Wednesday, November 26, 2008
Dokter RI vs Dokter UK
Dokter Eropa ini maksudnya bukan dokter yang berasal dari Moldova, sempalan Uni Soviet yang kini menjadi negara termiskin di Eropa dengan pendapatan per kapita US$420 per tahun. (Bandingkan dengan Indonesia yang pendapatan per kapitanya $500 lima tahun yll dan tahun ini diharapkan mencapai $2.200)
“Aku lebih suka dokter di sini dari pada di sana,” kata Adhiek yang baru datang dari Inggris.
Pekerjaannya di London memungkinkan ia untuk datang ke Indonesia rata-rata setahun dua kali. Kesempatan itu digunakan oleh Adhiek, yang pernah dioperasi karena myoma di rahim, untuk melakukan pemeriksaan medis di RS Pondok Indah setahun sekali.
Sambil menikmati jus belimbing dan pisang goreng di sebuah café di Citos –singkatan dari Cilandak Town Squre, di Jakarta Selatan, hari Rabu (26 November 2009), Adhiek menegaskan bahwa ia lebih percaya dengan dokter di RSPI, yang kebetulan juga dikenalnya secara pribadi.
“Soalnya dokterku yang di sana pernah ‘miss’” katanya (bukan berarti dokternya pernah ikut kontes Miss London atau Miss Universe lho).
“Jadi kalau dibilang orang Indonesia suka berobat ke luar negeri, aku juga termasuk.. Tapi luar negerinya adalah Indonesia,” katanya sambil tertawa.
Meskipun ada pasien yang mengeluh tentang layanan yang kurang menyenangkan dari tenaga medis di sini, sebetulnya Indonesia mempunyai banyak dokter yang baik (termasuk dokter Win yang setiap bulan memberiku suntikan Zoladex dan infus Zometa). Dan Adhiek telah membuktikan bahwa ada dokter di Indonesia yang lebih handal dari dokter di London.
Untuk menjaga kesehatannya, Adhiek rajin berolah raga. Selain rutin berenang, tiga kali seminggu ia berjalan kaki sejauh 3 km sambil berbelanja keperluan dapur.
Adhiek mempunyai hobi memasak, yang dipadukan dengan imajinasi.
Kalau ingin memasak perkedel, maka ia akan melihat gambarnya terlebih dahulu, membayangkan perkedel yang lezat, lalu menentukan bumbu-bumbunya dan cara membuatnya.
Wah, jadi lapar nih…
Buat Adhiek, semoga selalu sehat dan gembira.
Saturday, November 22, 2008
Sampah Basah di Toilet RS Dharmais
“Padahal terakhir kali aku ke sana WC-nya bau pesing,” kataku spontan.
“Mungkin karena mereka hemat air,” jawabnya sambil tertawa.
Maaf ya .. kami tak bermaksud mengolok-olok. Selamat atas keberhasilan RS Dharmais menyandang gelar juara dan menggondol hadiah Rp 10 juta.
RS yang amat luas itu memiliki banyak WC. Yang paling laris adalah yang terletak tak jauh dari lobi, di belakang Café Olala.
Kalau petugas cleaning service baru saja membersihkannya, maka toilet itu tentulah bersih dan wangi. Tetapi kebetulan baunya memang sedang kurang sedap ketika aku menggunakannya.
Soal itu bukan kesalahan pihak RS. Ini gara-gara masih banyak pengunjung yang belum bisa menggunakan WC dengan baik dan benar. Misalnya, ada saja yang masih buang air di lantai, dan bukannya di lubang WC, atau jongkok di kloset duduk. Belum lagi yang ogah antre dan suka nyerobot.
Beberapa hari setelah mendapat kabar mengenai keberhasilan RS Dharmais dalam lomba green office, aku ke sana untuk menjalani bone scan. Pemeriksaan diadakan di lantai dasar yang suasananya cukup sepi, tidak seperti di lobi.
Toilet di bagian radiologi bersih, terutama karena jumlah pemakai tidak banyak. Seperti yang terlihat beberapa bulan sebelumnya, di toilet terpasang poster berisi tata cara mencuci tangan dengan baik.
Setelah dicuci bersih dengan sabun dan air, tangan diseka dengan tisue yang kemudian dipakai untuk mengelap wastafe Ada yang kurang dalam poster itu. Seharusnya ditambahkan agar pemakai toilet membawa sabun dan tisue dari rumah… karena tak ada sabun dan tisue di situ.
. Tapi di toilet lain ada lho, tisuenya. Tepatnya di poliklinik yang terletak di lantai dasar, paling ujung. Ketika aku ke sana pada suatu siang menjelang sore, toilet itu bersih sekali. Dan yang membuatku terharu, di samping kloset terdapat tempat sampah bertuliskan “Sampah Basah.”
Tulisan lengkap tentang keberhasilan Dharmais menyabet gelar juara green office dapat dibaca di :
http://www.thejakartapost.com/news/2008/11/17/hospitals-take-part-effort-reduce-waste-emissions.html
Suka duka naik Air Asia
Yang pertama, penumpang tak perlu lagi berebut tempat duduk. Sempat kaget juga ketika saat check in petugas memberi nomor tempat duduk. Nah, kalau begini kan enak. Kenapa nggak dari dulu, ya...
Kedua, ketika pesawat sudah berada di angkasa, ada pengumuman bahwa penumpang dilarang membawa makanan dari luar. Kalau ingin makan, belilah makanan yang dijual di pesawat.
Tak jelas apa dasar hukumnya. Apakah memang ada undang-undang yang melarang penumpang kapal udara menyantap makanan yang di bawa dari rumah atau di beli di luar?
Bagaimana dengan bayi atau penumpang yang sedang diet?
Lalu, kalau ada penumpang ketahuan makan sesuatu yang dibawa dari luar apa hukumannya? Apakah akan diturunkan di jalan (emangnya bis kota..) ?
Sebagai budget airline, Air Asia tak menyediakan makanan atau minuman gratis bagi penumpang. Sedangkan menu yang disajikan sangat terbatas. Dulu dalam perjalanan dari Jakarta ke Batam hanya ada nasi kuning dan sandwich serta mi instan. Kemarin ada nasi lemak dan mungkin juga ada beberapa menu lain.
Meskipun seandainya Air Asia menawarkan seratus, seribu atau bahkan sejuta macam makanan, tetap saja peraturan yang malarang orang membawa makanan dari luar haruslah dicabut karena melanggar HAM.
Oh ya, selain dua hal tersebut di atas, ada lagi nih. Dulu Air Asia punya counter khusus untuk check in bagi mereka yang bepergian tanpa bagasi. Fasilitas itu sekarang sudah tak ada. (Update: ketika aku naik Air Asia tahun 2010, counter untuk express check in sudah ada lagi).
Baru-baru ini biaya bahan bakar alias fuel charge ditiadakan, tapi harga tiket tak banyak terpengaruh. Terlepas dari itu semua, memang Air Asia masih termasuk murah dan aku senang naik Air Asia karena selain harganya ringan, tiket juga dapat dibeli melalui internet. Gampang sekali, sama seperti Valuair yang berbasis di Singapura atau perusahaan penerbangan nasional lainnya, Mandala dan Lion Air.
Soal ketepatan waktu, berdasarkan pengalaman selama ini, kalau berangkat pagi-pagi dari Jakarta biasanya tepat. Tapi dari Batam ke Jakarta seringkali terlambat. Celakanya keterlambatan itu tak selalu diinformasikan dengan akurat.
Air Asia mempunyai komitmen untuk tepat waktu dan berjanji akan memberikan voucher Rp 500 ribu untuk keterlambatan lebih dari 2 jam. Kecuali kalau ada kondisi darurat atau pemberitahuan sebelumnya yang disampaikan 24 jam (atau lebih) dari waktu keberangkatan.
Pesawatku yang seharusnya berangkat dari Batam tgl 8 November jam 16:55 diundur menjadi jam 18:15. Pemberitahuan disampaikan melalui SMS tiga hari sebelumnya.
Pada hari itu, menjelang jam 5 aku sudah sampai di Bandara dengan diantar oleh Utiek, Hardi, Tika dan Atika (thanks yach). Pada saat check in, aku memastikan soal keberangkatan, dan petugas mengatakan bahwa tak ada informasi tentang penundaan lebih lanjut.
Tunggu punya tunggu… Sampai waktunya tiba, tak ada suara pengumuman apa-apa. Hanya ada keterangan di layar informasi bahwa penerbangan tertunda. Tak jelas, ditunda sampai kapan.
Ternyata…. jam 19 lewat kami baru naik ke pesawat. Yach… sudahlah yang penting selamat sampai tujuan.
Tuesday, November 11, 2008
Soeharto dan Nenek Obama
Soeharto dan Nenek Obama punya persamaan. Keduanya sama-sama meninggal dunia pada usia 86 tahun.
Bedanya, Soeharto yang kakek-kakek meninggal karena berbagai komplikasi termasuk penyakit ginjal dan jantung, sedangkan nenek Obama disebutkan meninggal karena kanker.
Madelyn Dunham menghembuskan nafas terakhir tanggal 3 November di rumahnya di Hawai, hanya sehari sebelum digelarnya pemilihan presiden Amerika yang menjadikan Barrack Obama sebagai orang nomor 1 di negara adi kuasa tersebut.
Tahun 1995 Obama juga kehilangan ibunya yang meninggal karena kanker rahim pada usia 53.
Sekarang sudah tahun 2008. Dalam jangka waktu 13 tahun ini banyak penelitian dalam bidang pengobatan kanker yang sudah dilakukan dan menghasilkan obat-obat yang dapat meningkatkan kualitas hidup penyintas kanker.
Yach, memang kematian seseorang tak dapat diramalkan. Nenek Obama ternyata dapat bertahan sampai usia lanjut. Hampir semua media memberitakan kematiannya, tapi tak ada yang menjelaskan kanker apa yang dideritanya dan apa resepnya sampai ia bisa terus menikmati indahnya hidup ini hingga sekian lama. Siapa tahu tarian hula-hula bisa membantu menahan penyebaran sel-sel kanker...
Yang jelas, Madelyn memang hebat. Pada waktu Perang Dunia II, ia bekerja di pabrik perakitan bom di Kansas. Seusai perang, ia meniti karir di sebuah bank di Hawaii sebagai sekretaris dan sukses hingga memegang jabatan sebagai Vice President.
Madelyn inilah yang telah membesarkan Obama selama bertahun-tahun.
Obama memanggilnya “Toot”, kependekan “Tutu” yang berarti nenek dalam bahasa Hawaii.
Madelyn menikah dengan Stanley Dunham dan mempunyai seorang anak perempuan bernama Stanley Ann. Ann menikah dengan Barack Hussein Obama Sr. yang berasal dari Kenya dan di tahun 1961 lahirlah Obama yang kita kenal sekarang ini. Ann kemudian bercerai dan belakangan menikah dengan orang Indonesia, Lolo Soetoro yang sedang kuliah di Hawaii.
Di usia 6 tahun Ann dan suaminya membawa Obama pindah ke Indonesia. Pernikahan mereka tak berlangsung lama dan tahun 1971 Obama terbang ke Hawaii untuk tinggal bersama nenek dan kakeknya hingga selesai SMA.
Untung juga yach ibu Obama mengirimkan anaknya ke Hawaii. Kalau ia masih tinggal di Indonesia, wah, apa ya jadinya…. Eh.. Apa jadi presiden RI?
Obama sering menyebut neneknya sebagai perempuan yang tangguh dan berhasil karena kecerdasan dan keteguhan hatinya.
Sedangkan Ann yang tak banyak disebut-sebut juga merupakan sosok yang mengagumkan. Ia adalah antropolog yang menaruh perhatian besar terhadap perempuan dan rakyat jelata. Ann pernah tinggal di Jakarta dan Yogyakarta, bekerja di Ford Fondation dan USAID. Tenaga dan pikirannya tercurah bagi usaha meningkatkan kesejahteraan penduduk miskin di pedesaan serta kaum perempuan yang tertindas.
Tanpa Madelyn dan Ann, dunia tak akan dapat melihat pemimpin baru yang menjadi tumpuan berjuta-juta umat di Amerika dan dunia.
Nah... teman-teman sesama penyintas kanker, jangan berkecil hati. Siapa tahu dari rahim kita atau anak, cucu, cicit kita .. akan lahir calon pemimpin yang dapat menjadikan Indonesia negara yang berprestasi dan disegani.