weekend ini. doain lancar ya... trims :)
SANGAT LUAR BIASA ! KEAJAIBAN ! MENAKJUBKAN ! TIDAK MENGGUNAKAN JARUM & TANPA DI OPERASI
Ramai yang sudah datang berobat dan sembuh. Yang tak boleh jalan sudah berlari. Yang tak boleh bangun sudah bisa jalan. Bagi anda yang belum, segeralah berobat. Selagi ada kesempatan! Jangan tunggu lama-lama.
Anda mengidapi penyakit tersebut?
Kidney/ Dialysis/ Diabetic, Cancer 1st/2nd/3rd stage, Multiple Stroke,
HIV/ Aids, Parkinson Syndrome, Leukemia/Lupus, Bone Marrow, Thyroid/Fibroid, Heart Disease, Gout, High or Low Blood, Etc.
THE MIRACLE HEALER boleh mengeluarkan penyakit secara keseluruhan. Percayalah!
* Satu cara pengobatan yang dapat membantu anda menikmati kehidupan seperti sebelumnya. Pasti!
* Pembiayaan rendah dan pengobatan yang efektif sekaligus penyembuhan dalam jangka waktu yang pendek. Percaya atau tidak!
Address : No. 29 Mackenzie Rd, Mackenzie Regency, Singapore
Email : themiraclehealer@yahoo.com.sg
Tel : 65-90826299
hi Sima, i dont know who you are but semoga penyakit kamu bisa teratasi yah.. jia you !
Hai Sima, jika kau baca pesanku ini please SMS aku ke 085242418886. Banyaak hal yg aku mau tanyakan, aku jg penderita cancer, baru mau jalani radioterapi tp msh bingung di mana? Makasi
Semoga cepat sembuh yah..
Post a Comment