Penanganan terhadap pasien yang satu berbeda dengan yang lain, tergantung kondisi masing2. Yang jelas, setelah selesai kemo ya..… pulang ke rumah dong… . He..he..he.. Emangnya enak berlama-lama di rumah sakit?)
Untuk mengetahui keberhasilan kemo, biasanya dilakukan berbagai pemeriksaan. Salah satunya adalah tes darah untuk melihat apakah ada dampak negatif kemo terhadap fungsi ginjal, hati dll. Yang tidak kalah pentingnya adalah tes penanda tumor atau tumor marker. Di samping itu ada juga tes lain tergantung kebutuhan.
Terapi kemo, yang sering disingkat kemo saja, merupakan terapi yang ampuh, khususnya untuk mereka yang masih dalam stadium dini. Apabila pasien masih dalam stadium dini, kemo dapat menghajar habis si kanker busuk.
Aku pertama kali didiagnosa menderita kanker beberapa hari setelah lebaran tahun 2004. Setelah menjalani mastektomi pada pada bulan Desember 2004 dan 6x kemo pada bulan Januari – Juni 2005, dokter menyatakan bahwa tak ada sel kanker yang terdeteksi dalam tubuhku.
Apakah aku sudah sembuh?
Tidak. Atau tepatnya, belum…
Setelah kemo, aku harus menjalani mamogram secara berkala. Mula2 setiap 3 bulan, lalu 6 bulan, lalu 1 tahun sekali.
“Kalau selama 5 tahun hasilnya negatif, maka baru boleh dibilang sudah sembuh,” begitu yang aku dengar.
Belakangan, aku mendengar bahwa yang paling aman adalah 10 tahun. Pasien dapat dinyatakan sembuh kalau sudah bebas kanker selama 10 tahun.
Nah, kurun waktu selama 5 atau 10 tahun itu sebetulnya merupakan masa yang sangat menentukan. Usahakan jangan sampai kambuh karena kalau itu terjadi, maka penanganannya akan jauh lebih sulit.
Bagaimana cara mencegah agar tidak kambuh?
Minum obat seperti yang dianjurkan dokter. Banyak makan sayur dan buah. Hindari makanan yang kurang sehat. Lakukan olah raga yang sesuai. Dan jangan lupa berdoa.
Gampang kan?
Memang, teori itu selalu lebih mudah dari praktiknya.
Contohnya, ya aku ini… Baru 3 tahun, eh, kankernya muncul lagi. Kali ini dia menyerang tulang. Dalam istilah kedokteran disebut metastasis ke tulang. Karena itu, maka aku naik kelas. Dulu stadium II B, sekarang sudah stadium IV. Aku lupa, apakah IV A atau B …
Mula2 dokter memberiku aromasin, pil yang harus diminum tiap hari untuk menghambat penyebaran sel-sel kanker. Kemudian tiap bulan aku diinfus zometa untuk menguatkan tulang, lalu disuntik zoladex untuk menghambat produksi hormon estrogen yang dapat memicu penyebaran sel kanker.
Karena kanker makin menyebar, maka akhirnya dokter menyuruhku kemo.
Setelah kemo selesai, aku berkunjung ke tempat praktik bu dokter di NUH hari Jumat kemarin (24 September 2010) dengan membawa hasil tes darah, bone scan dan CT scan, seperti yang diminta.
Untuk bone scan, ga terlalu masalah, meskipun semua proses makan waktu lebih dari 3 jam. Yang bikin stres adalah CT scan. Bukan soal puasanya…. Karena yang akan diperiksa adalah perut, dan perlu “kontras” agar hasilnya dapat dibaca dengan baik, maka suster memberiku obat yang dimasukkan melalui dubur. Rasanya aduuuuuuh.. sangat tidak nyaman.
Untungnya, petugas di ruang CT scan RS PIK sangat cekatan dan baik (nggak judes seperti si mbak berambut panjang yang bertugas di bagian pendaftaran/penerimaan tamu).
Hasil CT scan aku ambil keesokan harinya. Sebelumnya aku sudah minta agar hasil ditulis dalam bahasa Inggris dan hal itu sudah disanggupi oleh petugas. Karena itu aku protes ketika mendapatkan hasil dalam bahasa Indonesia.
“Kalau begitu nanti kita terjemahkan dulu. Tapi hasilnya baru bisa besok siang,” kata petugas. “Apa mau dikirim lewat email?”
“Ya, mas. Tolong kirim lewat email saja,” kataku.
Ketika aku sedang menulis alamat email di secarik kertas yang diberikan oleh mas itu, datanglah atasan si mas. Bapak berbadan tidak tinggi dan perut tidak rata.
“Di fax saja, Bu,” katanya.
“Email saja, Pak. Saya nggak punya fax di rumah.”
“Kalau mau di-email harus bikin surat pernyataan.”
“Ribet amat sih. Pak, boleh saya ketemu dengan dokternya?”
Ketika pak dokter datang, aku bertanya mengenai hasil CT scan. Menurut pak dokter, hasilnya bagus. Mengenai hasil yang seharusnya ditulis dalam bahasa Inggris, karena sifatnya rahasia, dokter menyuruhku membuat surat permohonan agar hasil dikirim melalui email.
“Bapak saja yang menuliskan. Nanti saya tinggal tanda tangan,” kataku dengan nada sangat judes. (
nyesel juga judes kayak gitu.. maap ya pak..)
Bukan ke pak dokter lho… tapi ke pak admin yang badannya tidak tinggi dan perutnya tidak rata itu…
Keesokan harinya, pagi2 aku sudah menerima email berisi hasil CT scan yang ditulis dalam bahasa Inggris.
Trims ya pak..
Hasil CT scan memang bagus. Tidak ada penyebaran ke bagian tubuh yang lain seperti paru-paru, hati, ginjal dll.
Hasil tes darah, termasuk tumor marker, juga bagus. Semuanya normal, kecuali Hb yang agak rendah sedikit.
Hasil bone scan juga bagus karena terjadi penurunan aktivitas dibandingkan dengan kondisi sebelum kemo. Tetapi kanker itu masih ada di sana.
“You are doing well,” kata bu dokter.
Tapi gimana ya dok… kenapa kanker itu masih saja bercokol di tulangku?
“Ini kan stadium lanjut. Tapi sudah bagus, ada kemajuan. Dan yang penting adalah tidak ada penyebaran ke organ tubuh yang lain,” kata bu dokter.
“Gimana dok caranya supaya kankernya bisa dibasmi sampai tuntas?”
“Bedoa ya,” katanya.
Iya dok… Memang doa itu penting.
Terus, selain itu apa?
“Mungkin perlu radiasi. Tapi nggak sekarang. Kan ini baru abis kemo,” kata bu dokter.
Masih untung…. Coba kalo harus langsung radiasi… aduuhhh.
Sementara itu, bu dokter menyuruhku melanjutkan suntik bulanan zoladex, infus zometa dan minum obat anastrazole (arimidex).
Konsultasi berikutnya dijadwalkan bulan Januari 2011.