Begitulah aba-aba yang terdengar setiap kali aku digotong untuk dipindahkan dari tempat tidur ke kursi roda dan sebaliknya. Sudah lebih dari tiga bulan aku terkapar di ranjang. Sejak terjadi penekanan tumor pada sumsum tulang belakang, syaraf terganggu sehingga bagian bawah, dari perut hingga jari2 kaki mati rasa. Tak dapat digerakkan.
Dengan kata lain, aku lumpuh. Oh, sungguh suatu hal yang diluar dugaan. Bayangkan saja, hari Kamis pertengahan bulan April aku masih kerja di kantor, tapi hari Minggu kedua kaki sama sekali tak bisa berfungsi. Hari Senin ke RS Dharmais dan hari Selasa langsung menjalani operasi agar kondisi tak menjadi lebih parah.
Yach, aku masih bersyukur karena dari dada ke atas, kondisi masih baik. Otakku sama sekali tak terganggu sehingga aku masih dapat berfikir dengan jernih. Jari jemari tangan juga masih berfungsi normal sehingga aku dapat ngeblog..
Yang paling berat adalah menghadapi kenyataan bahwa aku yang tadinya sangat mandiri kini menjadi sangat tidak mandiri. Segala sesuatunya banyak tergantung pada orang lain. Bahkan untuk memiringkan badan ke kiri dan ke kanan saja masih sering dibantu. Tiap pagi dan sore si mbak yang merawatku membantuku mandi.. eh, bukan mandi, tapi hanya menyeka tubuh saja… (Oh,… alangkah rindunya aku akan guyuran air…) dan mengganti pampers (kayak bayi saja….).
Berbaring terus menerus membuat badan pegal bukan buatan.
“Supaya tidak pegal, setiap dua jam sekali, usahakan agar miring ke kiri barang setengah jam, lalu miring ke kanan,” begitu nasihat dokter.
Duduk di tempat tidur atau di kursi roda juga merupakan cara untuk mengatasi rasa pegal. Hanya saja, aku harus memakai brace kalau ingin duduk. Brace ini kurang nyaman dipakai dan bahkan kadang2 rasanya sakit. Karena itu biasanya aku hanya tahan duduk di kursi roda sekitar 2 jam.
Diperlukan minimal 3 orang untuk mengangkatku: si mbak, si mpok (yang setiap hari membersihkan rumah dan memasak) serta anak/keponakan mpok. Repot ya...
”Rasanya tambah berat nih,” kata mpok.
Memang aku tambah gendut, terlihat dari pipi, leher dan perut yang membengkak. Ini karena aku nggak bisa olah raga, gerakan sangat terbatas. Padahal makanku nggak banyak, lho. Aduh, harus diet nih. Maka mulai hari ini aku mengganti nasi dengan kentang. Di samping itu tentu saja terus menghindari daging dan gorengan serta banyak makan sayur dan buah.