Pernah dengar soal kunyit putih? Pernah dong, ya? Sudah lama juga aku mendengar bahwa kunyit putih bisa menangkal kanker. Dulu, tahun 2004, waktu baru didiagnosa terkena kanker, aku juga pernah mencobanya, tapi nggak serius.
Belakangan ini aku banyak menerima pesan, baik melalui surel maupun BBM, mengenai resep anti kanker yang mengandung kunyit putih.
Begini bunyinya:
OBAT HERBAL UNTUK PENDERITA KANKER
Bahan2 :
1. 150 gr Kunyit Putih
2. 150 gr Kunyit Biasa
3. 250 gr Biang Kunyit
4. 25 gr Jahe Merah
5. 100gr Jahe
6. 125gr Temu Ireng
7. 125gr Temu Putih
8. 2-3bh Pinang Muda (hijau)
9. 15-21lbr daun sirih (jumlah tergantung besar kecil daun sirih)
10. 30 gr Asem Jawa
11 Gula Batu (sesuai selera)
Cara membuatnya:
1) Bersihkan, sikat, cuci, lalu dikeprek bahan2 segarnya
2) Rebus dgn 3.5L air dalam panci khusus utk masak jamu/obat cina/enamel
3) Sampai tinggal 2L air
4) Diminum pagi - siang - malam seperti jamu/air biasa, 2L jatah minum utk 2 hari
simpan d kulkas
5) Kalau pancinya kecil boleh direbus dgn 2 L air sampai 1 L utk 2 x rebus
Selamat Mencoba, tolong disebar bagi para penderita semoga banyak orang bisa disembuhkan...
Kebetulan aku bernasib sama seperti yang digambarkan di atas. Kanker payudara stadium 4 dengan penyebaran ke tulang dan sudah nggak bisa jalan. Karena kemiripan itu, aku jadi tertarik untuk mencobanya.
Kalo kunyit biasa, jahe dan asem Jawa sih gampang, di tukang sayur ada. Gula batu juga bisa dibeli di supermarket. Tapi kemana aku harus mencari bahan2 yang lain?
Kemana…. Kemana… kemana…. Kayak lagu Ayu Ting Ting yang cakep itu .. hehehehee…
“Di sekitar sini nggak ada yang jual. Lu mesti ke Senen atau Jatinegara,” kata teman yang tinggal tak jauh dari rumahku di kawasan Bintaro.
Waduh, repotnya. Eh, tapi ternyata ada saja jalan… Temanku yang lain berbaik hati mencarikan bahan2 itu dan mengantarnya ke rumah.
Siiiip. Hari Rabu minggu lalu si mbak membuat jamu sesuai petunjuk. Lalu aku coba minum segelas.
Hoeeekk.. hoeeekk… Aduuh mak, pahitnya luar biasa… Aku mau muntah. Dengan susah payah aku coba habiskan segelas, tapi nggak berhasil. Masih sisa sedikit. Aku sudah nggak tahan, mataku sampai basah oleh air mata karena menahan sejuta rasa.
Segelas saja nggak sanggup, apalagi 1 liter seperti yang tertulis dalam resep!
Malam hari aku coba minum lagi, tapi malah tambah parah. Baru terkena mulut, sudah mau muntah. Yaaahhh, aku menyerah…
Apalagi aku sedang mengalami kesulitan dalam mengunyah/menelan. Jadi kalau minum harus sedikit2. Kalo kopi sih enak diminum dikit2 sambil dinikmati. Lha kalo jamu, weleh2… mana tahan.
Ngomong2 soal kesulitan dalam mengunyah/menelan, problem ini muncul belum lama. Tepatnya pada 22 November 2011. Sejak hari itu aku harus berhati2 kalau makan/minum. Harus pelan2 dan dikit2. Lidahku tidak dapat bergerak bebas, terutama ke arah kiri. Jadi aku mengunyah dengan gigi/rahang kanan saja.
Ketika aku tanyakan ke bu dokter onkologi, jawabannya mengejutkan. Otot/syaraf melemah karena diduga ada “penjalaran ke kepala” dan aku dianjurkan konsultasi ke ahli syaraf. Hiiiiiii suereeeeem.
Meskipun khawatir, tapi aku mencoba bersikap tenang….
Kebetulan ketika itu aku juga tengah menjalani terapi pijat refleksi. Memang sih, kemungkinannya kecil bahwa pijat refleksi dapat membuatku berjalan kembali. Tapi ya tak ada salahnya dicoba setelah temanku bercerita bahwa saudaranya yang kena stroke dan lumpuh bisa berjalan kembali setelah menjalani terapi itu.
Si mas tukang pijat tidak menjanjikan kesembuhan, tapi akan berusaha.
“Terapi harus dilakukan setiap hari karena kondisi sudah parah. Kalau dalam 2 atau 3 minggu tak ada perubahan, maka terapi akan dihentikan,” katanya.
Tentang syaraf di rahang yang melemah, ia mengatakan bahwa itu dapat dicoba dipulihkan melalui pijat refleksi.
Yang pernah menjalani terapi pijat ini pasti merasakan kesakitan ketika telapak kaki dipijat. Tetapi aku tidak merasa apa2, karena kakiku memang mati rasa. Terapi sudah berjalan sekitar 10 hari ketika hari Sabtu kemarin si mas pemijat berhalangan datang. Seharusnya ia datang jam 4, tapi beberapa menit setelah jam 4 ia mengirim SMS yang mengatakan bahwa ia tak dapat datang karena ada resepsi.
“Resepsi kok mendadak, seharusnya
Bener juga, kok si mas pijit ini nggak serius ya? Aku juga ingat komentar bu dokter yang mengatakan bahwa pijat refleksi tidak bisa memulihkan syaraf yang lemah akibat penekanan tumor. Akhirnya, aku mengambil keputusan yang kejam…, kusudahi saja terapi pijat ini…
Hmm.. ternyata aku ini orangnya nggak tekun ya. Minum jamu baru sekali sudah berhenti. Terapi pijat refleksi belum 2 minggu sudah berhenti… Habis, bagaimana…
Aku ingat, dua atau tiga tahun yang lalu syaraf kakiku melemah sehingga aku pincang selama sekitar setahun. Kondisi itu pulih setelah dokter syaraf memberiku suntikan neurobion dan vitamin2.
Lalu aku telepon pak dokter itu. Siapa tahu, dia bisa membantu dengan cara yang sama.
“Nggak bisa, ini kasusnya lain,” katanya.
Waduh. Gimana nih. Aku jadi tambah pusing. Belakangan ini kepalaku memang suka pusing. Aku menduga, ini karena posisi saat tidur yang kurang nyaman. Tapi bisa juga kepala pusing karena penjalaran tumor.
Kenapa ya, kok aku ini nggak sembuh2, malah tambah memburuk. Untunglah, Tuhan selalu memberiku kekuatan dan penghiburan. Haleluya …!! Selain itu dukungan teman2 dan sodara2 juga banyak membantu mengobarkan semangat ’45. Ayo.. maju terus pantang mundur… jangan kalah sama atlet SEAGames…
Minggu depan aku akan menjalani pemeriksaan. Tadinya aku merencanakan untuk bonescan saja. Tapi dengan adanya perkembangan terakhir ini, dokter menganjurkan PET scan atau paling tidak MRI kepala.
Hasilnya akan digunakan sebagai rujukan untuk melawan si kanker busuk yang nggak tau diri ini. Sudah diusir2…eeeh.. masiiih saja nggak mau pergi..
Doakan ya, supaya hasilnya bagus…